(Minghui.org) Ketika kecil, saya adalah murid teladan. Setelah sekolah dasar, saya diterima di sekolah menengah terbaik di kota. Hidup saya dipenuhi kebahagiaan. Saya percaya diri dan masa depan terasa cerah.

Bencana Menerpa

Lalu sesuatu yang tak terbayangkan terjadi ketika saya berusia 15 tahun. Saya tiba-tiba tidak bisa berbicara. Tak peduli apa yang orang katakan, atau bagaimana mereka berteriak, saya tidak dapat menanggapi, seolah-olah saya tidak mendengar mereka. Perubahan mendadak ini menjadi pukulan besar bagi keluarga saya. Ibu membawa saya ke rumah sakit terkemuka untuk mendapatkan psikolog terbaik.

Tidak lama kemudian, saya mengalami gejala lain yang menghalangi saya bersekolah. Saya tidak bisa berhenti mencuci tangan saya terus menerus. Meskipun kulit saya lecet dan terkelupas akibat dicuci secara berlebihan, saya tetap melakukannya. Jika saya menyentuh sesuatu setelah mencuci tangan, saya akan mengulanginya lagi. Saya didiagnosis menderita Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).

Kecenderungan mencuci tangan saya membaik setelah beberapa bulan, dan saya ingin kembali bersekolah. Semuanya senang, terutama ibu. Ia membantu saya bersiap-siap dengan penuh semangat. Ketika saya kembali ke kelas, teman-teman mengelilingi saya dengan antusias. Mereka mengatakan bahwa kepala sekolah berpikir bahwa saya tidak akan kembali ke sekolah. Guru menghibur saya dan berkata akan selalu mendapatkan tempat di kelas. Ia juga mengatur kelas susulan untuk saya. Saya merasa tersentuh.

Saya memutuskan untuk mengejar ketinggalan dalam pelajaran. Lalu, sebulan kemudian, saya tiba-tiba tidak bisa duduk dengan tenang untuk alasan tertentu. Saya tidak memperhatikan ketika di kelas dan selalu merasa gelisah. Saya beristirahat di rumah selama beberapa hari. Saya tidak siap untuk berhenti sekolah, jadi saya memaksakan diri untuk bersekolah.

Kali ini saya mengalami ketakutan dan kegelisahan yang tak terkendali. Ke mana pun saya pergi, saya melihat ke sekitar dan menghindari orang-orang. Saya duduk di bangku dan mencorat-coret sembarangan. Saya tidak dapat konsentrasi pada pelajaran yang diberikan guru. Ketika sekolah telah usai, saya menunggu sampai semua orang telah pergi sebelum saya pulang.

Setiap pagi, saya harus mengumpulkan keberanian untuk pergi ke sekolah, tapi kembali ke rumah dengan berkecil hati. Hal ini berjalan sekitar beberapa hari. Akhirnya, saya menyadari bahwa hal ini tidak akan pernah berhasil. Saya sangat sedih ketika meninggalkan sekolah untuk terakhir kalinya. Saya pulang ke rumah dan menutup pintu kamar. Saya menutup tirai lalu terus menangis. Setelah hari itu, saya mengunci diri di kamar dan menolak untuk berbicara kepada siapa pun.

Seiring berjalannya waktu, dosis obat saya meningkat, dan gejala-gejala yang saya alami belum juga membaik. Setiap enam bulan, saya dipaksa untuk keluar rumah bersama ibu. Setiap kali keluar, saya merasa ngeri, ketakutan, gelisah, dan hal ini semakin memburuk. Dokter mengatakan bahwa saya telah kehilangan semua fungsi sosial dan harus dirawat di rumah sakit.

Saya pergi ke beberapa rumah sakit dan orang tua saya telah menghabiskan banyak uang, namun gejala-gejala yang saya alami hanya semakin memburuk. Saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada diri saya. Untuk mengakhiri beban psikologis, suatu hari saya menemukan obat-obatan milik nenek. Ia mempunyai pil untuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, sakit jantung, dan penghilang rasa sakit.

Saya pikir akan mati kalau meminum puluhan pil ini, jadi saya mengambil dua genggam penuh. Pil-pil itu hanya membuat saya mengantuk, jadi saya mengambil lebih banyak lagi.

Hal ini berjalan selama beberapa hari. Sesekali saya mengambil lebih dari 100 pil secara bersamaan. Tidak terjadi apa pun selain semakin mengantuk. Saya sangat putus asa, mengapa saya tidak mati saja?

