BAB 2

KONSPIRASI DARI IBLIS MERAH – MENGHANCURKAN UMAT MANUSIA

“Sesosok roh, roh gentayangan komunisme, berkeliaran di Eropa.” Manifesto Partai Komunis Menggunakan “roh gentayangan” sebagai kata pembuka, pastinya bukan keinginan Karl Marx yang mengebu sesaat. Roh gentayangan ini adalah roh jahat yang berada pada dimensi lain, yang terbentuk dari “kebencian” serta berbagai macam makhluk sampah dari tingkat rendah alam semesta. Wujud aslinya adalah seekor ular, setibanya pada dimensi tingkat permukaan, bentuk perwujudannya adalah seekor naga merah. Ia berkomplot dengan setan yang mendendam pada Dewa sejati dan kebenaran. Roh jahat ini bertujuan hendak memusnahkan umat manusia, pada saat terakhir Tuhan datang kembali menyelamatkan makhluk hidup, membuat manusia tidak percaya pada Tuhan, merusak moralitas manusia sedemikian rupa sampai tidak dapat memahami ajaran Tuhan sehingga pada saat terakhir tersingkirkan dan Yuanshen (jiwa prima)-nya dimusnahkan selamanya.

Orang-orang mungkin beranggapan komunisme sama saja seperti berbagai macam paham yang lain, adalah semacam tren ideologis dalam dunia manusia, atau juga semacam eksperimen yang gagal. Sama sekali bukan! Komunisme bukan tren ideologis, juga bukan percobaan, ini bukanlah sesuatu hal yang dihasilkan sendiri oleh manusia. Komunisme adalah ajaran iblis, adalah ajaran yang diberikan secara paksa oleh roh jahat dan yang secara khusus digunakan untuk merusak dunia manusia, dan datang demi tujuan memusnahkan umat manusia.

Jika dikatakan orang yang berada di dalamnya belum dapat melihat tipu muslihat roh jahat komunis, coba sekarang kita kilas balik sejarah seratus tahun partai komunis, maka akan dapat terlihat dengan jelas peta jalan roh jahat komunis untuk memusnahkan umat manusia yang diatur secara cermat.

Karl Marx beserta para pengikutnya adalah perwakilan di dunia manusia yang dipilih oleh roh jahat ini untuk menjalankan konspirasinya, untuk mendirikan ajaran sesat komunis di atas dunia ini. Oleh karena itu kita membahasnya dari kepercayaan ajaran sesat Karl Marx dan peta jalan roh jahat.

I. RAHASIA KARL MARX YANG TIDAK DIKETAHUI ORANG – PERCAYA PADA AJARAN SESAT

Di kalangan orang Barat yang paling dikenal oleh bangsa Tiongkok, tentu saja Karl Marx adalah salah satunya. Akan tetapi tentang asal-usul Karl Marx ini, seberapa banyakkah kita pahami? Sebenarnya sangatlah sedikit.

Karl Marx dilahirkan di sebuah keluarga Yahudi yang kaya. Pada saat dia berumur 6 tahun, ayahnya meninggalkan agama Yahudi dan beralih memercayai agama Kristen dan Karl Marx juga dibaptis menjadi pengikut Kristen di gereja yang sama. Dia pernah dalam tulisannya secara hangat memuliakan Tuhan, tetapi kemudian telah terjadi peristiwa misterius. Pada diri Karl Marx mendadak timbul kebencian yang tidak masuk akal kepada Tuhan, seorang Karl Marx yang sepenuhnya berbeda telah muncul.

Peneliti Karl Marx di Barat menemukan bahwa, perubahan Karl Marx adalah dikarenakan mendapat pengaruh dari pengikut setan, dan juga mengubah dirinya menjadi seorang pemuja setan. Setan tepatnya adalah iblis, hal ini akan membuat sangat banyak orang Tiongkok merasa terkejut. Tidak ada salahnya dari karya-karya pribadi Karl Marx kita meneliti proses perubahan dirinya menjadi iblis dan dunia batinnya yang penuh dengan kekerasan dan kebencian.

Saat berumur 18 tahun Karl Marx menulis sebuah skenario drama berjudul Oulanem, di dalamnya tertulis: “Musnah, musnah… diikuti dengan teriakan keras ala alam liar, mengucapkan kutukan kepada seluruh umat manusia… di tengah kegelapan, celah menganga neraka tanpa dasar menghadap kau dan aku, jika kau terjatuh ke dalam, aku akan mengikuti dari belakang sambil tertawa terbahak-bahak dan berbisik di samping telingamu: ‘Turunlah temani aku, kamerad!’… jika eksis suatu benda yang dapat menelan semuanya, maka aku akan melompat masuk ke dalam, untuk memusnahkan dunia ini.”

Hati Karl Marx yang penuh kebencian dan kebrutalan yang tak terbayangkan itu, sungguh membuat bergidik.

Di dalam puisi lain The Fiddler (Pemain Pertunjukan), Karl Marx menulis: “Ah! Aku akan menggunakan pedang berdarah hitamku, secara tepat tak meleset menusuk rohmu… kutukarkan dari tangan setan… aku mainkan musik mars kematian yang kuat nan indah.” Di dalam The Pale Maiden (Gadis Pucat), Karl Marx menulis: “Aku sudah kehilangan Surga… sekarang ditakdirkan harus turun ke neraka.”

Dalam puisi Human Pride (Arogansi Manusia), Karl Marx mengakui, tujuannya sama sekali bukan mengubah dunia menjadi lebih baik, melainkan ingin memusnahkan dunia, bahkan menganggapnya sebagai kegembiraan. “Dengan penuh pelecehan, aku menantang dunia, pada wajah dunia, kulemparkan sarung lengan bajaku (gauntlet) dimana-mana, raksasa kerdil ini roboh, terisak dan tergeletak mati, tetapi kejatuhannya tidak bisa memadamkan api kebahagiaanku. Pada saat itu aku bakal laiknya Tuhan, menerobos melalui kerajaan yang sudah menjadi puing, berjalan layaknya kembali dari kemenangan perang. Setiap kata yang aku ucapkan adalah api dan karma, aku merasa duduk setara dengan Sang Pencipta.”

Dari manakah kebencian Karl Marx terhadap dunia berasal? Karl Marx dalam Invocation of One in Despair (Kutukan Magis dari Orang yang Putus Asa) telah mengungkap sejumlah petunjuk.

