(Minghui.org) Saya mulai berkultivasi Falun Dafa di awal tahun 1999, dan sejak itu kesehatan saya meningkat pesat. Saya bekerja di pabrik tekstil selama 12 tahun, dan setelah pabrik ditutup, saya membuka restoran kecil untuk menghidupi keluarga.

Suami saya memiliki kesehatan yang buruk. Dia sering berobat di rumah sakit sepanjang tahun. Dia hanya bisa membantu sedikit memasak, dan sisanya saya yang mengerjakan. Teman-teman saya sering bercanda, “Kamu bosnya, yang beli barang, pembuat menu, pelayan, sekaligus pemelihara. Kamu merangkap banyak pekerjaan!”

Meski sibuk sepanjang hari, saya selalu meluangkan waktu untuk belajar Fa di siang hari. Saya penuh energi dan tetap stabil. Kami berhasil menjalankan bisnis kami selama delapan tahun.

Kehilangan dan Memperoleh

Dua tahun yang lalu, restoran kami menerima notifikasi penggusuran. Pemerintah setempat dengan sangat tidak bertanggung jawab tidak memberi kami kompensasi yang menjadi hak kami. Kami kehilangan restoran dan sumber pendapatan kami. Suami saya sangat marah, namun saya menghiburnya, “Jangan khawatir, kita masih bisa hidup bahagia meski tanpa ganti rugi. Guru telah mengatur yang terbaik untuk kita.”

Saya mulai mencari-cari pekerjaan. Dan pada suatu hari, saya terkejut saat mendapat telepon dari taman kanak-kanak setempat. Mereka memanggil saya untuk wawancara. Ternyata teman suami saya yang memberi tahu putrinya untuk mendaftarkan saya ketika ada lowongan di TK, tempat dia bekerja. Tapi dia tidak mengira saya akan mendapat kesempatan itu, karena saya hanya mengenyam pendidikan 2 tahun, dan sudah tidak muda lagi.

Sesampainya di sana, saya melihat bahwa saya tidak sesuai persyaratan. Namun setelah beberapa kali wawancara, saya ditawari pekerjaan itu. Semua orang terkejut. Saya menyadari bahwa ini semua berkat pengaturan Guru hingga saya terpilih. Saya bertekad untuk melakukannya dengan baik sehingga tidak mengecewakan Guru.

Mengatasi Masalah Tak Terpecahkan

Saya ditugaskan di kelas bersama dua guru lainnya dan bertanggung jawab mengawasi kebutuhan dasar anak-anak. Guru yang saya gantikan punya koneksi dengan pemimpin sekolah. Namun para orang tua mengeluh tentang kecerobohan dia dan guru lainnya. Karena mereka menolak membiarkan anak-anak menggunakan kamar kecil di saat tidur siang, sehingga banyak anak yang mengompol di tempat tidur dan pakaian mereka menjadi basah. Para orang tua mengeluh dan mengancam akan memindahkan anak-anak mereka ke tempat lain jika ia tidak dipecat. Akhirnya pihak sekolah memecatnya dan rekannya juga berada di bawah pengawasan.

Ketika saya mengambil alih kelas, saya menyadari ruangan kelas berantakan dan kotor. Lantai ubin ditutupi dengan kotoran dan ada kotak sepatu, sandal, dan sampah lainnya di bawah tempat tidur. Selain itu ada semacam endapan mineral yang terkandung dalam dispenser air, dan toiletnya sangat kotor.

Guru berkata,

“Sebagai kebalikannya, kami meminta setiap orang untuk mengkultivasi pikiran kalian dan menjadi orang baik. Kami meminta kalian untuk penuh perhatian kepada orang lain ketika kalian melakukan sesuatu dan untuk melakukan pekerjaan kalian dengan baik didalam lingkungan kerja apapun. Kalian harus menjadi orang yang baik didalam pikiran orang lain.” (Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Kanada)

Saya memutuskan untuk menunaikan tugas dengan baik. Saya membersihkan semua sampah di bawah tempat tidur di waktu istirahat, dan membersihkan lantai dengan seksama. Saya menggunakan cuka putih untuk menghilangkan endapan mineral dalam dispenser. Serta membersihkan kamar kecil dan toilet dengan deterjen yang kuat pada akhir pekan, agar anak-anak tidak berdampak pada baunya.