Ibu saya menemukan apa yang saya lakukan dan ia menjadi gila. Ia berteriak dan memarahi saya dengan histeris. Setelah kehabisan tenaga, ia menangis, “Baiklah, lakukan yang kamu inginkan.”

Saya tahu ia telah melakukan segala yang ia bisa untuk saya, dan mungkin ia merasa lebih buruk dari yang saya rasakan. Saya memutuskan untuk tidak pergi ke rumah sakit lagi; saya hanya menunggu kematian. Saya sering tidak makan dan tidak minum selama beberapa hari sekaligus, namun entah bagaimana, saya tetap hidup. Saya mengunci diri di kamar, dan hanya mengizinkan ibu membawakan makanan dan minuman, dan keperluan lainnya.

Ketika ia membawakan apa yang saya butuhkan, ia langsung pergi. Saya berhenti mandi maupun mengganti pakaian. Saya buang air kecil dan buang air besar di kamar. Kamar saya sangat kotor dan bau. Semua orang menjauh.

Beberapa tahun telah berlalu, saya telah menjalani lebih dari separuh hidup saya di kamar sendirian. Teman-teman dan keluarga menyarankan orang tua saya untuk membawa saya ke rumah sakit jiwa. Setiap kali seseorang menyebut rumah sakit, saya menjadi gila.

Saya tahu ibu saya juga menderita seperti saya, mungkin lebih buruk lagi, tapi ia tidak pernah membawa saya ke rumah sakit jiwa. Saya sering mendengarnya berkata kepada orang-orang, “Saya tahu banyak kejadian yang mirip seperti dia. Mereka selalu kambuh ketika mereka meninggalkan rumah sakit. Kami telah pergi ke banyak ahli. Saya telah menerima apa pun yang akan terjadi padanya.”

Ibu Saya

Saya selalu dekat dengan ibu. Ibu selalu tahu apa yang saya inginkan. Ketika saya sakit, ia selalu mengkhawatirkan saya. Ia juga bertanggung jawab untuk nenek, yang tinggal bersama kami karena nenek tidak bisa mengurus dirinya sendiri.

Ayah memiliki temperamen yang buruk. Jadi, untuk membantu saya pulih dan tidak merasa terganggu, ibu meyakinkannya untuk tinggal bersama kakek, karena kakek saya juga membutuhkan perhatiannya.

Bahkan dengan segala masalah, ibu tetap kuat dan sehat. Tidak ada yang dapat mempercayai. Ketika paman saya berkunjung, ia berkata, “Saudariku ini terbuat dari baja.”

Saya tahu bahwa alasan ibu dapat menahan segalanya adalah karena Falun Dafa. Ia mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1995 dan telah mendapat manfaat yang luar biasa. Saat pertama kali saya sakit, ia menyarankan saya untuk berlatih, seraya berkata, “Kalau kamu mulai belajar Fa dan berlatih bersama ibu, semuanya akan kembali seperti semula.”

Saya tidak mempercayainya. Ia tetap mencoba membujuk saya belajar Falun Dafa. Sayangnya, saya hidup di dunia yang berbeda. Suatu hari, ia membawakan saya makanan seperti biasanya, dan berkata dengan tegas, “Hatimu terhubung dengan ibu. Jika suatu hari ibu meninggalkanmu, tidak akan ada yang merawatmu seperti yang ibu lakukan. Ibu tidak bisa hidup bersamamu sepanjang hidupmu. Ibu tahu kamu tidak ingin menjadi seperti ini, tapi kamu berpikir kamu tidak bisa keluar dari sini, bukankah ibu benar?”

Setelah 15 tahun, kata-katanya muncul di lubuk hati saya.

Gelombang Berbalik

Saya akhirnya bersedia untuk belajar Fa dan berlatih bersama ibu. Saat pertama kali saya melakukan latihan Metode Berdiri Memancang Falun, saya mencapai keadaan tenang seakan kedua tangan saya terkunci pada posisinya. Saya tidak dapat menurunkannya sampai akhir. Saya hanya bisa duduk dalam posisi lotus penuh selama lebih dari 10 menit saat duduk bermeditasi, tapi hati saya terasa ringan.

Saya membaca ajaran Guru dalam Zhuan Falun,

“Sebagai seorang manusia, jika dapat mengikuti Zhen, Shan, Ren karakter alam semesta, itu barulah seorang yang baik; orang yang menyimpang dari karakter ini adalah manusia yang benar-benar jahat.”

