(Minghui.org) Seorang pemuda berusia 12 tahun orang tuanya bercerai ketika ia masih kecil. Ayahnya, yang memiliki hak asuh atas anak itu, kemudian menjadi pecandu narkoba dan sering memukulinya. Pemuda itu tidak bisa menahan siksaan dan melarikan diri pada suatu musim dingin.

Dia muncul di pintu seorang wanita setempat, yang menawarkan dia tinggal bersamanya dan keluarganya sambil berusaha keras mencari keluarga pemuda itu. Butuh beberapa saat karena pemuda itu berbohong tentang situasi keluarganya pada awalnya.

Setelah lebih dari sepuluh hari, akhirnya dia dapat menemukan kakek dan nenek dari pihak ibu pemuda itu. Ketika mereka mengucapkan terima kasih atas semua yang telah dilakukannya untuk pemuda itu, dia memberi tahu mereka adalah keyakinannya yang menginspirasinya untuk membantu pemuda itu.

Orang yang baik ini adalah seorang praktisi Falun Dafa, sebuah aliran spiritual yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Falun Dafa telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak Juli 1999. Praktisi ini ingin bercerita pengalamannya dengan pemuda itu sebagai cara untuk melenyapkan kebohongan yang dibuat oleh propaganda rezim Tiongkok terhadap Falun Dafa.

Di bawah ini adalah kisah yang diceritakan oleh praktisi.

[Catatan Editor: Pembaca disarankan untuk mengingat bahwa sistem hukum Tiongkok mengenai pengasuhan anak, penyiksaan terhadap anak, dan anak-anak yang melarikan diri tidak begitu baik seperti di negara-negara Barat.]

***

Seseorang mengetuk pintu sementara putra saya sedang berlatih piano pada pagi hari tanggal 13 Januari 2018. Saya membuka pintu dan melihat seorang pemuda dengan pakaian tipis berdiri di pintu. Saya tidak dapat percaya bahwa ibu mana akan rela membiarkan putranya keluar dalam cuaca yang buruk dengan pakaian begitu tipis.

Pemuda ini berkata dia pernah datang ke rumah ini setahun yang lalu. Saya segera membiarkannya masuk. Namanya Xiaoman, dan dia tinggal di sebuah rumah di sekitar rumah kami. Dia berusia 12 tahun, usia yang sama dengan putra saya, tetapi tubuhnya yang kecil dan kurus membuatnya tampak jauh lebih muda.

Seorang Anak Terlantar

Xiaoman bermain dengan putra saya sepanjang pagi setelah putra saya menyelesaikan latihan piano. Saya memintanya untuk memberi tahu keluarganya dia akan makan siang bersama kami. Dia mengatakan tidak ingat nomor telepon orang tuanya.

Saya khawatir Xiaoman sudah terlalu lama pergi dari rumah dan memintanya pulang sore itu. Dia bersikeras keluarganya terbiasa dia pergi untuk waktu yang lama. Saya memaksanya pulang ketika hari mulai gelap, tetapi dia kembali setelah beberapa saat, mengatakan ibunya mengizinkannya bermain selama setengah jam lagi.

Xiaoman masih di rumah setelah jam 6 sore. Saya berkata kepadanya dengan tegas, “Xiaoman, hari sudah gelap dan kamu harus pulang sekarang.” Dia pergi dengan rasa enggan dan kembali lagi setelah beberapa saat. Dia mengatakan bahwa rumahnya terkunci. Saya tidak punya pilihan selain membiarkan dia tinggal untuk makan malam.

Sekitar jam 9 malam, Xiaoman masih berkeliaran dan tidak ada satu pun dari keluarganya datang untuk menjemput. Putra sulung saya dan saya memutuskan untuk membawanya pulang.

Ketika kami sampai di lingkungannya, Xiaoman menjadi pendiam. Dia akhirnya mengatakan ayahnya bekerja di kota lain dan dia baru saja pindah rumah bersama ibu dan kakeknya tiga bulan lalu dan tidak dapat mengenali rumahnya di malam hari.