“Di tengah kutukan dan siksaan takdir, suatu roh merampas seluruh milikku; seluruh dunia telah dihempaskan ke belakang, yang tersisa dariku hanyalah dendam dan kebencian. Di atas langit akan kudirikan singgasana kerajaanku, dengan dingin dan rasa takut menjadi puncak menaranya, gemetar karena takhayul adalah pondasinya, sedangkan penderitaan ekstrim yang paling gelap itu adalah pemiliknya.”

Dalam surat kepada ayahnya Karl Marx menuliskan: “Suatu era telah berakhir, yang suci di atas segala kesucian milikku telah terkoyak-koyak, roh yang baru pasti datang menggantikannya.”

“Sejenis kegelisahan sejati telah menguasaiku, aku tak bisa menenangkan hantu yang gelisah ini, sampai aku dan dirimu yang menyayangiku, berkumpul bersama.”

Perubahan hati Karl Marx tentu menimbulkan kekhawatiran ayahnya. Di dalam suratnya ia berpesan pada sang anak: “Selama hatimu dijaga tetap murni dan memiliki denyut kemanusiaan, tidak membiarkan iblis membuat hatimu menjauhi perasaan nan indah, hanya dengan demikian, aku baru akan bahagia.”

Hati Karl Marx telah berubah menjadi iblis, di dalam puisi “Tentang Hegel” dengan arogan menuliskan:

“Oleh karena aku melalui pemikiran mendalam telah menemukan prinsip sejati yang paling mendalam dan paling agung, maka aku sama agungnya dengan Tuhan, kegelapan adalah jubahku, layaknya seperti ‘Dia’.”

Jalan Karl Marx menjadi iblis, di masa sekarang ini sudah bukan lagi rahasia, semua karya, komunikasi dan sejumlah besar penelitian tertulis para cendekiawan Barat telah dipublikasikan, hanya saja negara-negara komunis itu sengaja mengabaikannya. Menurut penulis buku “Marx dan Setan” Richard Wurmbrand mengatakan, dia pernah menghubungi Institut Marx di Moskow, dan diberitahu bahwa karya Karl Marx seluruhnya mencapai 100 lebih, di antaranya hanya 13 buah dicetak dan dipublikasikan.

Karl Marx pada waktu itu, yang dia pikirkan hanyalah ingin memusnahkan dunia, sama sekali tidak terpikir ingin melakukan sesuatu terhadap kaum proletar, kaum petani juga buruh. Akan tetapi, Karl Marx sebagai seorang yang sangat cerdas dan pernah mendapat pendidikan tinggi, pada saat yang sama juga sesosok manusia dengan hati dipenuhi oleh kebencian dan kekerasan, menentang Tuhan, mengutuk umat manusia serta menyembah iblis, ini cocok sekali sebagai perwakilan dunia manusia yang dicari-cari oleh roh jahat komunis, maka itu roh jahat pun telah memilih Marx. Karl Marx yang percaya pada ajaran sesat dan membenci Tuhan pada dasarnya bukan ateis. Dia telah mengubah komunisme menjadi ajaran sesat yang memuja ateisme, ingin menggunakan ajaran sesat komunis yang ateis untuk menentang Tuhan, dan menyelesaikan misi dari roh jahat komunis yaitu memusnahkan umat manusia.

Sebagai hasilnya, sebuah drama tragedi yang menggunakan kaum proletar untuk mengacaukan dunia manusia hingga jungkir balik dan hujan darah berangin anyir pun telah dimainkan.

II. PETA JALAN ROH JAHAT MEMUSNAHKAN UMAT MANUSIA

Revolusi komunis yang berdarah-darah, terlihat kacau balau tak beraturan, tapi sebenarnya merupakan pengaturan roh jahat yang sangat cermat. Sasaran dari roh jahat tepatnya adalah “negara di pusat” yakni: Tiongkok. Roh jahat tahu, jika dapat menaklukkan Tiongkok maka dapat mengangkangi dunia. Akan tetapi, warisan budaya moralitas dan spiritual bangsa Tiongkok selama lima ribu tahun, tidak mungkin dapat menampung komunisme yang begitu mengagungkan kekerasan dan mendendam terhadap Buddha dan Dewa. Oleh karena itu, konspirasi berliku dari roh jahat komunis pun mulai dijalankan.

LANGKAH PERTAMA: MEMULAI DI EROPA

Tahun 1848, Manifesto Partai Komunis dipublikasikan, Karl Marx mengagungkan pandangan ateis penuh dendam terhadap Tuhan dan filosofi pertarungan sebagai ajaran inti komunisme. “Ateisme” dan “pertarungan” saling mengisi saling menghidupi, mutlak tidak terpisahkan satu sama lain. Karena tidak percaya pada Tuhan, maka tidak takut pada Langit, tidak takut pada Bumi dan tidak gentar dengan pembalasan atas perbuatan baik ataupun buruk; karena mengagungkan pertarungan, maka berani melawan Langit, berani melawan Bumi dan melawan manusia, bertarung tanpa batas dasar. “Ateisme” dan “filsafat pertarungan” telah menjadi landasan teori dan panduan tindakan selama seratus tahun politik tirani partai komunis yang brutal dan berdarah.

LANGKAH KEDUA: MELAKUKAN UJI COBA DI SOVIET RUSIA

Karena komunisme tidak mendapat simpati manusia, maka setelah Komune Paris gagal dan hampir setengah abad kemudian, tahun 1917 Lenin melancarkan Revolusi Oktober di Rusia, dan berdirilah rezim komunisme pertama di dunia. Uni Soviet memulai uji coba serangkaian sistem sosial untuk merusak masyarakat dan metode paksaan untuk mengubah manusia, yang tujuannya adalah mewariskannya kepada PKT di kemudian hari.

Tujuan roh jahat adalah harus masuk ke Tiongkok. Soviet Rusia tidak lebih hanya sebagai batu loncatan saja.

LANGKAH KETIGA: TUMBUHKAN AKAR DI TIONGKOK

Partai Komunis Rusia (PKR) bersusah payah mendukung Partai Komunis Tiongkok (PKT), mencari agen untuk wilayah Tiongkok, selain keluar dana juga tenaga, dan pada akhirnya berhasil melahirkan sebuah rezim PKT.

Secara permukaan PKT menganggap Uni Soviet sebagai “tuan” dan bersumpah membela Soviet sampai mati, namun pada kenyataannya Uni Soviet dan Eropa Timur tak lebih hanya sebagai pemeran pembantu dalam pertunjukan besar ini, PKT-lah sang pemeran utama yang diasuh oleh roh jahat.