Saya merasa malu. Ibu saya adalah satu-satunya orang yang berhubungan dengan saya semenjak saya sakit. Meskipun ia telah melakukan begitu banyak untuk saya, saya tidak merasa berterima kasih kepadanya. Saya bukan orang yang baik.

Pagi berikutnya, saya berjalan ke kamar mandi dan mulai mencuci muka. Saya tidak percaya saya melakukan ini setelah tidak pernah pergi ke kamar mandi selama bertahun-tahun. Saya menangis saat mencuci muka. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan.

Setelah itu, saya berjalan ke kamar nenek untuk menemuinya. Melihat saya keluar dari kamar, nenek mulai menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan.

Saya merasa mendapat semangat dan menjadi lebih rajin dalam belajar Fa dan berlatih. Perlahan-lahan, saya dapat duduk tenang untuk menonton televisi dan mendengar musik. Pada suatu pagi sekitar dua minggu setelah saya berlatih, saya bangun dan merasa berenergi. Saya memiliki keinginan untuk pergi keluar dan berlari pagi. Saya mengenakan pakaian dan berjalan keluar dengan sangat alami. Ketika saya berjalan di jalanan, semua terasa normal, kegelisahan yang saya alami sebelumnya telah lenyap sepenuhnya.

“Bagaimana saya bisa pergi keluar? Saya berkeliaran di jalan. Apakah ini mimpi?” Saya tiba-tiba bertanya kepada diri sendiri. Ini bukan mimpi. Akhirnya saya bisa menghadapi dunia setelah 15 tahun. Guru telah memberikan berkah kepada saya! Saat itu bumi terasa merekah. Saya duduk di pinggir jalan dan tidak dapat menghentikan air mata. Saya tahu beberapa orang dengan kondisi yang saya alami tidak pernah bisa keluar dari rumah sepanjang hidup mereka.

Setelah menghabiskan waktu cukup lama di luar, saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saya tidak tahu waktu dan khawatir ibu akan merasa cemas. Ketika saya tiba di rumah, ia baru saja hendak pergi ke luar dan mencari saya. Saya membenamkan kepala saya di kedua lengannya dan menangis dalam kebahagiaan.

Lebih dari satu dekade dalam kesengsaraan, penderitaan, depresi, dan harapan telah muncul bagaikan gelombang pasang; air mata kami bercampur bersama ketika berpelukan dengan erat. Ibu berulang-ulang berkata, “Terima kasih, Guru! Saya tahu hari ini akan tiba! Terima kasih, Guru, karena telah menyelamatkan anak saya!”

Kemudian saya bertanya-tanya: Saya telah meminum semua pil itu, bahkan lebih dari 20 kali dosis normal. Mengapa tidak terjadi apa-apa? Apakah Guru telah menjaga saya sejak saat itu?”

Saya Melihat Sebuah Tanah Mitos

Enam bulan setelah saya berlatih Falun Dafa, Guru memperlihatkan proses pemurnian tubuh saya di ruang dimensi lain. Saya tidak akan pernah melupakan itu.

Suatu pagi saya duduk bermeditasi, seketika saya melihat Fashen Guru di hadapan saya, mengenakan jubah kuning. Dengan terburu-buru saya menyapa Guru. Saya melihat banteng hitam besar berjarak beberapa meter jauhnya. Bulunya hitam dan berkilau. Seseorang mencoba mengarahkannya pergi, namun banteng itu menolak dan bersikeras menginginkan saya. Guru menghampiri banteng itu. Beliau mengarahkan jari ke arah banteng itu dan mengatakan sesuatu. Banteng itu perlahan-lahan berbalik dan berjalan pergi hingga tidak terlihat.

Saya memberi tahu ibu apa yang saya lihat; ia memercayai bahwa banteng itu menggambarkan penyakit yang saya derita. Guru mengusirnya pergi. Pagi berikutnya saya melihat Guru lagi ketika bermeditasi. Guru memanggil saya “pengikut muda.”

Guru berkata, “Jalur yang anda dan ibu anda tempuh adalah sangat lurus. Sebagai seorang kultivator, jangan lupa untuk memancarkan pikiran lurus setiap kali mengalami penderitaan dan permasalahan. Ada Guru yang membantu kalian.” Guru juga menyemangati saya untuk “berkultivasi dengan baik dan mencapai kesempurnaan.”

