(Minghui.org) Di Tiongkok, beberapa guru sekolah juga telah mengalami penurunan moral. Banyak guru yang mengumpulkan uang dari murid dan melecehkan muridnya.

Tetapi beberapa guru sekolah berlatih Falun Gong dan mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Artikel ini menyoroti tiga guru tersebut dan bagaimana mereka telah mempertahankan keyakinan mereka selama 19 tahun penganiayaan oleh rezim komunis Tiongkok.

Instruktur di Sanhe

Song Jianguo, seorang mantan guru di sekolah Partai Komunis Tiongkok (PKT) di Kota Sanhe, adalah seorang wakil pimpinan guru dan instruktur. Ia lulus dari Universitas Normal Hebei pada tahun 1991 dengan gelar sarjana.

Song berbadan lemah dan sakit sejak ia masih kecil. Penyakit bronkitis kronis sering kambuh pada musim dingin, membuatnya harus rawat inap di rumah sakit setiap tahun. Pada tahun ketiga sekolah menengah, ia menderita penyakit neurastenia. Ia sering begitu mengantuk di sekolah menengah dan universitas sehingga tidak bisa berkonsentrasi. Kesehatannya yang buruk mempengaruhi studinya dan pekerjaannya lebih dari sepuluh tahun.

Keberuntungan datang padanya di tahun 1993. Pada tanggal 25 Juli, ia mendengar dari seorang teman tentang Falun Gong, dan ia kagum sekali. Ia mendengar rangkaian ceramah Guru Li Hongzhi di Universitas Beijing Public Security. Pertanyaan dalam sepanjang hidupnya terjawab, dan ia memahami mengapa kehidupannya penuh dengan penderitaan. Ia juga menyaksikan banyak penyembuhan yang ajaib.

Penyakit bronkitis kronis dan neurastenia sembuh setelah ia berlatih Falun Gong selama satu tahun. Ia menjadi sehat. Lebih dari 20 tahun, ia tidak pernah pergi ke rumah sakit lagi kecuali mengunjungi teman dan keluarga.

Setelah berlatih Falun Gong, ia tidak lagi selalu tergesa-gesa atau bersikap arogan. Ia memandang hambar nama dan kepentingan pribadi.

Pada pekerjaan mengajarnya, Song mempersiapkan pelajaran dengan teliti. Ia seorang guru yang disukai dan banyak dipuji. Ia juga berusaha untuk meningkatkan keterampilan mengajar. Ia orang pertama yang dipromosikan sebagai instruktur di sekolahnya.

Di sekolah, ia sering mengambil tugas yang orang lain tidak ingin melakukannya. Ia tulus dan bersikap toleran ketika berhubungan dengan rekan kerja dan mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Dua kepala sekolah pernah ingin mempromosikannya meskipun ia tidak mengharapkannya.

Seorang Guru Terkemuka di Guiyang

Zhou Qing adalah seorang guru terkemuka di Guiyang. Pada musim panas tahun 1996, ia melihat buku Zhuan Falun di sebuah toko buku. Ia sangat ingin tahu dan membelinya. Dua bulan kemudian, seorang pelajar memberitahukannya bahwa ada kelompok latihan di dekat sana dan ia mulai berlatih Falun Gong.

Zhou tidak ada penyakit berat, tetapi badannya lemah, hidungnya sering tersumbat dan banyak batuk pada musim dingin. Setelah berlatih Falun Gong, semua penyakit ini sembuh. Ia dulu menderita hepatitis B sebelum berlatih Falun Gong dan harus menghindari makan daging berlemak. Ia sembuh dari penyakit hepatitis juga dan sudah bisa makan lemak tanpa masalah.

Sifat dan temperamennya juga berubah setelah berlatih Falun Gong.

Sebelum PKT mulai menganiaya Falun Gong pada tahun 1999, ia mengajar di dua kelas sekolah menengah. Ia mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar dalam pekerjaan dan kehidupannya. Ia menjelaskan sesuatu dengan sabar dan memberi semangat kepada muridnya. Dalam survei sekolah, 76 murid semua memberikan penilaian “A” kepadanya.

