(Minghui.org) Wu Peiwen asal Kota Shantou, Provinsi Guangdong, ditangkap pada bulan November 2018 karena berlatih Falun Gong (juga dikenal sebagai Falun Dafa). Penangkapannya baru-baru ini disetujui oleh Kejaksaan Distrik Jinping, wanita usia 54 tahun ini kini menghadapi putusan hukuman atas keyakinannya.

Wu ditangkap di rumah sekitar jam 3 malam pada tanggal 28 November 2018. Sebuah tim lebih dari 30 orang mendobrak masuk dalam dan menggeledah rumahnya tanpa memperlihatkan identitas apa pun. Dia dan beberapa praktisi Falun Gong setempat ditangkap.

Mereka yang berpartisipasi dalam penangkapannya antara lain kepala polisi Kota Shantou Zeng Xianglan, Divisi Keamanan Domestik Kota Shantou petugas Li Dongming, kepala polisi Distrik Jinping Cai Jinrong, komandan Divisi Keamanan Domestik Distrik Jinping Zhu Yang dan deputi komandan Dai Guotao, dan para petugas asal Komite Bidang Politik dan Hukum kota Shantou, Kantor 610 Kota Shantou, Kantor Polisi Guangxia, dan Komite Masyarakat Guangxia.

Wu Peiwen ditahan di Pusat Penahanan Tuopu Kota Shantou, di sana dia dipaksa melakukan kerja paksa. Dia bekerja tiap hari dari sarapan hingga tengah malam. Jika dia tidak menyelesaikan tugas yang diberikan hari itu, Dia dipaksa untuk membersihkan kamar mandi sebagai hukuman. Pekerjaannya terus bertambah, yang membuat kondisi kesehatannya memburuk.

Dua puluh Tahun Berlatih Falun Dafa

Ketika Wu berusia 19 tahun, dia menderita penyakit paru-paru parah yang menyiksanya selama 13 tahun. Dia mencoba semua obat dan pengobatan yang ada, tetapi tidak ada yang berhasil. Hidupnya penuh dengan rasa sakit hingga dia diperkenalkan pada Falun Gong tahun 1998.

Hanya beberapa hari setelah dia menerima ajaran ini, wajahnya menjadi kemerah-merahan, dan dia bisa berjalan tanpa dibantu. Dia perlahan-lahan mendapatkan kesehatannya kembali dan tidak minum obat apa pun selama 20 tahun terakhir. Kehidupannya telah berubah 180 derajat, dan teman-teman dan keluarganya telah menyaksikan kehebatan dari Falun Gong.

Wu berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik sesuai yang diminta sama prinsip Sejati-Baik-Sabar dari ajaran ini. Sebagai contoh, saat dia ditabrak oleh sebuah mobil, dia tidak mengambil keuntungan dari situasi ini yaitu memeras uang dari si pengemudi.