(Minghui.org) Falun Dafa yang juga dikenal sebagai Falun Gong terus menginspirasi orang-orang di seluruh dunia di tahun 2018 dengan prinsip utamanya, yaitu Sejati-Baik-Sabar. Sekitar 10.000 praktisi Falun Gong menghadiri konferensi berbagi pengalaman di Amerika Serikat pada 21 Juni 2018 dan berbagi tentang bagaimana latihan ini telah mengubah hidup, pikiran, dan tubuh mereka. Semakin banyak pendatang baru dari berbagai penjuru dunia yang mulai menikmati belajar lima perangkat latihan Falun Gong, serta memulai perjalanan spiritual menuju kesehatan dan kebahagiaan.

Sementara orang-orang di luar Tiongkok dapat berlatih Falun Gong dengan bebas, lain halnya dengan di Tiongkok. “Letter from Masanjia,” sebuah film dokumenter pemenang penghargaan, membuka tabir tentang situasi mengerikan yang dihadapi oleh praktisi Falun Gong di Tiongkok, di mana rezim komunis telah menganiaya latihan ini sejak Juli 1999. Tahun lalu telah diverifikasi bahwa lebih dari 40 praktisi kehilangan nyawa mereka, 931 dipenjarakan, dan masih banyak lagi yang ditangkap karena memegang teguh keyakinan mereka terhadap Falun Gong.

Para praktisi di dalam dan luar Tiongkok terus berupaya meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan tersebut. Shen Yun, perusahaan seni pentas nirlaba yang berpusat di New York dengan sebagian besar pemainnya yang berlatih Falun Gong, menyorot penyiksaan terhadap Falun Gong di Tiongkok dalam pertunjukan-pertunjukan mereka yang tiketnya terjual habis. Rapat umum dan pawai skala besar diadakan di Washington D.C. menyerukan untuk diakhirinya penganiayaan.

Berkat upaya para praktisi, Falun Gong menerima lebih banyak lagi penghargaan dan dukungan dari komunitas internasional pada tahun 2018, termasuk dari lembaga pemerintah dan LSM. Banyak warga dan organisasi secara langsung untuk mengatakan “tidak pada komunisme” setelah menyadari kejahatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok dalam menganiaya latihan yang damai ini.

Upaya-upaya juga dilakukan untuk menuntut pertanggungjawaban para pejabat tinggi Tiongkok yang terlibat penganiayaan tersebut.

Tahun 2018 diakhiri dengan ribuan ucapan selamat Tahun Baru yang tulus dari praktisi Falun Gong dan keluarga mereka kepada pencipta Falun Gong, Li Hongzhi, selain itu juga untuk berterima kasih karena telah memperkenalkan latihan ini kepada dunia.

Tahun baru 2019 ini, menandakan 20 tahun penganiayaan terhadap Falun Gong. Kami berharap dapat melihat Tiongkok yang baru, di mana praktisi Falun Gong dapat menjalankan keyakinan mereka dengan bebas tanpa diganggu, ditangkap, disiksa, atau dibunuh serta diambil organ tubuh mereka. Kami menanti lebih banyak orang untuk bergabung dalam upaya menghentikan penganiayaan di tahun baru ini.

10.000 Praktisi Hadir di Konferensi Berbagi Pengalaman Tahunan

Dengan semakin dikenalnya Falun Gong di seluruh dunia dan semakin banyak orang yang bergabung berlatih setiap tahunnya, praktisi yang hadir dalam konferensi berbagi pengalaman tahunan juga semakin bertambah setiap tahunnya.

Konferensi tahun 2018 diadakan di Capital One Arena, Washington D.C., pada 21 Juni 2018. Hampir 10.000 praktisi dari 56 negara dan wilayah hadir.

Guru Li Hongzhi berceramah selama 1 jam 45 menit, termasuk menjawab pertanyaan para praktisi. Para hadirin bertepuk tangan dengan hangat untuk menyambut Guru terhormat.

Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Tahun 2018 diadakan di Capital One Arena, Washington D.C. pada 21 Juni 2018.