LANGKAH KEEMPAT: AMERIKA DAN SOVIET KONFRONTASI – PKT TUTUP PINTU UNTUK MEMUSNAHKAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL

Setelah Perang Dunia II muncullah sebuah kubu komunisme yang sangat besar. Roh jahat demi mempertahankan kelompok ini, maka dibuatlah militer Uni Soviet menjadi besar, dan dimulailah konfrontasi militer Amerika – Soviet selama beberapa dekade. Kelihatannya Amerika bersaing dengan Soviet, namun faktanya adalah memberikan ruang dan waktu bagi PKT. Dengan adanya “perlindungan militer” dari Uni Soviet, roh jahat lalu mengatur PKT menjulurkan tangan untuk mulai menangani kebudayaan warisan Dewata – ingin memusnahkan peradaban Huaxia [1], memusnahkan kepercayaan orang Tiongkok.

Bagaimana merusaknya? Di dalam sebuah lingkungan yang tertutup, melancarkan serangkaian gerakan politik, mencipta malapetaka bagi tatanan hidup manusia, mengayunkan gada ateisme dengan pertarungan antar-kelas yakni: “benci, tipu, tarung, bunuh” sebagai panduannya, yang dihantamkan ke kebudayaan Tiongkok yang diwariskan selama lima ribu tahun, membolak-balik standar benar – salah dan baik – jahat, yang baik dibilang jahat, yang jahat dibilang baik, Negeri Etika dan Tata Krama tidak eksis lagi, putra-putri bangsa Tionghoa yang memiliki kepercayaan dicuci otaknya hidup-hidup menjadi anak cucu Marx dan Lenin yang bahkan tidak mengakui leluhurnya.

LANGKAH KELIMA: UNI SOVIET TERCERAI BERAI – PKT NAIK TAKHTA

Saat kebudayaan tradisional Tiongkok telah dirusak oleh PKT hingga hampir tak tersisa apa pun, dalam proses ini PKT juga telah mengumpulkan pengalaman mengintimidasi manusia hingga ke tingkat yang sangat mahir. Roh jahat komunis merasa bahwa PKT telah memburuk sampai pada taraf yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan rencana selanjutnya, maka, dengan Uni Soviet sebagai batu loncatan, tempat uji coba sekaligus tubuh pelindung, misinya pun telah memasuki tahap akhir, suatu kubu komunis yang begitu besar dengan suara gemuruh telah runtuh, Uni Soviet telah mundur dari panggung pertunjukan sejarah, dan peran sebagai bos besar komunisme itu pun telah dilanjutkan oleh PKT.

LANGKAH KEENAM: EKONOMI MELESAT – MORALITAS ANJLOK

Seiring berakhirnya konfrontasi militer Perang Dingin, suatu pertunjukan besar ekonomi telah dimulai. Bagaimana cara untuk membuat ekonomi sebuah negara yang telah diporak-porandakan sampai nyaris hancur oleh gerakan politik, dengan cepat menjadi kaya mendadak? Roh jahat pun mengatur perpindahan kekayaan besar-besaran, memindahkan kekayaan Barat ke Tiongkok. Setelah Uni Soviet tercerai-berai, mengapa tidak terjadi lonjakan modal dan teknologi dari Barat memasuki Uni Soviet, sedangkan setelah PKT naik menjadi pemimpin komunisme, malah menjadi incaran pemodal dari Barat? Selaku manusia, bisa menggunakan berbagai macam dalih untuk menjelaskan fenomena seperti ini. Sebenarnya penyebab fundamental di baliknya adalah pengaturan dari roh jahat – sudah tiba saatnya Uni Soviet menarik diri, giliran PKT menaiki panggung memainkan perannya.

Dijelaskan secara detail, “perasaan terhadap Tiongkok” dari negara Barat terutama orang Amerika, juga adalah demi peristiwa ini. Pada masa konfrontasi Amerika-Soviet, Tiongkok dan Soviet juga bermusuhan, Tiongkok tampak terkucil karena menutup diri dari dunia Internasional. Kejahatan PKT terutama termanifestasi berupa pengrusakan terhadap kebudayaan sendiri dan pembantaian terhadap rakyat sendiri, sementara selalu bersikap merendah pada pentas internasional, secara objektif negara Barat yang memusuhi Uni Soviet senantiasa memiliki kesan yang baik pada Tiongkok. Betapapun PKT merendahkan Amerika dengan sebutan “Lang Zi Ye Xin” [2], sebaliknya Amerika selalu memiliki semacam perasaan khusus terhadap Tiongkok dan rakyat Tiongkok, mungkin inilah kondisi psikologis yang dimiliki manusia di dunia terhadap “negara (yang berada di) pusat”.

Intinya, begitu pertunjukan besar ini dimulai, modal raksasa dari luar negeri berikut teknologi Barat yang terakumulasi ratusan tahun, telah membanjir masuk bagai tanggul jebol ke Tiongkok. Begitu menemukan orang Tiongkok yang pekerja keras, ulet tapi juga mahir ketrampilannya, serta kapok miskin akibat sekian lama diintimidasi oleh PKT sehingga siap mengejar harta mati-matian, maka terjadilah sebuah “keajaiban ekonomi”. Memanfaatkan pasar yang besar sebagai umpan, uang dari seluruh dunia digelontorkan ke Tiongkok, dengan uang triliunan dolar AS masuk ke Tiongkok, pasar negara Barat juga terbuka lebar untuk Tiongkok, devisa hasil keuntungan berputar kembali ke Tiongkok, laba yang diperoleh para kapitalis Barat pun tetap ditinggalkan di Tiongkok, cadangan devisa Tiongkok pun melonjak ekstrem, begitu melimpahnya telah sampai kebingungan entah bagaimana cara menggunakannya. Pada saat yang sama, PKT juga mencetak mata uang Renminbi [3] (RMB) berkali lipat dari nilai tukar mata uang asing disirkulasikan di pasar, membuat uang yang beredar di masyarakat banyaknya bukan main, lalu harga rumah juga meningkat drastis, yang harus menggunakan uang sebesar bilangan astronomi untuk mencernanya, maka dari itu mesin pencetak uang PKT pun sama sekali tidak dapat lagi berhenti bekerja.

Kekayaan, meningkat drastis dalam semalam, bahkan orang Tiongkok sendiri juga terkejut karenanya, bagaimana bisa datang begitu cepat dan begitu mudah? Secara permukaan sepertinya dikarenakan orang Tiongkok rajin dan mau bekerja keras, padahal sebenarnya jika tidak ada roh jahat mengendalikan perpindahan kekayaan besar-besaran di belakang layar, adalah tidak mungkin bisa menjadi kaya.

