Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Jepang: Publik Mendukung Tuntutan Hukum Terhadap Mantan Diktator Tiongkok

29 Maret 2018 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Jepang

(Minghui.org) Praktisi Falun Gong di Kumamoto pergi ke Okinawa untuk pengumpulan tanda tangan pada tanggal 23-25 Februari 2018. Prefektur itu berjarak hampir 1000 km dari Kumamoto dan terletak di bagian paling selatan dari Jepang, antara Pulau Kyushu dan Taiwan.

Petisi untuk mendukung upaya global mengadili mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin yang memulai penganiayaan terhadap Falun Gong, sebuah latihan spiritual yang berdasarkan pada Sejati-Baik-Sabar.

Praktisi dari Kumamoto pergi ke Naha, Okinawa untuk mengumpulkan tanda tangan mendukung penuntutan terhadap Jiang Zemin

Lingkungan alam yang indah dan cuaca sub-tropik yang hangat di Okinawa menjadi tempat wisata yang populer bagi pelancong seluruh dunia sepanjang tahun.

Demi turis mancanegara, praktisi mempersiapkan materi berbagai bahasa termasuk Inggris, Vietnam, Nepali, dan Korea untuk melengkapi bahasa Jepang dan Mandarin.

Banyak orang mengambil brosur informasi dan menandatangani petisi yang mendukung tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin.

Praktisi mengumpulkan tanda tangan dari para turis seluruh dunia di Okinawa

Orang Jepang: “Ini adalah Tanda Tangan Pertama Saya”

Seorang pria Jepang berumur 80 tahunan berdiri di trotoar sambil melihat materi informasi praktisi dan gambar yang menjelaskan tentang penganiayaan praktisi di Tiongkok. Dia tampak risau dan tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh praktisi. Dia pergi menemui istrinya yang berada dekat di sana dan kembali ke praktisi serta meminta istrinya mendengarkan praktisi. Istrinya terkejut setelah mendengar tentang penganiayaan, dan terus menerus mengatakan, “Ini sangat kejam!” mereka berdua menandatangani petisi.

Di siang hari, dua siswa dari tim bola basket SMA di Shimane melihat papan informasi dan menandatangani petisi. Salah satu dari mereka memanggil siswa lainnya, “Penganiayaan ini sangat kejam. Jiang Zemin -- kita tidak bisa mentolerirnya. Mari beri tanda tangan.” Belasan siswa berbaris untuk menandatangani petisi.

Seorang wanita setengah baya berkata bahwa dia sudah membaca informasi yang diberikan praktisi sehari sebelumnya. Dia berkata lukisan yang menggambarkan korban dari pengambilan organ hidup-hidup melukai hatinya. “Ini sungguh menyedihkan!” katanya. “Kalian telah berjerih payah. Teruskanlah!”

Seorang pria berumur 60 tahunan membaca materi informasi dan menandatangani petisi. Dia berkata, “Saya tidak pernah menandatangani petisi sebelumnya. Ini adalah pertama kali dalam hidup saya, karena saya tahu betapa kejam penganiayaan ini, saya rasa mesti menandatanganinya.”

Turis Tiongkok: “Bolehkan saya memiliki beberapa brosur?”

Pada hari ketiga, pengumpulan tanda tangan bertemu dengan 4000 lebih turis Tiongkok yang melakukan perjalanan ke Okinawa dengan kapal mewah. Banyak dari mereka memotret papan informasi. Ada yang mengambil materi informasi dari praktisi dan bahkan menandatangani petisi.

Ketika satu rombongan turis Tiongkok melewati papan informasi dan menunggu lampu merah, seorang wanita muda mendengarkan penjelasan praktisi dan menandatangani petisi walaupun turis lainnya berusaha untuk mencegahnya.

Seorang turis Tiongkok yang menolak brosur pada awalnya, sikapnya berubah dan meminta satu brosur. Dia kemudian bertanya pada praktisi, “Bolehkah saya meminta beberapa lembar brosur? Saya ingin memperlihatkan kepada teman-teman dan kerabat saya.”

Surat Kabar Setempat Meliput Pengumpulan Tanda Tangan

Pada hari kedua pengumpulan tanda tangan, surat kabar setempat Ryukyu Shimpo mewawancarai praktisi Falun Gong di tempat pengumpulan tanda tangan. Laporan dengan judul “Seruan Hentikan Penganiayaan Falun Gong di Tiongkok,” dipublikasikan pada tanggal 27 Februari.

Berita tersebut mengatakan bahwa praktisi Falun Gong di Kumamoto menawarkan workshop latihan gratis di taman dan tempat-tempat umum di Kumamoto sejak tahun 2002. Kelompok ini mendapat penghargaan dari Pemerintah Kota Kumamoto pada tahun 2015 karena konstribusi mereka kepada komunitas, seperti memperindah lingkungan dan membantu meringankan bencana gempa bumi. Sedangkan perbedaan yang sangat jelas, rezim komunis secara brutal menganiaya dan memfitnah kelompok spiritual ini di Tiongkok. Amnesti Internasional meminta pembebasan tanpa syarat atas praktisi Falun Gong yang ditahan di Tiongkok, tulis laporan tersebut.