Salah satu dari 16 yang menceritakan pengalamannya, Benjamin Maloney dari New York, berbagi tentang bagaimana Falun Gong telah membantunya menghentikan kecanduan terhadap alkohol dan obat-obatan. Dulu ia adalah remaja yang bermasalah, ia lulusan teratas di kelasnya dari sekolah tinggi seni liberal bergengsi dan bekerja pada sebuah perusahaan yang termasuk Fortune Global 500. Ben bersyukur kepada latihan Falun Gong yang telah mengubah jiwa mudanya yang tersesat menjadi orang dewasa yang berguna, sehingga membuat orang tua dan dirinya bangga.

Belajar Latihan Falun Gong

Praktisi Falun Dafa Malaysia melakukan presentasi pada forum kesehatan yang diselenggarakan oleh PUSPANITA, asosiasi perempuan pegawai pemerintah dan anggota keluarga pejabat, pada 31 Juli. Ketika 5 praktisi memeragakan latihan Falun Gong di panggung, banyak hadirin yang berdiri untuk mengikuti gerakan. Beberapa manajer rumah sakit menghampiri praktisi setelah itu untuk mendapatkan lebih banyak informasi serta mengatur kegiatan berikutnya.

Lebih dari 100 peserta forum mempelajari latihan Falun Gong pada acara yang disponsori oleh Departemen Kesehatan Negara Johor dan Yayasan Kanker Tunku Laksamana Johor.

Di seberang lautan di California, sekitar 40 orang menghadiri workshop Falun Dafa pada 31 Juli di perpustakaan umum di Fremont. Setelah workshop Falun Dafa diadakan di awal Juli, banyak orang bertanya bagaimana mereka bisa mempelajari latihan ini, dan sesi ini ditambahkan untuk memenuhi permintaan mereka.

Lebih dari 40 warga di Fremont, California menghadiri workshop Falun Dafa pada 31 Juli di sebuah perpustakaan umum.

Presentasi dan kelas latihan Falun Gong diadakan di Cagua, Venezuela pada 12 Agustus. Sekitar 50 orang menghadiri workshop tersebut. Menghadapi krisis finansial negara, banyak peserta mengatakan bahwa mereka merasakan ketenangan di hati ketika melakukan latihan ini. Mereka berkata bahwa mereka akan terus melanjutkan latihan di rumah dan akan menceritakan apa yang telah mereka pelajari tentang Falun Dafa kepada teman dan keluarga mereka.

Dari Kota New York hingga Seoul, Tianti Bookstore yang spesialisasi pada ajaran Falun Dafa terus disambut oleh warga lokal maupun pengunjung. Selama diskusi workshop yang diadakan baru-baru ini di Seoul, Yuan Zhengxi, yang mulai berlatih setelah kesehatan temannya pulih secara dramatis, berkata, “Perubahan terbesar adalah peningkatan dalam kualitas tidur saya. Biasanya, saya hanya tidur nyenyak paling lama dua jam. Tapi belakangan ini, jam tidur saya menjadi dua kali lipat.”

Praktisi baru lainnya, Kim Baosheng, menyetujuinya, “Saya biasanya merasa tidak nyaman saat pagi hari dan tidak ingin bangun. Tapi belakangan ini, perasaan tidak nyaman pun hilang. Bangun tidur bukan lagi suatu hal yang sulit,” tambahnya.

Letter from Masanjia” Membuka Tabir Penganiayaan di Tiongkok

“Dimulai dengan ‘pesan dalam botol’ yang tidak lazim dan berkembang menjadi kisah luar biasa tentang penderitaan, belas kasih, dan keteguhan manusia,” tulis Kevin Crust pada Los Angeles Times dalam ulasannya tentang film dokumenter, Letter from Masanjia.

Berdasarkan kisah nyata, surat SOS yang ditemukan di dalam kotak dekorasi Halloween “Made in China” di K-mart, Oregon segera memicu serangkaian peristiwa yang akhirnya menuntun pada penutupan seluruh sistem kamp kerja paksa di Tiongkok.

