(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa beberapa tahun yang lalu, tetapi tidak berkultivasi dengan gigih. Saya hampir tersesat di labirin dunia manusia biasa. Saya ingin berbagi pengalaman dan mengungkapkan kekurangan, saya harap ini bermanfaat bagi rekan-rekan praktisi.

Keterikatan Mentalitas Pamer

Kakek-nenek tidak menyukai saya karena saya seorang wanita. Mereka sering memandang rendah, hal ini membuat saya merasa rendah diri. Saat masih kecil, keluarga saya mengalami kehidupan yang sulit. Orang tua bekerja pertanian sepanjang waktu, dan sebagian besar waktu saya berkeliaran sendirian di ladang dengan perut kosong.

Saya merasa sangat kesepian dan merindukan perhatian. Ketika tumbuh dewasa, saya suka dipuji, berharap orang akan setuju dengan saya, dan ingin mendapat pengakuan dari orang lain. Semua ini berasal dari keterikatan untuk mendapat pengakuan orang lain.

Jauh di lubuk hati, saya takut akan kehidupan yang sulit. Saya ingin mengejar "kehidupan yang baik" sehingga membuat orang awam iri. Akibatnya, keterikatan pamer dan iri hati tidak dapat dihindari. Saya tidak mengenali keterikatan ini untuk waktu yang lama.

Karena saya tidak menyadari keberadaan keterikatan ini, kultivasi saya terjebak dalam siklus yang buruk. Saya mencoba melakukan hal-hal baik dengan niat baik untuk mendapat pengakuan dari orang lain, tetapi biasanya mereka salah paham dan tidak suka. Saya tidak tahu mengapa. Saya sering mengeluh tentang nasib sial ini. Saya berjuang untuk menahan hasil yang pahit, tetapi hati manusia terusik dan merasa sakit. Saya pikir itu adalah penderitaan yang diatur pada jalur kultivasi, yang tidak bisa saya hindari. Saya tidak menyadari bahwa akar penyebab masalah ini adalah keterikatan dan konsep manusia saya.

Guru Li Hongzhi berkata,

“Keterikatan di tengah manusia biasa yang belum dapat dilepas, harus dapat anda lepas. Segala keterikatan hati asalkan masih anda miliki, lewat berbagai situasi harus dikikis habis. Anda dibiarkan terjungkal, agar dapat sadar akan Tao.” (Ceramah Empat, Zhuan Falun)

Guru mengatur banyak kesempatan bagi saya untuk meningkat dengan mengungkap masalah saya. Tetapi saya tidak menyadari hal ini. Saya selalu mencoba pamer di setiap kesempatan. Setiap langkah dalam hidup secara tidak sadar saya telah mencari perhatian dan pengakuan orang lain.

Dengan mengekspos keterikatan ini hari ini, saya bertekad untuk melenyapkannya. Saya ingin memberantas konsep-konsep buruk ini dan membersihkan diri dengan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Pengaruh Budaya Partai Komunis

Seorang rekan praktisi menelepon saya dan bercerita tentang masalah yang dia alami. Saya pikir kami harus bertemu dan membahasnya. Ketika kami bertemu, dia sudah mengenali dan memperbaiki masalahnya. Bukannya membahas masalahnya, saya berbagi pemahaman tentang beberapa masalah lain. Dia menunjukkan bahwa saya masih di bawah pengaruh budaya Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Saya terkejut. Saya membenci PKT, yang menganiaya praktisi Falun Dafa. Bagaimana saya bisa masih terpengaruh budaya PKT? Praktisi itu mengatakan alasan mengapa saya tidak mengenali perilaku saya karena saya belum membaca buku Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Dia benar. Saya memiliki hati yang lembut dan tidak tahan dengan fakta menyedihkan tentang doktrin berdarah komunisme. Sikap sadis para pahlawan komunis dalam film-film propaganda menyebabkan dampak negatif pada saya. Jadi saya tidak ingin belajar sejarah Tiongkok modern. Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis berbicara tentang periode sejarah itu. Fakta-fakta tentang pembunuhan brutal yang dilakukan oleh PKT membuat saya takut. Jadi saya meletakkan buku itu setelah membaca beberapa halaman.

Sebenarnya, setan busuk PKT takut akan buku itu dan memanfaatkan kelemahan karakter saya untuk bersembunyi di dimensi saya. Mereka menghalangi saya berkultivasi yang gigih. Setelah saya menyadari hal ini, saya mendengarkan rekaman Sembilan Komentar. Saya ingin meningkat sepenuhnya dengan cepat dan melenyapkan pengaruh budaya partai.

Saya kemudian menyadari bagaimana budaya PKT mempengaruhi saya. Di bawah pengaruh budaya PKT, orang-orang belajar cara melindungi diri sendiri, terlihat menyenangkan di depan orang lain, mendapatkan manfaat dari semua pihak, dan bertindak cerdik dalam hubungan. "Keterampilan mementingkan diri sendiri" ini merusak kultivasi seseorang.

Ketika belajar Fa, saya berharap akan mendapat manfaat di masa depan, pergi ke tempat yang lebih baik, mencapai pencerahan, dan menjadi satu Buddha. Meskipun ini adalah tujuan kultivasi, kita harus berasimilasi dengan Fa dengan hati yang murni bukan dengan keterikatan mengejar dan kegembiraan hati.

Ketika saya melakukan sesuatu untuk membuktikan kebenaran Fa, saya tidak bisa berhenti berpikir bahwa saya akan diberi imbalan atas perbuatan baik ini dan Gong (energi kultivasi) saya akan meningkat. Motivasi saya demi kepentingan diri sendiri, bukan belas kasih yang sungguh-sungguh ingin membantu menyelamatkan orang.

Setelah menulis artikel ini, saya merasa telah mengupas kulit luarnya. Sisa-sisa semangat dan pengejaran itu lenyap. Saya telah mengembangkan belas kasih dan kepedulian terhadap keselamatan makhluk hidup.

Saya harus berkultivasi dengan baik untuk membantu Guru di masa pelurusan Fa dan menyelamatkan lebih banyak orang dari siklus indoktrinasi yang dilakukan oleh PKT.