Seminggu bekerja di sana, dua rekan guru berkata, “Wah! Ruangan kelas kita jadi bersih dan berkilau!” Guru-guru dari kelas lain berkata pada saya, “Anda benar-benar merawat taman kanak-kanak seperti rumah anda sendiri!”

Menebarkan Benih Budaya Dewata

Saya memperhatikan seorang gadis kecil bernama Xixi selalu yang terakhir mendapatkan makanan dan makannya lamban. Dia baru menghabiskan separuh makanannya saat yang lain sudah selesai. Ketika guru Hui datang mengepel lantai, Xixi harus pindah dekat kamar kecil untuk menyelesaikan makanannya.

Saya berdiskusi dengan dua guru lainnya dan menyarankan agar Xixi mendapatkan makanan pertama sehingga ia punya lebih banyak waktu untuk menghabiskan makanannya. “Coba pikirkan. Jika anak kamu makannya lamban dan disuruh menghabiskan makanan dekat kamar mandi, apa yang kamu rasakan? Sebagai guru taman kanak-kanak, kita seharusnya sabar dan ramah.” guru Jiang setuju dengan saran saya, namun guru Hui tidak mengatakan apa-apa.

Hari berikutnya saya memberi tahu seluruh kelas bahwa Xixi akan mendapatkan makanan lebih dulu, anak-anak mengangkat tangannya dan bertanya alasannya. “Kalian semua tahu, Xixi makannya lama, karena itu ia tidak pernah berkecukupan. Sesama rekan, kalian seharusnya saling membantu dan peduli satu sama lain. Karena makannya lamban, kita tentunya ingin ia mendapatkan makanan terlebih dahulu. Apakah kalian setuju?” jelas saya. “Ya!” seru anak-anak.

Melihat wajah mereka yang tersenyum, saya tiba-tiba menyadari pentingnya pekerjaan yang diatur oleh Guru untuk saya, serta tanggung jawab besar yang saya emban dalam membimbing anak-anak yang polos ini.

Suatu hari, saya memanfaatkan sepuluh menit sebelum sesi tidur siang untuk menceritakan pada mereka, kisah-kisah klasik, serta membeli pemutar DVD untuk menunjukkan kepada mereka kartun-kartun yang dibuat oleh NTDTV tentang asal-usul aksara Tionghoa, sehingga benih-benih budaya dewata tertanam dalam hati sanubari mereka.

Mengatasi Kesalahpahaman dengan Cara yang Lurus

Ada pergesekan Xinxing yang muncul tiga bulan setelah saya mulai bekerja di taman kanak-kanak, yang menyebabkan kegemparan di seluruh sekolah.

Suatu hari, setelah dua guru lainnya menyelesaikan jam pagi, saat makan siang mereka mengganti seragam dan pergi. Ketika kembali pada pukul 2 siang, seragam guru Hui tidak ditemukan. Dia bertanya pada semua orang, tapi tak satu pun yang melihatnya. Para karyawan mulai menggosip, dan karena saya yang merawat anak-anak selama istirahat makan siang, mereka curiga sayalah yang menyembunyikannya.

Beberapa hari kemudian, kebetulan, saya melihat seragam guru Hui berada di bawah lemari di kamar mandi. Ketika saya membawanya, dia melemparkan ke lantai dengan marah dan menolak mengenakan atau mencucinya. Dia berbicara dengan guru Jiang di belakang saya, masih yakin saya yang menyembunyikannya.

Saya tahu dia tidak bahagia, jadi saya mencuci seragamnya dan mencoba membantu melupakannya. Saya berkata, “Jika anak-anak yang melakukannya kita harus memaafkan kenakalan mereka. Jika orang dewasa, maka tindakan itu tidak bisa diterima. Mari fokus pada pendidikan anak-anak dan semua akan jelas saat kita memeriksa rekaman CCTV.”