Penulis surat itu, Sun Yi, adalah seorang praktisi Falun Gong yang dipenjara karena keyakinannya di kamp kerja paksa Masanjia yang terkenal kejam. Mempelajari teknik pembuatan film dari sutradara film melalui Skype, Sun Yi diam-diam meliput cuplikan mengerikan dari kehidupan sehari-harinya dalam upayanya untuk mengekspos kejahatan HAM yang mengerikan di Tiongkok.

Sun Yi dengan surat yang ditulisnya di kamp kerja paksa Masanjia (Flying Cloud Productions)

Film tersebut memenangkan lebih dari selusin penghargaan di tahun 2018, termasuk pada Calgary International Films Festival, Atlanta DocuFest, dan Milano International Film Festival Awards. Juga menjadi pesaing dalam kategori Feature Documentary dalam 91st Academy Awards.

“Kita perlu melakukan dialog terbuka dengan Tiongkok mengenai permasalahan ini. Salah satu permasalahan yang dulu terjadi dan masih sedang terjadi adalah pengambilan organ (secara paksa). Kita tidak bisa menghentikan dialog terbuka. Kita tidak bisa mengatakan bahwa masalah ini tidak eksis,” kata Tomas Zdechovsky, anggota Parlemen Eropa dari Republik Ceko, setelah pemutaran film di Parlemen Eropa pada 4 Desember 2018.

Lebih dari 40 Praktisi Meninggal sebagai Akibat Langsung dari Penganiayaan

Penganiayaan Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Dafa, yang sudah memasuki tahun ke-19, belum mereda di seluruh Tiongkok. Situs web Minghui setiap hari masih menerima laporan penganiayaan dari Tiongkok, termasuk penangkapan sewenang-wenang, penahanan, penyiksaan, hukuman penjara, serta kasus-kasus kematian.

Lebih dari 40 praktisi Falun Dafa meninggal pada tahun 2018 sebagai akibat dari penyiksaan di tahanan polisi.

Xu Yupan (perempuan), dari Provinsi Henan, dipenjara karena keyakinannya dan dibebaskan dengan alasan kesehatan setelah didagnosis menderita kanker.Ia pulih dengan melakukan latihan Falun Gong di rumahnya, hanya saja sering diganggu oleh polisi. Kesehatannya kembali memburuk dan akhirnya meninggal di usia 70 tahun saat Festival Dua Sembilan, hari libur tradisional Tiongkok untuk menghormati orang tua.

Wang Yuelai (pria), dari Provinsi Hunan, berada dalam kondisi kritis setelah tiga bulan penahanan di Penjara Wangling. Meskipun keluarganya berulang kali meminta pembebasan bersyarat untuk perawatan medis, pihak berwenang menolak untuk membebaskannya dan memerintahkan para penjaga dan tahanan untuk mengawasinya sepanjang waktu. Kondisinya terus memburuk sampai akhirnya dokter mengeluarkan pemberitahuan kondisi kritis ketiga. Dia meninggal di penjara pada 31 Agustus 2018. Usianya 56 tahun.

Wang Yuelai, 56 tahun, meninggal di Penjara Wangling setelah permohonan pembebasan bersyarat medis keluarganya ditolak.

Pengambilan organ terkadang berkaitan dengan kasus-kasus kematian ini. Ma Guilan (wanita), 64 tahun ditangkap pada 4 Juli 2018 karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong dan dibawa ke Pusat Penahanan Kota Qinhuangdao, Provinsi Hebei. Berita muncul pada 17 September, bahwa pada suatu pagi ia tiba-tiba jatuh sakit sekitar pukul 06.00. Ia meninggal beberapa jam setelah dibawa ke Rumah Sakit Polisi Qinhuangdao sekitar pukul 08.00.

Menurut orang dalam, beberapa agen pemerintah dengan identitas tidak diketahui datang ke rumah sakit, membedah perutnya, dan mengambil organ dalamnya untuk beberapa dugaan pemeriksaan. Masih tidak jelas ke mana organnya dibawa.

