(Minghui.org) Praktisi Falun Gong di Jepang mengadakan parade di Osaka pada tanggal 14 Juli, dan Kyoto pada tanggal 15 Juli 2018, untuk menyerukan agar penganiayaan yang dilakukan oleh rezim komunis Tiongkok (PKT) segera diakhiri. Acara ini untuk memperingati praktisi Falun Gong yang meninggal sejak tragedi ini dimulai pada 19 tahun silam, tanggal 20 Juli 1999. Selama 19 tahun, para praktisi di Jepang tetap konsisten mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong kepada pemerintah Jepang dan masyarakat serta memperoleh dukungan mereka.

Parade besar ini mendapat perhatian luas dari para wisatawan dan penduduk lokal. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk mempelajari fakta tentang Falun Gong dan mengungkapkan dukungan mereka terhadap para praktisi.

Seorang wisatawan asal Tiongkok mengambil foto saat latihan bersama. Dia memberitahu praktisi, “Saya tahu ini adalah Sejati-Baik-Sabar. Pertahankan pekerjaan baik anda!”

Parade Falun Gong di Osaka.

Parade Falun Gong di Kyoto.

Para turis merasa senang menonton parade Falun Gong.

Aoki, seorang warga lokal berkata pada reporter, “Saya sudah menaruh perhatian pada masalah ini dan saya mendukung anda! Terus lanjutkan upaya menyebarkan informasi ini karena ini cara yang sangat baik. Tidak mungkin ada kegiatan seperti ini di Tiongkok. Dan makna pawai ini sangat besar! Saya sungguh bersimpati pada anda!”

Aoki membaca brosur Falun Gong.

Suzuki memuji Tian Guo Marching Band, “Musik yang luar biasa!”

Matsumoto (kiri) dan Yamamoto berkata pada praktisi Falun Gong, “Tolong lakukan sebisa mungkin untuk memberitahu orang-orang tentang penganiayaan ini. Kami ingin tahu lebih banyak tentang ini.”

Kitano (kiri) dan Kanaya melambaikan tangan pada praktisi Falun Gong. Kitano berkata, “Saya muak dengan penganiayaan. Hari ini panas. Mohon jaga diri anda!”

Seorang pria dari Prefektur Aichi merekam video parade tersebut. Dia tahu banyak tentang fakta penganiayaan ini. Dia berkata, “Kejatuhan Partai Komunis Tiongkok hanya masalah waktu. Ini babak terakhir kediktatorannya. Saya merasa ini sangat mirip dengan yang terjadi di Uni Soviet sebelum kejatuhannya.” Dia menambahkan, “Praktisi Falun Gong telah bekerja keras! Saya mendorong dan mendukung mereka!”

Wisatawan asal Amerika, Inggris, dan Belanda mengatakan bahwa mereka telah melihat kegiatan Falun Gong dan mendengar tentang penganiayaan. Harapan mereka sama yakni agar penganiayaan ini segera dihentikan.

Pria dari Belanda menunjukkan dukungan pada Falun Gong.

Tracey dari Inggris berharap penganiayaan ini akan berakhir.

Praktisi Falun Gong Yoshida Chiki berkata pada reporter mengenai pengalaman pribadinya terkait penganiayaan ketika ia tinggal di Tiongkok. “Ibu dan paman saya ditangkap karena berlatih Falun Gong saat saya berusia satu tahun. Paman saya dicambuk oleh opsir polisi selama penangkapan, dan ibu divonis dua tahun penjara, serta dimasukkan ke sel isolasi. Dindingnya ditutupi oleh tulisan yang memfitnah Dafa. Dia dipaksa mendengarkan sirene yang melengking sebagai penyiksaan. Praktisi Falun Gong terbunuh karena organ mereka, yang digunakan untuk operasi transplantasi organ. Penganiayaan ini masih terus berlangsung, ada kerabat warga negara Jepang di Tiongkok ditangkap bulan lalu. Saya menantikan hari di mana praktisi Falun Gong itu dibebaskan.”

Praktisi Falun Gong Yoshida Chiki menceritakan pengalaman penganiayaan yang dialami keluarganya.

Liu Zhiying, wanita warga Osaka, berkata ibunya telah ditangkap karena berlatih Falun Gong bulan lalu. “Kerabat saya pergi mengunjungi ibu saya pada tanggal 14 Juni lalu, karena dia tidak dapat menghubungi beliau. Sesampainya di rumah orang tua saya, dia menemukan ayah terborgol, dan tiga polisi berpakaian preman sedang menggeledah rumah mereka. Mereka ditangkap karena membagikan materi klarifikasi fakta. Polisi kini menyita buku-buku Falun Gong, pemutar audio MP3, dan uang tunai. Sekarang ayah dibebaskan, namun ibu sudah dijebloskan ke penjara.

Liu Zhiying meminta dukungan untuk pembebasan ibunya.