Saya harus membawanya kembali ke rumah karena saya tidak bisa meninggalkan seorang anak di sana sendirian dalam gelap.

Kami mengantar Xiaoman ke rumah keesokan paginya. Dia kembali, mengatakan pintu itu terkunci. Saya kemudian memintanya pulang sendiri setelah makan siang, tetapi dia kembali lagi.

Dia berkata, “Pintu masih terkunci. Pemilik rumah mahjong terdekat menelepon kakek saya. Kakek ingin saya tinggal bersamamu. Dia akan datang membawa saya pulang setelah dia merawat kakek buyut, yang ada di rumah sakit.”

Saya mencoba menghubungi pemilik rumah mahjong beberapa kali sesudahnya, tetapi tidak ada seorang pun di sana.

Suami saya merasa Xiaoman adalah anak yang terlantar. Kami membiarkannya tinggal di rumah kami sampai dia bisa dijemput. Selama ia tinggal, kami membawanya ke mana pun kami pergi.

"Falun Dafa Sangat Baik!"

Saya sudah cukup merawat dua anak saya, yang terpisah tiga tahun. Dengan ditambah Xiaoman memang sedikit mengganggu rutinitas harian saya.

Ketika anak-anak memperebutkan berbagai hal, saya mengingatkan mereka untuk mengikuti prinsip-prinsip Dafa Sejati-Baik-Sabar untuk menangani konflik.

Pada suatu kesempatan, saya membiarkan Xiaoman memakai pakaian putra saya setelah mandi air hangat. Dia berkata kepada saya, “Bibi, kamu baik sekali. Saya sangat iri pada putra-putra bibi. Akan luar biasa jika bibi adalah ibu saya! Di rumah, saya harus memasak dan mencuci pakaian saya sendiri.”

Saya merasa sedih. Saya bertanya-tanya bagaimana seorang ibu bisa merasa aman membiarkan putranya tinggal bersama orang asing begitu lama.

Ada badai salju besar beberapa hari kemudian. Anak-anak pergi untuk membuat manusia salju dan melempar bola salju. Xiaoman kedinginan dan mulai batuk malam itu.

Putra saya memberi tahu dia, “Kamu akan baik-baik saja jika melafalkan 'Falun Dafa baik' dan 'Sejati-Baik-Sabar baik'. Itulah yang kami lakukan ketika kami merasa tidak enak badan.”

Xiaoman melafalkan kata-kata indah itu tanpa henti. Dia juga mulai melakukan latihan bersama kami pada hari berikutnya. Batuknya hilang setelah dua hari. Dia berkata dengan penuh semangat, "Falun Dafa sangat baik!"

Bertemu dengan Kakek-Neneknya

Ibu saya menyarankan agar menyerahkan Xiaoman ke kantor polisi setempat, tetapi saya tidak setuju. Saya merasa kami mungkin ditakdirkan untuk bertemu. Kalau tidak, dia tidak akan datang ke rumah saya. Lagi pula, sekolah akan segera dimulai, dan keluarganya harus datang menjemputnya untuk pergi ke sekolah.

Dua belas hari berlalu dan keluarga tidak pernah datang. Saya mulai khawatir. Ketika seorang rekan praktisi mengunjungi saya, saya menceritakan kisahnya dan kami memutuskan untuk mencari keluarganya bersama. Tapi Xiaoman tidak mau ikut dengan kami.

Kami mengetahui dari anak-anak lain di blok bahwa orang tua Xiaoman sudah bercerai dan ayahnya tidak bekerja di kota lain. Kami berkata kepadanya, "Kamu harus memberi tahu kami yang sebenarnya dan kami akan membantu kamu."

Akhirnya Xiaoman menceritakan kisahnya kepada kami. Orang tuanya bercerai ketika dia masih kecil, dan ayahnya mendapat hak asuh. Ayahnya kemudian menjadi pecandu narkoba dan sering menyiksanya. Dia kemudian menunjukkan bekas luka pada kami dan memohon kami untuk tidak membawanya pulang.