Di hari lain, saya melihat Guru mengajar Fa di dimensi lain. Beliau duduk di belakang meja dengan banyak buku di atasnya. Sebuah lambang Falun tergantung di belakang Furu. Orang-orang berlutut di hadapan Guru dan mendengarkan.

Setelah Guru selesai berceramah, saya tetap tinggal. Guru membuat tiga bola kecil, setiap bola bertuliskan “Sejati - Baik - Sabar.” Guru melemparkan bola-bola tersebut ke atas kepala saya dan memberi tahu saya untuk menjadi seorang kultivator sejati.

Seminggu kemudian, saya melihat sehamparan luas rumput hijau dan bunga selama bermeditasi. Bunga-bunga tersebut tampak dalam berbagai macam warna cerah dan mengeluarkan aroma manis. Tiba-tiba Guru hadir dengan sebuah keranjang kecil di tangan kiri. Keranjang itu penuh dengan kelopak bunga dalam berbagai warna.

Guru menghampiri saya dan meletakan kelopak-kelopak bunga di atas kepala saya. Beberapa kelopak tersangkut di pakaian saya. Kemudian Guru menaruh keranjang itu. Dengan ember kecil di tangan kiri dan kuas kecil di tangan kanan, Guru perlahan menyebarkan air ke kelopak-kelopak bunga yang ada di atas kepala saya. Guru mengenakan topeng.

Setelah beberapa lama, Guru menebarkan lapisan kelopak bunga lainnya di atas kepala saya, dan menyebarkan air di kelopak bunganya lagi. Guru mengulangi proses ini beberapa kali. Akhirnya, Guru melepaskan topeng, saya dapat melihat dengan jelas keringat di wajah Guru. Guru tersenyum kepada saya.

Dua hari kemudian, saya melihat Guru beberapa kali menggunakan tabung gelas untuk menguras darah kehitaman dari kepala saya. Kemudian mengeluarkan ular, lipan, dan hewan-hewan kecil lainnya yang tidak saya kenal keluar dari kepala saya.

Saya menutup mata dan berlutut di hadapan Guru. Saya rasa Guru telah menggunakan kelopak bunga dan aroma-aroma tersebut untuk mengeluarkan makhluk-makhluk busuk ini. Beberapa hari kemudian, saya melihat Guru menyuntikkan darah segar dan cairan putih dengan sangat hati-hati ke dalam kepala saya. Guru telah memberikan saya kehidupan baru.

Seminggu kemudian, saya melihat Guru lagi. Kali ini Guru tidak mengatakan apa pun. Guru melangkah di atas awan putih dan perlahan berjalan pergi.

Pagi berikutnya, saya melihat padang rumput berbunga. Pemandangan dari ruang dimensi lain sangat indah. Segalanya terasa baru bagi saya. Saya sangat senang. Saya melihat sebuah kepiting berukuran sangat besar menghampiri saya. Saya tidak pernah melihat kepiting sebesar ini. Ia mengikuti saya. Saya merasa sedikit takut karena tidak ada seorang pun di sekitar saya. Saya berteriak, “Kenapa kamu mengikuti saya? Kamu sangat menjengkelkan!”

Kepiting itu mengejutkan saya dengan menjawab, “Kamu bodoh. Saya adalah kepiting yang baik. Guru mengirim saya kemari untuk melindungi kamu.”

Nenek saya berusia 82 tahun. Ia merasa senang melihat saya semakin baik setiap harinya. “Falun Dafa baik,” ia terus mengatakan ini, “Ini adalah sebuah keajaiban bahwa cucu saya telah kembali. Ia juga terlihat sangat muda, tidak lebih dari 20 tahun.”

Sehari sebelum Tahun Baru Imlek, saya melihat Guru dan beliau berkata, “Saya akan membantu membersihkan ruangan kamu, jadi kamu dapat merayakan Tahun Baru dengan baik.” Beberapa hari kemudian, saya melihat Fashen guru di depan pintu rumah kami.

Pada Tahun Baru Imlek tahun ini, saya berjumpa teman-teman dan keluarga yang selama bertahun-tahun tidak saya temui. Mereka tidak percaya apa yang mereka lihat. Saya telah berubah drastis; mereka masih ingat ketika saya berusia 15 tahun dan saya sekarang berusia 32 tahun. Mereka semua percaya pada kekuatan luar biasa Falun Dafa sekarang. Paman saya juga mulai berlatih Falun Dafa.