Sejak dahulu, perkembangan ekonomi di masyarakat normal dibutuhkan tingkat moralitas yang setara sebagai penopang, itulah yang disebut “kaya dengan memiliki moral (De)”; roh jahat secara sengaja melakukan hal sebaliknya di Tiongkok. Ada kiasan yang mengatakan, “orang dusun yang mendadak kaya, lebih ganas”, dari “makin miskin makin terhormat” pada asketisme [4] hingga “segala sesuatu dilihat dengan uang” di era “kebebasan seksual”, moralitas masyarakat merosot dari hari ke hari, tanpa henti menerobos batas minimumnya. Seiring dengan dirusaknya moralitas, maka tercipta sebuah badan ekonomi yang meningkat pesat, membentuk sebuah “monster ekonomi” yang begitu besarnya.

Tujuan roh jahat mengatur “keajaiban ekonomi” ini sangat sederhana: “Tanpa adanya kekuatan ekonomi, maka PKT tidak ada hak berbicara di dunia”. Namun, roh jahat mengatur segalanya ini sama sekali bukan agar Tiongkok menjadi kuat, roh jahat ingin agar dalam hal ekonomi dan hubungan internasional dunia menjadi tergantung pada PKT, sehingga pada saat PKT terus mendorong moralitas orang Tiongkok ke dalam jurang, menindas kepercayaan orang Tiongkok, maka seluruh dunia dapat dibungkam, menatap tapi tidak melihat. Pada saat yang sama, juga agar Tiongkok yang telah anjlok moralitasnya ikut menyeret moralitas seluruh dunia, yaitu ke arah “kehancuran bersama”.

Namun, ketika roh jahat memanfaatkan “globalisasi” untuk memainkan pemindahan kekayaan besar-besaran, yang merupakan jurus tipuan untuk membuat Tiongkok kaya dalam semalam, roh jahat juga telah menetapkan mekanisme yang dapat melenyapkan kekayaan semacam itu. Cepat atau lambat masyarakat Barat akan bangkit menentang perpindahan kekayaan ini. Ketika politikusnya mendapat tekanan dari warga pemilihnya, negara-negara itu akan mengubah kebijakannya, mereka bahkan akan bersatu melawan PKT, ekonomi Tiongkok yang gendut namun kosong isinya sama sekali bukan lawan sebanding. Pada saat yang sama, ekonomi yang tak bermoral tidak akan berkembang. Bersamaan dengan diaturnya ekonomi yang meningkat pesat tanpa adanya moralitas, maka telah menabur benih keruntuhan ekonomi di masa mendatang sebagai akibat biaya moralitas yang terlalu tinggi.

LANGKAH KETUJUH: PKT MENGGUNAKAN EKONOMI UNTUK MENYANDERA “MORALITAS GLOBAL”

Orang Barat mengatakan, bahwa kebebasan dan demokrasi merupakan nilai-nilai universal. Berinvestasi di Tiongkok adalah agar Tiongkok secara otomatis bertransformasi menjadi negara bebas dan demokratis setelah ekonominya berkembang. Yang direncanakan roh jahat adalah menggunakan keuntungan ekonomi untuk menjerat pihak Barat, menggunakan nafsu keserakahan agar Barat kehilangan prinsip moral mereka dan menjadi antek PKT, menggunakan keuntungan ekonomi untuk mengikat Barat dengan PKT menjadi satu di atas perahu yang sama. Fakta membuktikan bahwa di hadapan keuntungan, yang namanya demokrasi dan kebebasan menjadi sama sekali tidak berharga satu sen pun. Pada saat yang sama, arus pemikiran komunisme yang tersembunyi di masyarakat Barat telah berganti baju, dari dalam mencabik-cabik masyarakat Barat, menciptakan kekacauan, mengibarkan bendera mendukung totaliter PKT.

Apakah itu nilai-nilai universal? “Sejati – Baik – Sabar” di dalam kebudayaan tradisional Tiongkok itulah nilai-nilai universal. Ketika nilai-nilai seperti ini mendapat tekanan berat dari PKT, ketika sejarah membutuhkan masyarakat Barat untuk menghadang kebiadaban PKT, Barat malah membisu di hadapan keuntungan ekonomi, bahkan sebaliknya menjadi pendukungnya. Dalam hal ini, masyarakat bebas Barat selain telah ikut menciptakan situasi semacam ini, juga telah menjadikan dirinya sendiri sebagai korban, bersama PKT menapaki jalan “kehancuran bersama”. Inilah tujuan yang ingin dicapai oleh roh jahat.

Apakah ada kesempatan bagi manusia di dunia agar terbebas dari kendali roh jahat, dan mengalahkan konspirasi roh jahat? Tentu saja ada, yakni berinisiatif mengembalikan moral, jangan dikendalikan oleh nafsu keserakahan dalam hati dan tersesat oleh apa yang disebut dengan “kemakmuran” di depan mata. Di tengah impian memabukkan semacam ini, tidak dapat mengenali dengan jelas krisis yang dihantarkan konspirasi komunis ini, umat manusia berada dalam kondisi sangat membahayakan.

III. PKT – SEJUTA PERUBAHAN TIDAK LEPAS DARI KEJAHATANNYA

Orang akan bertanya, Tiongkok telah mengalami perubahan yang terlalu besar, partai komunis yang sekarang apakah masih merupakan partai komunis yang kemarin?

Berpijak pada sebuah kerangka yang lebih besar, dari sudut pandang jalur utama “mempropagandakan ateisme serta filosofi pertarungan, menipu, bertarung, membunuh, merusak kebudayaan tradisional dan merusak moral”, mari kita lihat apakah PKT telah berubah atau belum.

