(Minghui.org)

Saya berusia 64 tahun dan lahir di Yeongju, Gyeongsang Utara. Pada kesempatan kali ini saya ingin menceritakan perjalanan kultivasi saya kepada anda.

Saya baru berusia tiga tahun, ketika ibu saya meninggal akibat pendarahan perut yang parah. Saat berusia tujuh tahun, ayah saya tiba-tiba jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Saya memiliki kakek yang merawat saya, tapi tak lama kemudian dia juga meninggal. Sulit sekali untuk mendapatkan makanan pada saat itu.

Tantangan demi tantangan datang setiap hari. Meski sangat muda, saya tetap ingin pergi ke sekolah dan mengurus diri sendiri. Saya terpikir untuk menjadi seorang biksu, namun pikiran untuk mengakhiri hidup juga terlintas di pikiran saya setelah melalui hari-hari penuh penderitaan. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk tetap hidup.

Saya lulus dari sekolah menengah kereta api di Seoul dan mulai bekerja di Departemen Kereta Api Yeongju. Hidup saya akhirnya stabil, dan saya menikah. Selama 37 tahun, pernikahan kami tidak berjalan mulus. Namun saya bersyukur pada istri saya, melalui dia saya bisa mengenal Dafa. Saya menyadari ada hubungan sebab akibat dibalik kesulitan saya selama ini.

Istri Saya Mulai Berkultivasi

Istri saya bertemu dengan praktisi Falun Dafa sekitar tahun 2015. Mereka berdua bekerja sebagai pemandu wisata budaya. Praktisi ini mengetahui keadaan pernikahan kami yang tidak bahagia. Dia memberikan dorongan pada istri saya untuk berkultivasi Falun Dafa. Saya dapat merasakan bahwa Guru sedang membuka jalan bagi kami berdua untuk berkultivasi.

Situasi keluarga kami berubah menjadi lebih baik setelah istri saya mulai berkultivasi Falun Dafa. Sebagai contoh, anak perempuan saya yang sulit hamil melahirkan anak kembar. Putra saya menemukan pekerjaan mapan. Keluarga kami dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan.

Saya memperhatikan istri saya saat dia membaca Zhuan Falun dan berkultivasi dengan tekun. Karena kesibukan bekerja, saya merasa tidak punya cukup waktu untuk Dafa. Kadang-kadang istri saya meminta saya untuk belajar Fa bersamanya. Sering kali saya mengatakan sibuk sebagai alasan dan hanya tertarik pada pekerjaan saya. Saya bertanya-tanya mengapa dia mengajak saya untuk belajar Fa. Saya merasa belajar Fa bukan hal yang penting.

Penderitaan Membantu Saya Memasuki Dafa

Waktu saya untuk pensiun dari departemen kereta api hampir tiba. Saya diminta memimpin beberapa penyesuaian personel. Seorang kolega yang pekerjaannya diubah memprotes, dia ingin kembali ke pekerjaannya semula. Dia terus menelepon saya, mengeluh dan menolak keputusan saya. Suatu malam dia menelepon saya sambil mabuk dan mengancam akan menuntut saya ke pengadilan. Saya merasa kacau dan sulit untuk tidur hingga kelelahan.

Beberapa malam kemudian, dia menelepon lagi di tengah malam. Saya merasa letih dan enggan meladeninya. Istri saya yang mengangkat telepon berkata, “Saya minta maaf pada anda mewakili suami saya. Saya sangat mengerti perasaan anda. Sungguh saya merasa menyesal.” Sementara dia melampiaskan kemarahan dan keluhannya, istri saya mendengarkan dengan sabar dan terus meminta maaf.

Guru berkata, “Jika anda biasanya selalu mempertahankan sebuah hati yang belas kasih, suatu sikap mental yang tenang dan damai, maka ketika berjumpa masalah akan dapat diatasi dengan baik, karena ia masih menyisakan kesempatan untuk meredam terpaan. Jika anda selalu dalam belas kasih, memperlakukan orang dengan Shan, selalu memikirkan orang lain sebelum melakukan sesuatu, setiap kali berjumpa masalah yang pertama-tama dipikirkan ialah, apakah hal ini bagi orang lain terasa berat atau tidak, apakah dapat mencederai orang lain, dengan demikian tidak akan timbul masalah.” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Saya duduk dan mendengarkan istri saya yang dengan sabar berbicara pada kolega saya. Saya dapat melihat bahwa dia berusaha menolong saya dengan mengikuti prinsip Dafa.