Sebulan sebelum kematian misterius Ma (wanita), dua tahanan lainnya (yang sudah dipastikan bukan praktisi Falun Gong) juga meninggal dalam kondisi yang mencurigakan. Beberapa praktisi Falun Gong setempat menduga bahwa tiga kematian mencurigakan itu mungkin ada hubungannya dengan pengambilan organ hidup-hidupyang disetujui pemerintah komunis Tiongkok, terutama organ tubuh praktisi Ma (wanita) yang dikonfirmasi telah diambil.

931 Dipenjara karena Keyakinannya di Tahun 2018

Menurut informasi yang dikumpulkan sejauh ini, pada tahun 2018, 931 praktisi Falun Gong dijatuhi hukuman penjara karena memegang teguh keyakinan mereka, dengan jangka waktu hukuman rata-rata 3,2 tahun.

95 dari praktisi tersebut berusia 65 tahun ke atas. 10 praktisi berusia 70-an menerima hukuman berat selama 7 tahun, dan 4 praktisi berusia 80-an menerima hukuman selama 4 tahun.

Wang Xianghui (pria), seorang warga Provinsi Hebei, dijatuhi hukuman 21 bulan penjara pada 25 Desember 2018 setelah dipenjara selama 11 tahun antara tahun 2002 dan 2013 karena menginterupsi sinyal TV untuk menyebarkan informasi tentang penganiayaan.

Selain Wang, 9 praktisi lain yang dihukum 20 tahun penjara pada tahun 2002 karena menginterupsi sinyal TV untuk menyiarkan informasi tentang penganiayaan masih menjalani masa tahanan di penjara hingga hari ini.

Huang Min (pria), 76 tahun, seorang professor teknik elektronik di Universitas Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, menderita stroke pada tahun 2017 karena penyiksaan jangka panjang. Meskipun begitu, otoritas penjara masih menolak untuk membebaskannya.

Selain dari mereka yang dijatuhi hukuman penjara, ribuan praktisi ditangkap dan dilecehkan pada tahun 2018. Di Kota Weifang, Provinsi Shandong, 163 praktisi ditangkap sebelum KTT Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang diadakan di Kota Qingdao pada 9-10 Juni 2018.

Di Harbin dan Daqing, Provinsi Heilongjiang, 119 praktisi ditangkap pada 9 November 2018. Telah dilaporkan bahwa pihak berwenang telah mengawasi ponsel dan/atau aktivitas sosial media para praktisi selama beberapa bulan menjelang penangkapan. Polisi diberi daftar siapa-siapa yang akan ditangkap.

Pada 2017, pihak berwenang melecehkan praktisi di bawah kampanye "Mengetuk Pintu" yang merambah seluruh Tiongkok. Sejak Juli 2018, pihak berwenang telah menargetkan praktisi dalam "kampanye anti-preman," di mana polisi menjadikan praktisi Falun Dafa sebagai sasaran untuk memenuhi kuota mereka dalam menangkap anggota kelompok preman.

Selama kampanye anti-preman di Provinsi Jilin, setidaknya 48 praktisi ditangkap dan 2 dilecehkan di Kota Changchun pada Oktober 2018, termasuk hampir 20 praktisi dan keluarganya ditangkap dalam satu hari pada 12 Oktober.

Rapat Umum dan Pawai di Washington D.C. Menyerukan untuk Diakhirinya Penganiayaan

Bersamaan dengan konferensi berbagi pengalaman tahunan, lebih dari 6.000 praktisi Falun Gong dari seluruh dunia mengadakan rapat umum di luar Gedung Putih di Washingtn D.C. pada 20 Juni 2018, untuk menyerukan diakhirinya penindasan selama 19 tahun terhadap Falun Gong di Tiongkok.

Rapat umum di Halaman Barat Gedung Putih, Washington D.C. pada 20 Juni 2018. Para praktisi memegang spanduk yang menyerukan diakhirinya penganiayaan dan membangkitkan kesadaran publik akan bahaya komunisme.

Anggota parlemen AS, aktivis hak asasi manusia, dan perwakilan dari organisasi non-pemerintah juga ikut mbil bagian dalam rapat umum ini dan menyatakan dukungan mereka atas perlawanan damai Falun Dafa terhadap penganiayaan.