1. TIGA DEKADE AWAL DAN AKHIR – DIWARISKAN TURUN TEMURUN

Tiga dekade awal “rute adalah tautan kunci”, menggunakan topik Langkah Perjalanan / rute secara besar-besaran melakukan perebutan kekuasaan; beberapa dekade akhir, juga sama saja menampilkan “perebutan kekuasaan pimpinan partai” dari politik kotak hitam [5] antar faksi;

Tiga dekade awal: “menggenggam revolusi, mendorong produksi”, “pertarungan kelas, sekali genggam langsung efektif”, musuh kelas yang berhasil tergali semakin banyak, jabatannya semakin besar; beberapa dekade akhir, menggunakan ekonomi untuk melindungi legitimasi rezim, mengejar supremasi PDB (Produk Domestik Bruto) yang kejam, tidak peduli dengan kehidupan warga dan lingkungan hidup, hanya demi kenaikan jabatan dan kekayaan;

Pada tiga dekade awal, menyulut kebencian massa terhadap “reaksioner Partai Kuomintang” dan membenci “serigala ambisius imperialisme Amerika”; beberapa dekade akhir, membuat rakyat membenci konsep kebebasan serta demokrasi Barat dan membenci nilai-nilai universal Sejati - Baik - Sabar;

Tiga dekade awal, “Bertarung dengan Langit, Bertarung dengan Bumi”, “Berani meneriaki matahari dan bulan mengganti langit yang baru”, merombak gunung dan sungai, merusak alam; beberapa dekade akhir, demi menjadi kaya dan makmur, mengejar keuntungan instan, mencemari lingkungan, memboroskan sumber daya alam, menghabiskan modal untuk bertahan hidup bagi anak cucu generasi mendatang;

Pada tiga dekade awal, dilakukan “Tiga Anti” [6], “Lima Anti” [7], “Lompatan Besar” [8], “Kampanye Anti Kanan” (tahun 1957-1959), “Hancurkan Empat Kuno” [9], “Revolusi Kebudayaan” (1966-1976), “Menyerang balik upaya rehabilitasi dari golongan condong kanan” [10] dan berbagai gerakan politik lainnya; beberapa dekade akhir, ada “anti-pencemaran spiritual”, “anti-liberalisasi”, penindasan gerakan massa di Tiananmen, penganiayaan Falun Gong, penindasan terhadap warga yang melindungi HAM, perang melawan pengacara HAM dan berbagai macam gerakan lainnya;

Pada tiga dekade awal, atas nama kediktatoran proletar telah direkayasa sangat banyak malpraktik hukum dan terbunuh banyak nyawa yang tak berdosa; pada beberapa dekade akhir, perampasan organ tubuh hidup-hidup dari praktisi Falun Gong dan tahanan hati nurani demi meraih keuntungan, lebih-lebih ini adalah kejahatan yang belum pernah terjadi di atas bumi;

Pada tiga dekade awal, memuja foto Mao yang tergantung di atas dinding; pada beberapa dekade akhir, memuja foto Mao yang dicetak di atas mata uang Renminbi (RMB), adalah tindakan kotor yang menjauhkan diri dari Tuhan;

Pada tiga dekade awal mencuci otak dengan ateisme, hendak “menghajar dunia lama habis-habisan”; di beberapa dekade akhir propaganda ateisme yang dibentuk saat menganiaya kepercayaan tradisional rakyat, gada ilmu pengetahuan digunakan menghantam kepercayaan tradisional, tingkat kejahatan propaganda media mulai dari koran, radio, televisi sampai internet yang jangkauannya tanpa batas, dapat dikatakan tidak pernah ada sebelumnya;

Pada tiga dekade awal menggunakan pertarungan mencekik kemanusiaan, agar manusia tidak berani berkata benar, kata-kata bohong dan palsu merajalela; pada beberapa dekade akhir “krisis integritas” telah meledak, barang palsu di mana-mana, makanan beracun menjadi lazim. Rokok palsu, arak palsu, susu bubuk palsu, tiket KA palsu, ijazah palsu… pokoknya semua produk yang dapat dibeli, dokumen dan lisensi penting, semua ada yang memalsukan. Menggunakan teknologi tinggi untuk menciptakan beraneka ragam produk beracun, adalah hal yang tak terbayangkan oleh masyarakat tiga dekade sebelumnya;

Pada tiga dekade awal ada kebohongan konyol “lahan seluas 1 Mu [11] menghasilkan 10.000 kati (sekitar 6.000 kg) beras”; pada beberapa dekade akhir ada berita bohong “bakar diri Tiananmen”, entah berapa orang telah ditipunya, mengaduk begitu banyak dendam dan kebencian;

Pada tiga dekade awal menutup gerbang negara rapat-rapat, menerapkan pemerintahan satu suara; pada beberapa dekade akhir menerapkan blokade informasi, menyaring kata sensitif dan sistem pengawasan identitas asli;

Pada tiga dekade awal menghancurkan kuil Konfusius, merusak kebudayaan tradisional; pada beberapa dekade akhir merenovasi kuil Konfusius, karena kuil Konfusius mengembangkan ekonomi pariwisata mengeruk uang, menghina kebudayaan tradisional;

Pada tiga dekade awal meletakkan politik di atas segalanya, merusak dan meruntuhkan kebudayaan tradisional, menggunakan cara-cara politik untuk mengatur ekonomi, sehingga memunculkan krisis ekonomi yang di ambang kehancuran; beberapa dekade akhir sepenuhnya melirik uang, menggunakan cara-cara ekonomi untuk memainkan politik, menggunakan uang dan keinginan materi serta godaan seksual untuk mengisi kehampaan spiritual, mendatangkan krisis moralitas yang sangat mengguncang. Sebenarnya, di dalam krisis ekonomi terdahulu telah tersembunyi krisis moralitas, hanya saja baru meledak saat ini ketika nafsu mengejar materi; krisis moralitas hari ini juga menyembunyikan krisis ekonomi. Ekonomi adalah aktivitas manusia, dan manusia dikendalikan oleh moralitas, oleh sebab itu bagaimanapun juga ekonomi dikendalikan moralitas dan kepercayaan/kredibilitas. Ekonomi tanpa moralitas pasti tidak akan bisa melangkah jauh, meledaknya krisis hanya soal cepat atau lambat saja.

......

Kita bisa membandingkan, tapi sudah tidak perlu lagi. Cara-cara rezim partai komunis terus berubah tanpa henti, namun esensi jahat dan tujuan akhirnya tidak akan berubah, bahkan selamanya tidak akan berubah.

2.MENGHANCURKAN KEBUDAYAAN – MERUSAK MORALITAS – DARI AWAL SAMPAI AKHIR

PKT dari beberapa dekade mulai awal hingga akhir, merusak kebudayaan dan moral senantiasa menjadi inti dari penghancuran roh jahat komunis terhadap bangsa Tionghoa. Kebudayaan dan moralitas saling berkaitan erat satu sama lain. Kerusakan kebudayaan tradisional, akan menghantar masyarakat menuju degradasi moral; sebaliknya, degradasi moral juga akan memengaruhi kebudayaan secara langsung dan menggiring kebudayaan selangkah lebih cepat mengalami kerusakan. Begitu keduanya membentuk sirkulasi jahat akan mengakibatkan standar perilaku dan moral secara bersamaan jatuh terperosok. Apa yang dulu dianggap sebagai hal yang tidak bermoral, dapat saja dianggap sebagai “kondisi normal baru” yang “sudah sewajarnya”.