Setelah itu istri saya memberikan buku Zhuan Falun dan meminta saya membacanya. Saya menurutinya, bahkan buku itu saya bawa ke tempat kerja dan membacanya di sana. Awalnya saya tidak mengerti apa yang Guru katakan. Namun semakin dalam saya mempelajarinya, perlahan-lahan saya merasakan kekuatan dan makna Dafa yang sangat mendalam. Saya seperti diselimuti oleh energi positif yang sangat kuat, baik fisik maupun mental—sebuah luapan suka cita!

Rekan kerja saya pun perlahan-lahan mulai berhenti mengeluh dan menyesuaikan diri dengan posisi barunya. Saya juga sudah pensiun. Dari segi positif terlihat bahwa saya mulai berkultivasi Falun Dafa setelah melalui konflik ini.

Di masa lalu, lengan dan bahu kanan saya kesemutan dan terasa nyeri. Saya telah menemui sejumlah dokter, tapi tidak ada yang bisa menyembuhkan dan sakitnya masih berlanjut. Suatu hari saat saya membaca Zhuan Falun, tiba-tiba saya merasakan substansi hitam keluar dari tubuh saya. Sesudah itu nyeri yang sering saya alami lenyap.

Saya menyadari bahwa ini adalah kekuatan Dafa. Guru telah menghapus karma dan memurnikan tubuh saya. Guru berkata, “Begitu sifat kebuddhaan muncul, akan menggetarkan sepuluh penjuru dunia. Siapa saja yang melihat selalu ingin membantunya tanpa syarat.” (Ceramah 1, Zhuan Falun)

Pemahaman Fa yang Semakin Dalam

Saya terus belajar Zhuan Falun, dan memancarkan pikiran lurus. Pada tahun 2005, saya pergi ke Taiwan untuk konferensi berbagi pengalaman dan berpartisipasi dalam kegiatan formasi huruf. Saya bangga dan merasa terhormat dapat berlatih Falun Dafa. Saya melakukan latihan Gong dan berpartisipasi dalam kelompok belajar Fa. Saya juga mengikuti berbagai aktivitas pengenalan Falun Dafa saat tinggal bersama putri saya, mengikuti kegiatan Hari Falun Dafa serta kegiatan 20 Juli. Saya bekerja sama dengan rekan praktisi dan mengklarifikasi fakta pada orang-orang tentang penganiayaan yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Menyaksikan penampilan Tian Guo Marching Band di jalan-jalan Kota Seoul, saya mulai memahami alasan mengapa kita perlu memberi tahu orang-orang tentang Falun Dafa dan penganiayaan.

Saya juga menyadari bahwa seorang kultivator seharusnya tidak memikirkan manfaat apa yang ia dapat dari Dafa. Dia seharusnya memikirkan apa yang bisa ia lakukan terhadap Dafa. Melalui pemahaman saya yang masih dangkal, saya bertanya-tanya bagaimana melakukannya lebih baik lagi. Meski saya turut mengklarifikasi fakta, terkadang saya ragu. Ada kekhawatiran bagaimana orang lain memandang saya. Saya masih belum mampu melepaskan kepentingan diri sendiri dan ego pribadi. Sebaliknya saya berusaha melindungi keterikatan itu dan tidak ingin melenyapkannya. Istri saya terus mengingatkan bahwa belajar Fa saya masih kurang, jadi ia menyarankan agar saya menyalin Zhuan Falun dengan tulisan tangan. Guru berkata,

Guru berkata,

“Jangan memandang jabatan anda di tengah manusia biasa terlalu penting, jangan merasa anda tidak akan dimengerti orang bila belajar Dafa. Coba anda pikirkan, teori umat manusia yang mengatakan dirinya adalah hasil evolusi dari kera, masih dapat naik menduduki tempat yang terhormat, sedangkan sebuah Dafa alam semesta yang begitu agung, kalian malah merasa tidak enak menempatkannya pada posisi yang layak, ini baru benar-benar merupakan sesuatu yang memalukan bagi manusia.” (“Lingkungan,” Petunjuk Penting untuk Gigih Maju)

Saya sekarang sudah tiga kali putaran menyalin Zhuan Falun.