Para pembicara mengecam pengambilan organ hidup-hidup yang didukung oleh rezim Tiongkok dari mereka yang ditahan karena keyakinannya di Tiongkok; memuji nilai-nilai universal Sejati-Baik-Sabar, dan menyerukan kepada publik untuk mengenali sifat jahat dari Partai Komunis.

Anggota Kongres, Dana Rohrabacher (CA) berpidato di hadapan para praktisi dengan sepenuh hati. Ia berkata bahwa ia adalah pendukung Falun Gong sejak lama, tidak hanya berdasarkan pada hak orang untuk mengekspresikan pandangan mereka; ia juga setuju dengan prinsip utama Falun Dafa. “Saya bangga berdiri bersama anda di sini dan selalu demikian,” katanya.

Setelah rapat umum, pawai akbar dimulai dari Capitol Hill, kemudian berjalan di sepanjang Pennsylvania Ave., Constitution Ave., dan berakhir di Monumen Washington. Para praktisi peserta pawai membawa potret rekan-rekan yang telah kehilangan nyawa mereka selama penganiayaan di Tiongkok, sementara yang lain membawa spanduk yang menyerukan kepada publik untuk mengenali kebrutalan yang dilakukan oleh Partai Komunis. Pesan para praktisi pun disambut hangat oleh para penonton dan pejalan kaki.

Ribuan praktisi Falun Dafa menghadiri acara nyala lilin di depan Monumen Washington pada 22 Juni 2018

Nyala lilin diadakan di Monumen Washington pada 22 Juni 2018 malam, yaitu hari ketiga dari kegiatan skala besar praktisi Falun Dafa di Washington D.C. “Duduklah di sisi saya. Pejamkan mata kita dalam kedamaian. Suara bergema dari lubuk hati terdalam: hentikan penyiksaan, hentikan pembunuhan, hentikan segala penindasan. Belas kasih dan keteguhan hati kita akan menang,“ kata pembawa acara.

Seniman Shen Yun Menyentuh Penonton dengan Keindahan Murni dan Kisah Falun Gong

Shen Yun, perusahaan seni pentas yang berpusat di New York dengan misi menghidupkan kembali 5.000 tahun kebudayaan Tiongkok tradisional, mengakhiri tur tahunannya yang ke-12 pada tahun 2018 dengan hampir 600 pertunjukan di 151 kota di 19 negara.

Pertunjukan Shen Yun dengan orkestra live dipenuhi penonton di Lincoln Center, New York City, pada 11 Januari 2018.

Para seniman Shen Yun, yang sebagian besar adalah praktisi Falun Gong, mengikuti tradisi luhur dari latihan spiritual dan meditasi dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk menghadirkan keindahan terbaik kepada penonton saat berada di atas panggung.

Sementara banyak penonton terpukau oleh kostum Shen Yun yang mempesona, tarian yang elegan, dan orkestra unik dari alat musik Tiongkok dan Barat, lebih banyak lagi yang tersentuh oleh disiplin diri dan keindahan dalam diri para seniman.

Arthur Waldrin, seorang profesor sejarah yang berspesialisasi pada Tiongkok di Universitas Pennsylvania mengatakan bahwa ia menikmati pertunjukan Shen Yun Performing Arts di Merriam Theater di Philadelphia pada 10 Maret 2018.

“Saya sudah menjadi mahasiswa Tiongkok selama 40 tahun. Ini mengingatkan saya mengapa saya memilih itu,” kata Waldron. “Karena ini adalah harta otentik yang terkandung dalam peradaban Tiongkok, dan ketika saya menyaksikan para penari dan mendengar musik tersebut, saya pikir, ini luar biasa bagus--- standar dunia, orang-orang ini dapat melakukan apa saja.”

“Keberhasilan luar biasa yang dimiliki Shen Yun di seluruh dunia menunjukkan bahwa dalam peperangan antara depotisme, kebudayaan menyimpang, kurangnya moralitas dan tatanan kebajikan, pengajaran nilai kebaikan, kultivasi diri, tidak perlu ditanya lagi siapa yang akan menang.”