Dahulu bila melihat ada orang yang mencuri, maka akan ada yang melangkah maju, sekarang mungkin akan menyalahkan orang yang kecurian tidak hati-hati; dahulu bila melihat orang selingkuh, maka masyarakat akan memandang rendah orang seperti ini, kalau sekarang ketika melihat para pejabat memiliki istri kedua dan istri ketiga, mungkin akan menyesali diri kenapa tidak mampu; dahulu jika melihat orang tua terjatuh, orang di sekitarnya tanpa ragu akan membantu mengangkat orang tua itu, sekarang mungkin tidak akan berani membantu karena takut disalahkan; dahulu kaum terpelajar bila melihat ada orang melakukan plagiat, maka orang-orang akan marah atas ketidak-adilan ini, kalau sekarang mungkin akan ikut terseret arus.

Siapakah pencuri kebajikan di dalam hati kita?

Adalah Partai Komunis Tiongkok (PKT). Pengrusakan PKT terhadap kebudayaan tradisional telah mengakibatkan degradasi moral, telah menumbuhkan lingkungan jahat sekarang ini dengan acuan kebudayaan dan moralitasnya ikut terperosok bersamaan. Orang-orang yang hidup di tengah kebudayaan mutan semacam ini sudah sangat sulit menyadari jatuhnya standar moralitas.

Manusia, pada saat bersamaan memiliki sifat kebuddhaan dan sifat keiblisan, artinya dalam hati semua manusia, memiliki dua sisi baik dan buruk. Berapa banyak kebajikan diri Anda yang berasal dari pencucian otak ateisme PKT, atau yang merupakan hasil doktrinasi di tengah pertarungan manusia mengusik manusia lain, atau yang membubung ke atas di tengah proses meniru “tokoh yang maju”? Sedikit pun tidak ada.

Kebajikan Anda berasal dari sifat bawaan lahir, berasal dari urat nadi leluhur dan kristalisasi kebudayaan yang mengendap di dalam tulang Anda, juga berasal dari keluarga dan orang lain lewat keteladanan. Kebajikan Anda bukan diberikan oleh PKT. Jika Anda merasa masih memiliki kebajikan, lantas membantu merias wajah PKT dan mengatakan adalah PKT yang telah membuat kebajikan bagi Anda, maka Anda telah tertipu oleh PKT. Roh jahat komunis justru hendak merusak secara tuntas dan memusnahkan secercah kebajikan beserta moralitas yang masih ada dalam lubuk hati Anda itu sampai tak bersisa, baru akan berhenti.

IV. BERI YANG MANIS DAHULU, LALU BERIKAN YANG PAHIT

Yang patut diperhatikan adalah suatu pola dasar yang lazim digunakan partai komunis dalam memobilisasi rakyat melakukan revolusi, adalah dengan rasa manis memikat orang, lalu mereka dicekoki dengan kebencian agar mereka mengganyang semua yang disebut musuh partai komunis, setelah itu habis manis sepah dibuang. “Ganyang tuan tanah, bagikan tanah sawah” [12], para petani dihasut untuk bergerak, namun ketika tiba saatnya program koperatif (teori Marxis), lantas para petani itu dibuat kehilangan segalanya dan menjadi tumbal bagi ajaran sesat komunis. Komune Rakyat dan Sama Rata Sama Rasa, “makan gratis”, “berlari menuju komunisme”, akibatnya terjadilah kelaparan besar yang menyebabkan matinya puluhan juta manusia selama musim yang baik untuk bercocok tanam. “Ratusan bunga tumbuh bermekaran, ratusan keluarga saling bersuara”, membuat semua orang bebas mengutarakan pendapat dan isi hati, kalangan intelektual begitu gembiranya sampai lupa sedang berurusan dengan siapa. Satu babak “anti-sayap kanan” membuat begitu banyak kaum elit menelan pil pahit, bahkan kehilangan nyawanya yang berharga. “Revolusi tak bersalah, pemberontak beralasan”, dengan slogan ini Garda Merah memanfaatkan “gairah revolusi” yang begitu menggila, memulai pengrusakan besar-besaran yang tiada duanya dalam sejarah. Setelah tak bernilai lagi, dengan satu perintah “kaum intelek muda harus mendapat pendidikan ulang di lingkungan petani miskin”, dipaksa turun ke pelosok, mereka pun digiring ke desa dan perbatasan, betul-betul telah menyengsarakan satu generasi manusia. Tragedi tak masuk akal tersebut tidak bisa hanya dikaitkan begitu saja dengan perilaku jahat salah seorang pemimpin tertentu, melainkan merupakan aksi roh jahat komunis memanfaatkan rezim kekuasaan untuk merusak kebudayaan dan hubungan antar manusia, sekaligus menghancurkan moralitas.

Sampai sekarang, pertunjukan ini masih saja dipentaskan. Perkembangan ekonomi telah mendatangkan rasa manis bagi manusia, maka orang-orang hanya menatap pada keuntungan di depan mata, dan telah melupakan moralitas. Dilihat di permukaan, setiap orang ingin mendapatkan uang, bahkan mendapatkan uang secara cepat, “berapa harga 1 kg moralitas?” Semua orang tidak peduli, atau peduli pun tiada gunanya, maka malas untuk peduli, pokoknya sibuk mengeruk uang yang dianggap menunjukkan masyarakat ini penuh vitalitas, “daya hidup yang meluap-luap” dan “masa depan cerah tiada tara”.

Di balik “rasa manis” semacam ini, adalah agar kecerdasan manusia tak dapat dimanfaatkan pada jalan yang benar, senantiasa digunakan untuk hal menyimpang. Tipu muslihat, barang palsu dan tiruan, plagiat dan menjiplak, haus kesuksesan, menghamburkan sumber daya yang ada, merusak lingkungan, tanpa peduli dengan akibatnya, pada setiap aspek menampilkan orang Tiongkok yang “cerdik” dan “pintar”, hanya sayang tidak digunakan pada tempatnya.

Selama ini orang-orang senantiasa bertanya-tanya, mengapa perkembangan selama tiga dekade ini tidak menghasilkan merek internasional yang terkenal? Mengapa komponen inti dari produk mutakhir yang diklaim memiliki hak paten independen, faktanya kebanyakan komponen pentingnya justru tergantung pada impor? Mengapa baut yang tidak penting pada kapal induk, pada pesawat tempur militer, pada KA cepat, semuanya mengandalkan impor? Mengapa Tiongkok yang setiap tahunnya memproduksi 40 miliar bolpen, namun bola penanya masih harus mengandalkan impor?