Kami merasa kasihan padanya. Meskipun saya benar-benar ingin membantu anak malang ini, saya takut ayah pecandunya dapat membuat masalah bagi kami. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.

Praktisi lain berkata, “Jika kita mengirim anak ini kembali ke ayahnya, masa depannya akan hancur. Mari cari kerabatnya yang lain dan bujuk mereka untuk mengirimnya ke sekolah asrama. Kita akan membayar sebagian biaya jika perlu.”

Itu adalah sebuah ide bagus. Bagi Xiaoman, segalanya lebih baik daripada pulang ke rumah bersama ayahnya. Dia kemudian memberi tahu kami alamat nenek dari ibunya.

Ketika kami bertemu nenek Xiaoman, dia menolak untuk mengambil anak itu dan mengatakan kepada kami untuk mengembalikannya kepada ayahnya. Anak itu menggenggam tangan praktisi lain dan memohon, “Tolong jangan antar saya pulang. Saya akan dipukuli lagi.”

Kami mencoba membujuk nenek Xiaoman untuk mengirimnya ke sekolah asrama; Setelah beberapa saat, dia mengalah dan memanggil suaminya pulang sehingga mereka berdua bisa mengambil keputusan. Kakeknya mengucapkan terima kasih dan mengatakan mereka akan berbicara tentang apa yang harus dilakukan. Kami merasa tenang dan meninggalkan anak itu bersama pasangan tua itu.

Namun, kami khawatir dalam perjalanan kembali mungkin keluarga tidak ingin menghabiskan uang untuk sekolah asrama. Kami kembali dan memberi tahu mereka kami akan membantu membayar sebagian dari biaya sekolah.

Penampilan putus asa di mata Xiaoman benar-benar membuat kami sangat sedih ketika kami meninggalkan dia kedua kalinya. Rekan praktisi berkata, “Dalam perjalanan kita ke sini, kita berjanji kepada Xiaoman bahwa kita tidak akan meninggalkannya bersama keluarganya. Apa yang kita lakukan bisa sangat menyakitinya sehingga dia tidak bisa mempercayai siapa pun lagi. Lebih baik kita tetap bersama Xiaoman meskipun harus kembali besok. ”

Kami kembali untuk mengambil anak itu. Kakeknya tersentuh. Dia berkata, "Saya dapat melihat bahwa kalian benar-benar melakukan ini untuk kebaikan anak ini."

Pergi ke Sekolah Asrama

Kakek Xiaoman membuat pengaturan, dan kami akhirnya bertemu dengan ayah dan kakek dari pihak ayah pada siang hari berikutnya. Dalam perjalanan, anak itu terus melafalkan sembilan kata sakral itu.

Dia bertanya, “Bibi, saya telah melafalkan tanpa henti. Akankah Guru Li membantu saya?”

Kami tersenyum kepadanya dan berkata, “Kamu sangat tulus. Segalanya pasti akan berjalan dengan baik.”

Pada akhirnya, keluarga besar setuju untuk mengirim Xiaoman ke sekolah asrama. Pemuda itu benar-benar bahagia!

Kakeknya berkata kepada kami, “Anda mengetuk pintu kami dua kali demi anak ini dan menawarkan uang untuk sekolahnya. Kami merasa sangat malu. Saat ini, orang baik seperti Anda sangat sedikit dan susah dicari. Kami tidak akan pernah melupakan Anda."

Epilog

Keluarga Xiaoman mengucapkan terima kasih kepada kami dengan tulus. Saya memberi tahu mereka, “Anda dapat berterima kasih kepada Guru saya. Guru mengajarkan kami untuk menjadi orang baik dan memperhatikan orang lain. Kami hanya melakukan apa yang harus dilakukan oleh seorang praktisi.”

Memang, kami tidak akan melakukan banyak hal jika kami bukan praktisi Dafa. Saya benar-benar merasa beruntung karena dapat berkultivasi Falun Dafa.

Terima kasih banyak kepada Guru dan Dafa!