Profesor Waldrin juga memuji Shen Yun karena mengungkap penderitaan praktisi Falun Gong dengan menampilkan kisah mereka di pertunjukan tersebut.

Ia berkata, “Jika Anda memikirkan tentang nasib para praktisi di Tiongkok--yang disiksa, mereka digunakan dengan cara iblis sebagai sumber organ transplantasi dan lainnya, -- ini adalah kejahatan yang mengerikan. Dan tidak ada seorang pun yang pernah mendengarnya, meskipun kita memiliki semua buktinya—kita punya rekaman, foto, kita punya segalanya. Siapa yang berpikir bahwa setelah itu, seluruh dunia bisa diliputi oleh barisan (seni pertunjukan) ini. Ini menunjukkan, dalam makna tertentu, kesatuan alam semesta dan kesatuan kebenaran.”

Dukungan dari Komunitas Internasional

Menanggapi pelanggaran hak asasi manusia yang mencolok di Tiongkok, terutama pembunuhan praktisi Falun Gong demi organ mereka – kejahatan yang direstui oleh pemerintah komunis, komunitas internasional mengecam keras pelanggaran tersebut dan menyerukan rezim komunis untuk mengakhiri penganiayaan.

Senat Negara Bagian Georgia, Senat Negara Bagian Missouri, Kongres Negara Bagian Arizona, dan Senat Kanada mengeluarkan resolusi atau undang-undang untuk mengutuk pengambilan organ paksa di Tiongkok.

Dalam Laporan Tahunan yang diterbitkan oleh U.S. Commission for International Religious Freedom (USCIRF), Tiongkok terdaftar sebagai salah satu negara yang menjadi fokus khusus, bersama dengan Korea Utara, Iran, dan Vietnam.

“Ketika ditahan, praktisi Falun Gong menderita eksperimen psikiatris dan medis lainnya, tes medis yang tidak diperlukan, kekerasan seksual, kekerasan fisik, penyiksaan, dan pengambilan organ, seringkali dilakukan sebagai upaya untuk memaksa melepaskan keyakinan mereka,” tulis laporan tersebut.

Anggota Senat AS, Marco Rubio (kanan) dan anggota Dewan Perwakilan AS, Chris Smith (kiri), Ketua dan Wakil Ketua dari Congressional-Executive Commission on China (CECC), mempresentasikan laporan tahunan CECC pada 10 Oktober 2018.

Chris Smith, anggota Dewan Perwakilan dan Wakil Ketua dari Congressional-Executive Commission on China (CECC) menyebut rezim komunis “menindas secara keterlaluan” pada konferensi pers penerbitan laporan hak asasi manusia tahunan CECC 2018 pada 10 Oktober.

Terlebih lagi, karena tahun 2018 menandai peringatan 26 tahun pengenalan Falun Gong kepada publik, berbagai instansi pemerintah A.S. di berbagai tingkatan juga mengeluarkan tiga resolusi, 44 proklamasi dan 27 surat ucapan selamat sebagai pengakuan terhadap Falun Gong dan kontribusi para praktisi kepada masyarakat.

Proklamasi yang dikeluarkan oleh para pejabat Negara Bagian New York mengapresiasi dampak positif dari latihan peningkatan diri ini kepada masyarakat dan secara khusus mencatat prinsip-prinsip inti Falun Gong yaitu Sejati, Baik, dan Sabar. Para pejabat ini juga mengecam penganiayaan terhadap Falun Gong selama 19 tahun di Tiongkok.

Katakan Tidak pada Komunisme

Pusat Layanan Global bagiPemunduran dari Partai Komunis Tiongkok (Tuidang) dalam parade di New York merayakan Tahun Baru Imlek pada 17 Februari 2018

Semakin banyak orang mengetahui tentang kejahatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam penganiayaannya terhadap Falun Gong, mereka bergabung dengan gerakan Tuidang untuk memutuskan hubungan dengan rezim. Pada 2018, sekitar 300 juta orang Tiongkok telah menyatakan pengunduran diri mereka dari keanggotaan PKT dan organisasi-organisasi pemuda komunis.