Istri saya memberi sejarah singkat tentang Falun Dafa. Dia berkata sebagai praktisi, kita seharusnya memahami mengapa penganiayaan terjadi dan alasan dibaliknya. Saya mempelajari bagaimana praktisi di daratan Tiongkok berkultivasi di tengah kekejaman rezim PKT. Saya sekarang juga sudah memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang penganiayaan yang dilakukan oleh Kantor 610 dan alasan mantan pemimpin PKT memulai penganiayaan.

Tempat latihan kami memiliki rumput yang cukup tinggi. Suatu hari saya bersama istri memutuskan untuk memotongnya. Seorang pria yang melihat kami bertanya, mengapa kami memotongnya. Setelah kami memberi tahunya, dia pergi dan kembali sejam kemudian bersama 12 orang untuk membantu kami.

Saya terkejut dan menyadari bahwa ini terjadi atas pengaturan Guru. Sepanjang kita bertekad melakukan sesuatu, Guru pasti akan membantu.

Guru berkata,

“Pikiran lurus para pengikut kuat
Guru memiliki kemampuan mengatasi keadaan langit”
(“Budi Jasa Guru dan Pengikut,” Hong Yin II)

Mencari Ke Dalam Selama Latihan Gong Pagi

Enam anggota keluarga kami, termasuk cucu saya berlatih Falun Dafa. Kami berpartisipasi dalam belajar Fa bersama di Gyeongsang Utara dan kelompok belajar Fa lokal pada akhir pekan. Saya merasa bahwa latihan pagi sangat bermanfaat. Ketika melakukan latihan kedua, saya dapat merasakan bahwa Guru memberikan kebijaksanaan kepada saya. Kami menggantung spanduk di tempat latihan agar orang-orang mengetahui tentang Falun Dafa dan menyelamatkan mereka.

Belum lama ini saya menyadari bahwa menjaga proses kelancaran latihan Gong merupakan hal penting. Saya menjadi kesal saat sejumlah orang tidak konsisten hadir di tempat latihan. Saya membahas sikap ini pada istri saya. Kami berdua sepakat bahwa pikiran itu bisa menjadi keterikatan jika terlalu memikirkannya.

Guru berkata,

“Saya katakan kepada anda, sebab fundamental yang menyebabkan Gong tidak dapat tumbuh adalah dua huruf: “Xiu” dan “Lian,” banyak orang hanya memandang penting pada Lian, namun tidak memandang penting pada Xiu. Jika anda hanya memohon ke arah luar, bagaimanapun juga tidak bakal memperoleh.” (Ceramah 1, Zhuan Falun)

Seorang koordinator harus memperlakukan rekan praktisi dengan ramah, karena partisipasi mereka di tempat latihan sangat penting. Saya juga menyadari bahwa saya memiliki kekurangan di aspek belas kasih dan bertekad untuk meningkatkannya.

Gigih Maju

Sebagai praktisi baru, saya punya banyak aspek yang perlu ditingkatkan, khususnya mencari ke dalam dan mengultivasi xinxing. Sering kali saya menghindar dari tanggung jawab saya.

Guru berkata,

“Mulai sekarang kalian berbuat sesuatu harus lebih dulu memikirkan orang lain, mengultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri, dahulukan orang lain kemudian baru diri sendiri, oleh sebab itu sejak sekarang apa yang kalian lakukan dan katakan juga harus demi orang lain, bahkan memikirkan generasi berikutnya! Berpikir demi keabadian Dafa yang tidak berubah untuk selama-lamanya!” (“Sifat Kebuddhaan Tanpa Kebocoran,” Petunjuk Penting Gigih Maju)

Saya harus hidup di bawah ajaran Guru dan mempertimbangkan kepentingan orang lain terlebih dahulu.

Guru juga berkata,

“Zhen, Shan, Ren adalah Satu-satunya Kriteria Pengukur Baik Buruk Seseorang” (Ceramah 1, Zhuan Falun)

Setelah lima tahun, setiap kali membaca Zhuan Falun, saya selalu merasakan perasaan yang berbeda. Sungguh sebuah kehormatan bisa berlatih Falun Dafa. Saya bertekad untuk memberikan upaya terbaik dan menjadi praktisi sejati yang sesuai kriteria “…dipukul tidak membalas, dicaci juga tidak membalas.” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Saya akan menggunakan setiap kesempatan untuk berkultivasi dengan gigih maju bersama keluarga saya. Tolong tunjukan kekurangan yang perlu saya tingkatkan.

(Dibacakan di Konferensi Fa Korea 2019)