Penemuan dan inovasi, riset fundamental, semua itu perlu dikerjakan dengan hati yang tenang, dengan mengandalkan minat, keuletan dan dedikasi abadi, yang dibutuhkan adalah sebuah lingkungan besar dengan kondisi mental nasional yang mantap dan stabil. Rakyat Tiongkok telah dipaksa hanya memiliki pikiran mengejar uang dengan cepat, berspekulasi, menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan, jika tidak dapat dibuat maka dicuri saja. “Teknik mencuri” telah menjadi sebuah profesi terhormat yang “berstatus tinggi”, sama sekali sudah tak ada lagi rasa malu dan moralitas dari Huaxia (nama kuno dari Tiongkok) sebagai negeri bertata krama. Jika direnungkan, mengandalkan gabungan hasil curian dari Timur dan Barat pun tidak mungkin menciptakan sebuah sistem ilmu pengetahuan dan teknologi dasar yang utuh.

Tujuan dari roh jahat sama sekali bukan mensejahterakan manusia, juga tidak mengatur kebangkitan bagi negara mana pun, manusia diberi sedikit rasa manis, padahal penderitaan masih akan muncul di belakang. Dua sayap yang membuat ekonomi modern dapat lepas landas dan terus menerus berkembang stabil adalah: aturan hukum (bukan sistem hukum) dan kredibilitas (bukan relasi) - justru merupakan hal yang paling minim di Tiongkok, padahal pondasi untuk “mengatur negara sesuai hukum” serta “kredibilitas masyarakat” justru adalah moralitas. “Karena tidak ada moralitas, maka ekonomi pun meledak; karena tidak memiliki moralitas, ekonomi pasti akan runtuh.”

Para politisi dan pengusaha Barat, bukankah demikian? Banyak diantara mereka yang setelah mencicipi sedikit rasa manis lantas langsung terbenam dalam pelukan PKT, padahal itu adalah pelukan dari roh jahat komunis. Pada awalnya, para politisi dan pengusaha tersebut masih bergelut membela nuraninya sendiri, akan tetapi, kepentingan itu selangkah demi selangkah terjerumus semakin dalam sehingga hanya mampu diombang-ambing sesuai kehendak PKT, jiwanya sendiri telah digadaikan kepada roh jahat.

V. TERUNGKAPNYA RAHASIA “YANG MENDERITA TETAP ADALAH PARA PEKERJA DAN PETANI”

Dalam kajian menyeluruh negara-negara partai komunis, sebelum merebut kekuasaan, para buruh dan petani dimanfaatkan menjadi meriam dalam mengobarkan revolusi, setelah berhasil merebut kekuasaan, buruh dan tani masih tetap saja menjadi kelas paling bawah yang diperas, lihat saja daerah-daerah kubu revolusi lama, rakyat masih tetap hidup penuh penderitaan. Pada tiga dekade awal PKT berkuasa para buruh dan tani hidup menderita, setelah “reformasi keterbukaan” yang menderita tetap saja buruh dan petani. Ratusan juta pekerja migran banting tulang demi perekonomian Tiongkok, namun selamanya hidup di lapisan terendah masyarakat. Sebuah sistem registrasi rumah tangga telah membuat begitu banyak orang menjadi “warga kelas dua”. Kelompok kepentingan partai komunis telah menguasai sebagian besar kekayaan negara.

Sampai tahap seperti apakah korupnya kelompok istimewa ini? Korupnya bisa sampai membuat partai komunis kehilangan kekuasaannya. Justru di tengah aksi “tumpas harimau” (koruptor) dalam “gerakan pemberantasan korupsi”, masyarakat baru dapat melihat betapa korupsi partai komunis begitu menakutkan. Korupsi ratusan juta, miliaran, puluhan miliar, sudah sangat biasa. Menurut investigasi, sejumlah besar pejabat tinggi Tiongkok yang menjelang pensiun, selama bertahun-tahun menempati lebih dari 400 ribu kamar pasien level hotel, pengeluaran setahun untuk ini adalah 50 miliar RMB lebih; ditambah lagi biaya pengobatan para kader aktif, biaya medis tahunan negara bagi pejabat pemerintah mencapai sekitar 220 miliar RMB; juga berarti, 80% pengeluaran keuangan negara untuk kesehatan, adalah untuk melayani 8,5 juta orang yang mayoritas adalah pejabat tinggi.

Namun para buruh dan petani yang menghidupi mereka, justru masih bergelut dengan “tak mampu berobat, tak mampu beli rumah, tak mampu sekolah dan tak mampu biayai hari tua”.

Sebenarnya, penderitaan yang tak dapat dielakkan oleh para buruh dan petani, telah mengungkap sebuah rahasia kejahatan dari komunisme.

Komunisme mengklaim hendak mewujudkan surga dunia yang “beri sesuai kemampuan, terima sesuai pembagian” dengan memusnahkan kelas, memusnahkan negara dan memusnahkan kepemilikan pribadi.

Coba lihat salah satu program utamanya yaitu musnahkan kelas. Bagaimana cara musnahkan kelas? Marxisme mengatakan, bahwa jalan untuk memusnahkan kelas adalah dengan mengusung kaum (kelas) proletar untuk menggulingkan kaum (kelas) borjuis, mendirikan kediktatoran proletariat, kemudian melakukan transisi menuju komunisme.

Bagaimana cara agar kelas yang ada di bawah kediktatoran proletariat menjadi musnah? Karl Marx tidak menjelaskan, hanya mengatakan periode kediktatoran proletariat mungkin akan lama.

Pada masa kediktatoran proletariat, para pemimpin di semua level baik besar maupun kecil di pemerintahan menjadi lapisan istimewa yang baru, juga disebut kelas istimewa. Karena tidak percaya pada Tuhan, “tidak takut langit, tidak takut bumi”, maka apa yang disebut “moralitas paham komunis” pun hanya sebatas slogan yang enak didengar belaka, mereka menunggangi rakyat berbuat semena-mena, namun selalu mengaku sebagai “pelayan” bagi rakyat. Para buruh dan petani yang ikut “berevolusi” dengan partai komunis, terkecuali individu yang masuk ke kelas sosial istimewa, sebagian besar pada akhirnya tetap saja menjadi korban penindasan oleh kelas istimewa.

Memusnahkan kelas sosial pada dasarnya juga menciptakan kelas sosial baru, segalanya kembali ke titik asal, terulang kembali seperti ini, berulang kali, pada akhirnya yang menderita tetap para buruh dan tani.