Di Philadelphia, pejabat PKT menyamar menjadi cendekiawan dan berusaha memfitnah Falun Gong pada konferensi internasional. Namun, mereka mendapat protes keras dari masyarakat setempat. Poster-poster fitnahan mereka akhirnya dikeluarkan dari forum, dan sebagi gantinya penyelenggara acara mengundang praktisi Falun Gong setempat untuk memberi tahu hadirin tentang latihan dan penganiayaan yang terjadi.

Demikian pula di Sydney, sebuah pameran tubuh manusia plastinasi ditutup lebih awal pada 16 September 2018 setelah pameran tersebut menimbulkan kemarahan publik atas keprihatinan etika dan hukum yang sedang berlangsung, tubuh tersebut kemungkinan adalah sisa-sisa korban pengambilan organ paksa.

Warga Australia, pasangan suami istri Grace, melakukan perjalanan dari Adelaide ke Sydney pada hari pameran dibuka dan menyebarkan brosur di daerah perumahan terdekat.

Pasangan suami istri Grace (kedua dan pertama dari kiri) memprotes pameran ‘Tubuh Asli’

Grace (sang suami) mengatakan bahwa pameran mayat tersebut merupakan penghinaan terhadap kemanusiaan. Ia berbicara kepada orang-orang yang telah berkunjung ke pameran. Beberapa dari mereka tidak bisa berhenti menangis setelah keluar dari sana; mereka berkata bahwa mereka tidak tahu bahwa pameran tersebut mengandung benda-benda seperti itu.

Upaya Menuntut Pertanggungjawaban Para Pelaku Utama Kejahatan

Seiring dengan dukungan dari komunitas internasional, semakin banyak kemajuan telah dibuat untuk menuntut pertanggungjawaban para pelaku utama kejahatan.

Pengadilan independen yang terdiri dari pengacara, akademisi, ahli etika, pakar medis, peneliti, dan pembela hak asasi manusia mengadakan dengar pendapat publik selama tiga hari pada bulan Desember 2018 di London. Lebih dari 30 korban penganiayaan, ahli medis, dan para penyelidik menyerahkan bukti-bukti dan bersaksi.

“Kami, anggota pengadilan, semuanya yakin, dengan suara bulat, tanpa keraguan, bahwa di Tiongkok pengambilan organ secara paksa dari mereka yang ditahan karena keyakinannya telah dipraktekkan dalam periode waktu yang substansial, melibatkan sejumlah besar korban ... yang diorganisir oleh negara atau organisasi/individu yang direstui pemerintah,” kata ketua pengadilan, Sir Geoffrey Nice, QC, yang juga jaksa penuntut utama kasus kejahatan HAM Slobodan Milosevic pada Pengadilan Pidana Internasional bagi bekas Yugoslavia.

Di Kanada, daftar 14 pejabat komunis Tiongkok yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat diajukan kepada Menteri Luar Negeri oleh Asosiasi Falun Dafa Kanada dalam sebuah forum yang memperingati 70 tahun Hari Hak Asasi Manusia Internasional pada 12 Desember 2018.

Surat yang menyertai daftar itu menyerukan kepada pemerintah Kanada untuk memberikan sanksi kepada para pelanggar hak asasi manusia ini di bawah Undang-Undang Korban Pejabat Asing yang Korupsi, juga disebut Undang-Undang Magnitksy.

Para pejabat tinggi yang terlibat dalam penganiayaan terhadap Falun Gong juga melihat perjalanan mereka ke luar negeri dipantau oleh berbagai organisasi di negara tuan rumah. Dong Jiahong, presiden eksekutif Rumah Sakit Tsinghua Changgung Beijing dan mantan kepala Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, batal diundang dalam KTT Investasi Teknologi Israel-Tiongkok ke-7 pada November 2018 setelah masuknya komplain tentang dugaan keterlibatannya dalam pengambilan organ hidup-hidup dari mereka yang ditahan karena keyakinannya di Tiongkok.