Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Jujur dalam Berkata-Kata dan Bertindak

28 Nov. 2019 |   Oleh seorang praktisi Falun Dafa di Beijing, Tiongkok

(Minghui.org) Suami dan saya adalah praktisi. Dia melakukan latihan setiap pagi. Tetapi, dalam hal latihan saya sedang dalam keadaan, “Selesai tiga hari, istirahat dua hari.” Saya selalu meminta suami untuk membangunkan saya untuk berlatih bersama di pagi hari. Dia membangunkan saya sesuai permintaan, tetapi saya tidak pernah langsung bangun.

Suatu pagi, suami membangunkan saya dan meminta saya untuk latihan. Saya malah kembali tidur. Saya bermimpi: Saya mencari kartu kredit yang saya selipkan di buku jurnal (kami mempunyai toko pakaian, buku itu biasanya digunakan untuk pembukuan). Saya tahu kartu kredit itu diselipkan di buku jurnal itu, tetapi saya tidak bisa menemukannya. Setelah saya bangun, saya langsung mencarinya di dompet saya dan ternyata kartu itu ada di sana. Mimpi itu sangat jelas.

Saya sadar bahwa saya adalah praktisi. Karena saya tidak selalu menepati janji, saya mendapatkan mimpi ini. Bukankah apa yang saya lakukan berlawanan dengan apa yang seharusnya praktisi lakukan? Bukankah kita harus menepati janji kita?

Guru berkata,

“Yang disebut sungguh-sungguh percaya sebagai apa? Anda hanya di mulut mengatakan percaya, tetapi di hati sebenarnya tidak percaya. Mengapa? Karena bila sungguh-sungguh percaya, tingkah laku anda harus sesuai dengan perkataan anda.” (Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Eropa)

Saya malas, tetapi itu bukan diri saya yang sejati. Saya bertekad untuk menyingkirkan keterikatan ini. Pagi berikutnya saya bangun dan melakukan latihan. Walaupun kadang-kadang saya tidak bangun tetap waktu, saya berencana untuk menepati janji saya.

Orang-orang Tergerak dengan Tingkah Laku Kita yang Lurus

Setiap hari saya mengultivasi diri sendiri sesuai dengan persyaratan Dafa. Saya ingin melakukan apa yang Guru sarankan, “...mengultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri.” (“Sifat Kebuddhaan Tanpa Kebocoran” dalam Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju I)

Pemilik toko sebelah melihat lonceng tembaga tergantung di pintu toko baju saya dan menyukainya. Kapan pun ada pelanggan yang masuk, saya bisa mendengar lonceng berbunyi. Dia meminta saya untuk membelikannya dua buah, jadi saya memesannya.

Ketika pesanan dikirim, saya menemukan bahwa penjual itu mengirimkan 12 buah lonceng, jadi ada kelebihan pengiriman sebanyak 10 buah. Saya menghubungi penjual, dan memberitahukannya. Saya memberi tahunya saya akan membayar 10 lonceng yang lebih itu. Penjual itu sangat tersentuh dan gembira, berterima kasih kepada saya, dan dengan murah hati memberikan 10 lonceng itu kepada saya.

Kebetulan saya juga memesan rak untuk toko kami. Tanpa sengaja penjual mengirimkan lagi satu buah dengan harga seratus yuan per buahnya. Jika saya mengembalikan rak itu akan membuat penjual rugi. Untuk mengurangi kerugian penjual, saya membayarnya karena dapat saya gunakan juga di toko. Penjual itu sangat berterima kasih kepada saya.

Praktisi melakukan sesuatu sesuai dengan Sejati-Baik-Sabar, hati mereka merasa gembira dan tenang.