Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

[Fahui Minghui] Mengambil Hikmah dari Menerjemahkan Artikel Berbagi Pengalaman

20 Juli 2018 |   Oleh praktisi Falun Dafa Luar Negeri

(Minghui.org) Salam Guru! Salam rekan praktisi!

Belum lama ini saya menerjemahkan beberapa artikel berbagi pengalaman dengan rekan praktisi lain. Selama proses pengerjaan, saya menemui berbagai ujian Xinxing. Meski butuh waktu bagi saya untuk memahami apa yang terjadi dan menerima ujian layaknya sebagai seorang kultivator sejati, saya sangat bersyukur bahwa kesempatan ini telah menempa hati saya. Oleh sebab itu saya ingin menceritakan satu ujian yang saya alami di artikel ini. Situasinya nampak sederhana, namun saya menyadari ada hal penting dari kejadian ini.

Seorang praktisi pria mengerjakan sebuah artikel untuk diterjemahkan, sebelum diserahkan pada saya untuk diedit. Sebagai seorang wanita, saya punya firasat bahwa penulis artikel ini juga seorang wanita. Karena tidak ada orang lain yang bisa berbahasa Mandarin, maka saya memeriksa nama penulisnya dalam terjemahan Inggris, namun saya sendiri juga tidak yakin.

Sejak dulu saya dapat menebak jenis kelamin penulis dengan tepat dan tidak pernah salah. Jadi saya mengubahnya dari pria menjadi wanita untuk artikel tadi. Saya menyerahkan versi terakhir tanpa menunjukkan editan saya pada praktisi pria yang sudah mengerjakan sebelumnya. Bukannya tidak terpikirkan oleh saya bahwa ia punya pendapat berbeda, namun saya lebih ingin menghindari perdebatan dengannya. Dia telah menunjukkan kecenderungannya untuk menulis banyak email di saat berbeda pendapat dengan praktisi lain dan akan membela mati-matian argumennya sendiri. Semakin banyak yang bergabung dalam perdebatan, yang terjadi hanyalah penyimpangan masalah yang cukup jauh. Saya merasa dia seharusnya belajar menerima keputusan orang lain tanpa harus berdebat. Jadi kali ini saya ingin memberinya pelajaran.

Jika dipikir lagi, saya memang tidak berniat “menunjukkan editan saya.”

Pria ini mengirim email kepada saya saat melihat artikel yang telah diedit. Dia bertanya mengapa saya mengubah banyak hal, khususnya menyangkut jenis kelamin penulis. Awalnya saya bersikap membela diri, namun kemudian saya berpikir, “Lagi-lagi dia mencoba berdebat soal begini, soal begitu. Kenapa dia tidak bisa menerima hasil editan orang lain tanpa harus berdebat?”

Saya ingin membalas emailnya dan memintanya untuk tidak selalu bertanya “kenapa?” setiap kali orang lain mengedit terjemahannya. Saya ingin memberitahu dia supaya menghentikan obsesinya terhadap hasil terjemahannya. Baru saja ingin mengetik, saya menyadari bahwa saya sudah timbul kemarahan dan hati saya tidak tenang, muncul rasa senewen dan berbagai pikiran negatif terhadapnya. Saya merasakan semangat dan siap untuk berdebat.

Kemudian saya menyadari bahwa saya sudah melakukan hal yang sama, apa yang saya tuntut darinya. Meski awalnya saya bermaksud menghindari perdebatan, namun saat ini saya sudah bermaksud memojokkannya. Artinya tindakan saya sama saja dengan dia.

Jadi, saya memutuskan untuk menghadapi diri sendiri dan tidak menghindari konflik.

Guru berkata:

Biarpun kalian mengalami hal baik dan buruk di tengah Xiulian, semuanya adalah hal yang baik, karena ia barulah muncul setelah anda menjalani Xiulian.” (“Kepada Konferensi Fa di Chicago”)

Bila mengalami konflik, tak peduli saya benar atau salah, juga dapat berpikir pada diri sendiri: saya ada kesalahan apa dalam hal ini? Apakah benar saya telah terjadi suatu kesalahan? Selalu berpikir secara demikian, pikiran pertama adalah berpikir pada diri sendiri, berpikir pada masalah yang terjadi, barang siapa yang tidak mematut diri secara demikian maka dia bukanlah seorang praktisi Xiulian Dafa yang sejati. Ini adalah pusaka di dalam Xiulian, ini adalah sebuah karakteristik dari Xiulian kita pengikut Dafa. Hal apapun yang dijumpai, pikiran pertama adalah terlebih dahulu berpikir pada diri sendiri, inilah yang disebut “mencari ke dalam”.” (“Apa yang Disebut Pengikut Dafa”)

Sejujurnya, meski kejadian ini bukan sesuatu yang luar biasa, namun saya membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dan berusaha keras untuk tidak berdebat, mencari siapa benar siapa salah, dan melepaskan keterikatan untuk didikte. Semua pemikiran ini muncul dalam benak saya secara berkesinambungan. Akhirnya dengan tegas saya putuskan untuk bersikap layaknya seorang praktisi sejati dan berfokus pada hikmah yang bisa diambil.