“Yang menderita tetap adalah para buruh dan petani” telah mengungkapkan bahwa ketika roh jahat mengatur komunisme, sama sekali tidak diatur jalan keluar bagi para buruh dan petani. Masyarakat komunisme Karl Marx sama sekali tidak mungkin terwujud, tak heran bila Karl Marl tidak menyebutkan bagaimana transisinya. Dilihat di tingkatan manusia, sampai dimana langkah Marxisme itu disitulah akhirnya, tidak berkesudahan.

Di balik “tak berkesudahan” itu, tersembunyi konspirasi nan besar dari komunisme yakni: memusnahkan umat manusia.

VI. TUJUAN TERAKHIR KOMUNISME: MENGHANCURKAN UMAT MANUSIA

Bicara tentang paham komunis, orang-orang mungkin akan berpikir tentang bunuh, bunuh dan bunuh. Sejarah seratus tahun komunisme adalah suatu sejarah pembunuhan manusia, termasuk pembunuhan tanpa alasan terhadap orang-orang yang tak bersalah dan pembunuhan terencana terhadap yang tidak mau tunduk.

Komunisme adalah kekuatan anti-alam semesta, yang tidak bisa ditolerir oleh Prinsip Langit, oleh karena itu komunisme senantiasa berada dalam kondisi krisis sejak kemunculannya, dan demi mempertahankan eksistensinya, maka di tengah krisis tiada henti mendorong berbagai cara paksaannya, termasuk membunuh orang. Cara partai komunis adalah awalnya memberi sedikit rasa manis dulu, agar orang-orang ikut memberontak lewat “revolusi”, tapi banyak sekali orang yang ikut partai komunis juga kemudian dibunuh oleh partai komunis, yang tidak dihabisi dididik menjadi alat pembunuh bagi mereka. Ini membentuk ciri partai komunis yang khas - sesama anggota partai dan sesama kompatriot saling bantai tanpa belas kasih. Tetapi pembantaian semacam ini sama sekali bukan tujuannya yang sebenarnya. Membunuh orang tidak lebih hanya untuk menciptakan situasi teror, agar orang tunduk dan patuh terhadap pengaturannya demi mencapai tujuan akhirnya.

Roh jahat komunis yang terbentuk dari “kebencian” dan makhluk sampah, telah mengatur sebuah revolusi komunisme di dunia manusia, tujuannya adalah melalui perusakan kebudayaan tradisional dan penghancuran moralitas untuk memusnahkan seluruh umat manusia. Agar manusia sepenuhnya mengkhianati Tuhan yang menciptakan mereka dan agar manusia rusak sampai pada kondisi sama sekali tidak dapat mengerti perintah Tuhan, jauh di bawah batas moralitas yang ditetapkan Tuhan kepada manusia, pada saat itu Tuhan mau tidak mau akan meninggalkan orang-orang ini. Maka manusia semacam ini pilihannya hanya akan dimusnahkan.

Kematian tubuh manusia sama sekali bukan kematian sesungguhnya dari kehidupan, Yuanshen (jiwa primer)-nya masih dapat bereinkarnasi, tetapi ketika moralitas seorang manusia rusak sampai kondisi tak terselamatkan lagi, maka Yuanshen-nya akan dimusnahkan secara tuntas, itulah hal yang paling menakutkan dan kematian sesungguhnya dari kehidupan.

Kemusnahan semacam inilah yang menjadi tujuan terakhir dari roh jahat komunis.

Melihat dunia sekarang ini, manusia di dunia segera akan menyaksikan sebuah fakta yang mencengangkan, yaitu unsur komunis memenuhi dunia, setan iblis sudah menguasai kolong langit. Berbagai macam konsep mutan yang sengaja ditanamkan oleh iblis jahat komunis kepada umat manusia, tanpa sadar sudah merajalela di seluruh dunia, bahkan oleh orang yang tersesat telah dijadikan sebagai pemikiran dan keinginannya sendiri. Akibatnya benar – salah baik – jahat pada umat manusia menjadi melenceng dan terbalik secara besar-besaran. Konspirasi iblis merah komunis sudah hampir berhasil!

Ketika roh jahat komunis akan merayakan kemenangan di tengah tawa bengisnya, sebagian besar manusia di dunia malah menganggapnya sedang menuju arah kekalahan. Manusia di dunia berada di ambang kemusnahan, malah masih terkungkung dalam kegelapan. Masih adakah kondisi yang lebih berbahaya dari ini?

Tuhan yang maha belas kasih belum melupakan manusia. Ketika setan iblis merencanakan konspirasi, Tuhan juga telah mengatur akan menggugah umat manusia pada saat terakhir di tengah krisis. Tuhan telah memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan, tapi jalan mana yang dipilih di saat terakhir tergantung diri sendiri.

Hanya ketika moralitas seluruh masyarakat bangkit kembali, hati dimurnikan, memulihkan tradisi dan membangun kembali kepercayaan kepada Tuhan, umat manusia barulah dapat terhindar dari kiamat. Waktu tidak menunggu manusia! Telah tiba saatnya bagi umat manusia untuk segera tersadar.



Keterangan:

[1] Sebutan kuno bagi Tiongkok.

[2] secara harfiah: sifat buas anak serigala. Arti ungkapan: orang berkarakter buruk yang sulit diubah.

[3] Mata uang Tiongkok atau RMB.

[4] Asketisme (dari bahasa Yunani, olahraga atau latihan) atau pertarakan adalah suatu gaya hidup bercirikan laku-tirakat atau berpantang kenikmatan-kenikmatan duniawi, yang seringkali dilakukan untuk mencapai maksud-maksud rohani..

[5] Politik yang tertutup, tidak transparan.

[6] Anti-korupsi, anti-boros, anti-birokrasi; pembersihan awal PKT tahun 1951-1952.

[7] Anti-suap, anti-penggelapan pajak dan penghindaran pajak, anti-manipulasi proyek, anti-penipuan kekayaan negara, anti-pencurian informasi ekonomi negara, tahun 1952.

[8] Terjadi di tahun 1958-1960, merupakan upaya Mao memodernisasi ekonomi Tiongkok, yang justru menghancurkan ekonomi, jutaan kematian akibat kelaparan.

[9] Tahun 1966-1968, kampanye selama Revolusi Kebudayaan; program hancurkan empat hal kuno yakni: pikiran, kebudayaan, adat dan kebiasaan.

[10] Tahun 1975-1977, strategi Mao menyerang balik politik Deng Xiaoping.

[11] Mu, satuan luas dalam tradisi Tiongkok. 1 mu = sekitar 1/15 hektar atau 666,66 m2.

[12] Propaganda PKT pada tahun 1927.