Namun seluruh taman kanak-kanak sedang dalam persiapan inspeksi pejabat provinsi selama beberapa hari dan tidak ada waktu untuk memeriksa rekaman CCTV. Beberapa rekan saya memberi tahu secara periodik bahwa guru Hui menyebarkan desas-desus bahwa saya-lah yang membuang seragamnya. Orang-orang mulai menatap saya dengan pandangan aneh.

Tak peduli bagaimana orang lain memperlakukan saya, saya menganggapnya selesai—sudah lewat. Saya tidak berusaha menjelaskan dan terus melakukan pekerjaan sebaik mungkin.

Beberapa hari kemudian, pemimpin taman kanak-kanak memeriksa rekaman CCTV dan ternyata seorang bocah laki-laki melempar seragam guru Hui di bawah lemari di kamar mandi, dan mereka juga menemukan beberapa kaus kaki dan sol sepatu milik guru Hui yang hilang, Saat semuanya jelas, beberapa guru menyarankan agar saya menuntut permintaan maaf guru Hui. Saya hanya tersenyum, dan tidak mengatakan apa pun.

Memberi Hadiah pada Para Orang Tua

Pada semester dua, saya dipindahkan ke Kelas 3, kelas terbaik di taman kanak-kanak dengan peralatan lengkap. Anak-anak dari pengurus sekolah semua berada di kelas itu. Karena mereka baru berusia tiga setengah tahun, orang tua sering memberi para guru hadiah untuk memastikan anak mereka dirawat dengan baik. Saya menolak pemberian mereka baik barang maupun uang, dan memberi tahu bahwa saya menghormati kebaikan mereka, tapi tidak dapat menerima hasil jerih payah mereka. Saya juga meyakinkan pada mereka bahwa kami selalu menjaga anak-anak mereka dengan baik.

Suatu hari, setelah menjemput anaknya, ibu Dingding membawa saya ke samping dan memaksa saya menerima hadiah uang 200 yuan. Saya berkata, “Terima kasih untuk kebaikan anda, tapi saya tidak dapat menerimanya. Harga barang terus meningkat, sedangkan keluarga anda membutuhkannya. Harap gunakan uang ini untuk keperluan anak anda.”

Dia benar-benar terkejut mendengar apa yang saya katakan. Hari berikutnya ketika ayah Dingding mengantar dia ke sekolah, dia menyapa saya dengan senyum yang ramah.

Terkadang dua guru lainnya menerima hadiah atas nama saya, dan ini menyulitkan. Saya mencoba membayar mereka kembali dengan membelikan hadiah untuk mereka atau mengembalikan barang-barang yang saya terima kepada orang tua lainnya. Mereka semua terkejut karena belum pernah melihat seorang guru memberi orang tua murid sebuah hadiah.

Dafa Memberkati Keluarga Saya

Suami saya sering melafalkan, “Falun Dafa baik. Sejati-Baik-Sabar baik,” dan karenanya memperoleh banyak manfaat.

Dia pernah dalam kondisi kritis dan hampir meninggal dunia 10 tahun lalu, tapi ia selamat dan sekarang sehat.

Putra saya adalah anak yang baik, tidak membebani kami secara finansial. Ia menemukan pekerjaan paruh waktu di sebuah restoran untuk menghidupi dirinya sendiri ketika mengenyam pendidikan di universitas. Setelah lulus, dia pergi ke Beijing untuk mengambil pekerjaan paruh waktu selagi mencari pekerjaan tetap. Dia menghabiskan dua bulan di sana dan kembali dengan 20 ribu yuan. Dia berkata pada saya, “Bu, saya mendapatkan uang untuk membayar pengobatan ayah.”

Putra saya juga menemukan pekerjaan baik di kota kami. Kami menyadari bahwa semua berkat ini berasal dari Guru Li dan Dafa.