Saya sadar seharusnya saya tidak menyalahkan orang lain dan bisa melihat segala sesuatu dari perspektif orang lain. Para kultivator seharusnya berubah baik dan mempertimbangkan kepentingan orang lain terlebih dahulu, mereka seharusnya mencurahkan usaha pada diri mereka sendiri, dan saya mestinya lebih yakin pada kekuatan Fa. Kekuatan lama-lah yang ingin mengubah orang lain, tanpa mau mengubah diri mereka sendiri. Saya memancarkan pikiran lurus untuk membersihkan medan lingkup diri sendiri dari segala kebiasaan buruk yang membuat saya terlalu kritis pada kesalahan orang lain.

Setelah beberapa saat, hati saya menjadi tenang.

Saya berkata dalam hati untuk tidak terganggu pada kekurangan dia, sekaligus ingin memetik pelajaran dari situasi tadi. Maka saya telusuri kembali pikiran saya--tidak ada kejelasan jenis kelamin penulis, namun saya tetap mengubah jenis kelaminnya. Apa alasan bagi saya untuk memilih antara versi saya dan dia? Sebenarnya, alasan satu-satunya adalah karena saya yakin lebih berkompeten dari dia. Saya punya keyakinan bahwa versi saya jauh lebih baik dari miliknya, jadi saya mengubahnya. Niat saya tidak memberitahunya juga karena tidak ingin berdebat dengannya.

Dulu saya akan menjawab begini: kami perlu meningkatkan efisiensi, berusaha untuk menyelesaikan terjemahan sebelum tenggat waktu, dan menerima perubahan tanpa keluhan. Sebenarnya, itu hanya membuat masalah bertambah rumit, tidak mengenai inti sasaran. Saya sadar bahwa inilah tepatnya yang diinginkan oleh kekuatan lama--mereka ingin kami saling berdebat, merusak kerja sama kami di masa depan. Saya terkejut mengingat banyaknya rekan praktisi termasuk saya, jatuh ke lubang perangkap mereka dan terlibat dalam perdebatan panjang, membuat kerja sama kami menjadi terhambat--secara perlahan namun pasti. Saya merasa sudah waktunya menghentikan kebiasaan ini, sebab kekuatan lama telah memenangkan banyak episode yang dikarenakan kami membiarkan mereka melakukannya.

Saya membiarkan diri saya menerima anugerah dari ajaran Guru, untuk memperkuat keyakinan bahwa, jika Guru membuat saya menjadi pengikutNya, artinya saya pasti dapat mengatasi kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan Fa. Secara perlahan rasanya balok es yang membeku, telah mencair di hati dan pikiran saya.

Saya mengirim email kepada praktisi tersebut, dan menjelaskan panjang lebar mulai dari keinginan saya untuk menghindari perdebatan dengan dia, lalu ego saya yang berpikir bahwa saya lebih berpengalaman daripada dia, dan kesadaran saya untuk menyingkirkan keterikatan pembuktian kebenaran diri sendiri. Saya menceritakan apa yang saya petik dari pelajaran tersebut, mengungkapkan rasa terima kasih saya atas etos kerjanya, serta meminta maaf karena telah gagal mengapresiasi hasil tulisannya. Saya menawarkan diri untuk menerjemahkan ulang sambil memasukkan gagasannya. Itu adalah kata-kata yang saya kirimkan, namun dengan kesungguhan hati. Terasa lurus dan penuh energi namun tetap rendah hati.

Dia berterima kasih pada saya atas email tersebut dan mengatakan tidak perlu membuat perubahan lagi. Kami tidak membahas lebih lanjut tentang masalah ini. Saya merasakan kedamaian dan kesatuan. Karena nyatanya, beberapa situasi berbeda di antara kami akhirnya dapat diselesaikan dengan sikap terbuka dan jujur satu sama lain. Ini sungguh sebuah pelajaran berharga tentang penyesuaian pikiran dan perilaku saya.

Saat kami bekerja sama dengan praktisi lain, saya percaya bahwa hal terpenting adalah tidak terjebak oleh kekuatan lama, dan umpan mereka terwujud dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dilakukan pada waktu berbeda. Mereka tampaknya kecil, namun bertambah banyak seiring waktu. Saya heran mengapa butuh waktu lama bagi saya untuk menyadari hal ini?

Pada tingkat yang lebih dalam, saya sadar seharusnya saya tidak boleh mengikuti pergulatan ego, meski dalam proyek Dafa, namun harus bertindak jujur dan saling menghormati antar sesama praktisi. Hanya dengan demikian kita mampu membuktikan kebenaran Dafa dalam perkataan dan tindakan. Jika kita tidak mampu melakukannya, maka kita akan seperti berkomplot dengan kekuatan lama, bukannya menolak dan menyingkirkannya.

Semakin banyak mencari ke dalam, saya semakin terbuka dan sederhana, maka lebih mudah bagi saya untuk bekerja sama dengan yang lain, baik untuk proyek Dafa maupun dalam kehidupan pribadi saya.

(Artikel Berbagi Pengalaman Pilihan dari Konferensi Fa Minghui 2018, Diringkas)