Suatu kali, ketika rekan kerjanya dirawat inap di rumah sakit, staf administrasi sekolah lupa mengatur guru untuk menggantikan kelasnya. Zhou mendengarnya dan menawarkan diri untuk menggantikan guru yang sedang sakit.

Beberapa hari kemudian, atasannya memberikannya amplop berisi uang di dalamnya setelah mengetahui pekerjaan pengajaran Zhou bertambah. Atasannya juga memberikannya bonus 80 yuan. Zhou mempertimbangkannya dan memutuskan untuk mengembalikan bonus itu.

Ia menulis sebuah surat bahwa praktisi berpikir untuk orang lain dan tidak mencari balas jasa. Apabila ia menerima bonus, ia merasa akan bertentangan dengan niat awalnya.

Atasannya membaca surat tersebut dan berkata, “Saya tahu anda tidak mencari nama atau kepentingan pribadi. Sekolah kita perlu semangat seperti itu untuk membantu orang lain. Bonus ini untuk mendorong orang lain berbuat hal yang sama seperti yang anda lakukan.”

Sekolah memasang pengumuman memuji Zhou beberapa hari kemudian. Pada akhir kalimat tertulis, “Mengagumkan ia tidak mencari nama atau kepentingan pribadi.”

Seorang Guru Sekolah Bahasa Asing di Wanzhou

Tan Fenghao, seorang mantan guru di Wanzhou Foreign Language School, lulus dari Universitas Southwest jurusan bahasa asing dengan gelar sarjana Bahasa Inggris.

Tan mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1996 ketika ia masih seorang junior di barat daya Tiongkok. Ia menderita penyakit batu ginjal yang berat. Ia meminum berbagai obat dan melakukan pengobatan untuk menghancurkan batu ginjal, tetapi tidak berhasil.

Batu ginjalnya hilang setelah ia berlatih Falun Gong selama 10 hari. Ia sehat, bersemangat dan merasa bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan. Pada tahun 1998, ia menerjemahkan sebuah novel pendek, dan terjemahannya diterbitkan dalam majalah.

Ia menjalankan kehidupannya berdasarkan Sejati-Baik-Sabar. Ia mengajar dua kelas bahasa Inggris di Wanzhou Foreign Language School. Ia bekerja keras dan berbuat yang terbaik untuk muridnya.

Seorang gadis dalam kelasnya mengalami penyakit batu ginjal dan tidak bisa makan yang asin. Tan mengundangnya ke rumah dan memasak makanan yang tidak memakai garam. Ia memberikan pelajaran tambahan kepada murid ini yang prestasinya tidak baik di kelas.

Untuk membuat muridnya tertarik dalam belajar, ia membeli materi audio visual untuk kelasnya dengan uang sendiri. Ketika kelasnya mengadakan acara dan perlu tambahan dana, ia mengeluarkan uang sendiri dan tidak pernah meminta muridnya ikut mengeluarkan dana. Orang tua murid memujinya dan mengatakan mereka tidak pernah melihat guru sebaik ini.

Penganiayaan

Karena penganiayaan rezim komunis terhadap Falun Gong, guru-guru teladan ini ditindas dan diperlakukan dengan kasar.

Song Jianguo ditahan minimal enam kali. Ia disiksa dengan berbagai cara dan dicegah untuk tidur selama 18 hari. Ia ditahan di kamp kerja paksa dua kali dengan total lima tahun dan sembilan bulan. Ia terpaksa tinggal jauh dari rumah selama dua tahun untuk menghindari penganiayaan selanjutnya.

Zhou Qing dipecat dan ditahan beberapa kali. Ia dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun dan disiksa sampai lumpuh. Ia sembuh setelah dibebaskan dan bisa berlatih Falun Gong.

Tan dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun dan disiksa di kamp kerja paksa selama dua tahun. Ia ditahan di sel kecil dan tidak diperbolehkan ke toilet. Ia dipukul dan disiksa.

Pada tahun 2002, ia menderita depresi akibat diperlakukan kejam. Dari usia 26 tahun sampai 36 tahun, ia menghabiskan kebanyakan waktunya di penjara karena keyakinannya.