Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Tetap Bermartabat dan Belas Kasih Saat Menghadapi Kejahatan

3 Juli 2019 |   Oleh seorang praktisi Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, pada tahun 1996 dan ingin berbagi beberapa pengalaman kultivasi saya sejak saya dipenjara.

Setelah kepala rezim komunis Jiang Zemin memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada Juli 1999, para pejabat dari komite desa saya mengawasi setiap gerak-gerik saya. Di malam hari, di bawah sinar rembulan, saya bisa melihat bayangan di jendela. Slogan Jiang adalah "memberantas Falun Gong dalam tiga bulan." Itu adalah pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasa hak asasi manusia telah dilanggar.

Dipenjara di Pusat Penahanan

Saya dipenjara di pusat penahanan pada tahun 2008. Perlakuan kejam yang saya terima di pusat penahanan melukai saya secara fisik dan mental.

Musim dingin tahun itu sangat dingin. Saya tidak punya uang setelah pakaian musim dingin yang dikirim keluarga saya disita oleh penjaga dan tahanan lainnya. Para penjaga memperingatkan saya untuk tidak melaporkan hal ini kepada siapa pun, terutama penjaga lainnya.

Karena saya berlatih Sejati-Baik-Sabar, saya percaya bahwa saya perlu menanggung rasa sakit dan mentolerir apa pun terlepas dari apakah tindakan itu benar atau salah.

Ketika penganiayaan memburuk, kondisi hidup saya menjadi tidak mungkin secara manusiawi. Kematian atau "transformasi" adalah perintah dari pemerintah pusat.

Suatu hari, seorang narapidana membasahi pakaian hangat satu-satunya di wastafel. Pesannya sangat jelas: mati beku atau mencela Falun Gong. Pada saat itu, saya ingat Guru berkata:

"Sabar bukan sifat pengecut, lebih-lebih bukan bersikap pasrah terhadap perlakuan buruk." ("Bersabar Sampai Batas Akhir Kesabaran", Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju II)

Saya berjalan mendekati tahanan itu dan, dengan nada bermartabat penuh belas kasih, berkata, "Saya berusia lebih dari 60 tahun. Anda mengambil uang dan pakaian musim dingin yang dikirim keluarga saya kepada saya. Saya memiliki sedikit makanan. Anda merendam satu-satunya pakaian hangat saya di air. Anda ingin saya mati kedinginan. Namun, saya tahu keluarga anda sedang melalui masa-masa sulit dan ini adalah pertama kalinya anda melakukan ini, jadi saya memaafkan anda. Saya menanggung apa yang orang biasa tidak bisa. Saya memaafkan anda karena belas kasih saya. Jangan lakukan ini lagi. Kejahatan tidak akan pernah berpengaruh terhadap yang lurus.”

Narapidana itu menundukkan kepalanya. Itu bukan akhir. Seorang narapidana lain melaporkan saya ke penjaga dan menuduh saya memukul orang. Penjaga memanggil saya ke kantornya: "Kamu berlatih Sejati-Baik-Sabar, bagaimana kamu bisa memukul orang? Kamu memiliki temperamen buruk untuk ukuran orang 60 tahun."

Saya menjawab: “[Narapidana yang merendam pakaian saya] menghentikan saya menggunakan kamar mandi empat kali. Dua kali dia melempar pakaian saya ke lantai dan menginjaknya. Saya mentolerir hal-hal ini, yang mana tidaklah mudah.”

"Apakah anda tahu ada orang yang bisa menderita hal seperti itu dan diam? Hanya praktisi Falun Gong yang bisa. Namun, dia melakukan sesuatu yang mengancam kelangsungan hidup saya, saya bisa mati kedinginan karena dia membasahi pakaian saya yang hangat. Saya bisa mengatakan bahwa anda tahu praktisi Falun Gong adalah orang baik. Orang-orang baik pantas dihormati dan mereka seharusnya tidak dianiaya. Anda sudah melanggar hukum dengan menahan saya di sini. Selain itu, anda tidak memberi saya kondisi yang layak huni. Saya kedinginan dan lapar. Anda bekerja dalam penegakan hukum namun anda dan yang lainnya telah melanggar hukum."

Setelah lama terdiam, penjaga itu berkata: “Partai Komunis tidak pernah mengakui kesalahan apa pun, tidak pernah. Tidak masalah seberapa besar kesalahannya.”

Setelah hari itu, saya mulai berbicara secara terbuka tentang Falun Gong kepada orang-orang di sekitar saya. Sekarang mereka berkata, "Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik." Beberapa menyatakan minat untuk mempelajari Falun Gong dan banyak yang mengecam Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Lingkungan hidup saya berubah menjadi lebih baik. Saya akhirnya menerima uang dan pakaian yang dikirim keluarga saya. Saya berteman dengan narapidana yang merendam pakaian saya. Saya membagikan makanan saya dengannya dan memberinya pakaian hangat. Dia tersentuh oleh kebaikan saya dan memanggil saya "ayah Falun Gong."

Saya tidak pernah dengan sengaja melakukan sesuatu untuk menyakiti siapa pun dalam hidup saya. Orang-orang di desa saya melihat saya sebagai orang baik. Setelah saya di pusat penahanan, saya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena ingin hidup dengan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Ibu saya berumur 96 ketika saya dijatuhi hukuman. Dia bersandar pada tongkatnya di jalan menuju desa kami setiap hari, menunggu saya pulang. Dia segera meninggal.

Di Penjara

PKT berharap setiap praktisi Falun Gong di penjara "berubah". Suatu malam, ketika semua tahanan dikurung di sel mereka, beberapa narapidana yang bekerja untuk penjaga penjara membawa saya ke tangga. Mereka berkata kepada saya, "Kami akan memukulmu sampai mati jika kamu tidak berubah." Mereka mulai memukul saya. "Tidak ada yang akan tahu jika kami memukulmu sampai mati, juga tidak ada yang melihat."

Setelah mendengar kata-kata mereka, saya mengerti bahwa Guru Li (pencipta) menggunakan kata-kata mereka untuk memberi tahu saya sesuatu. Saya berteriak sekeras-kerasnya, “Tindakan jahat ini harus dihentikan.” Semua orang di gedung mendengar saya.

Seorang kepala seksi berjalan mendekati kami. Dia mulai tertawa. Rupanya, pemandangan seorang lelaki tua yang dipukuli oleh beberapa tahanan tampak lucu baginya. Efek dari suara teriakan saya dan tawanya sangat mengerikan. Saya menolak untuk melepaskan keyakinan saya pada Falun Gong.

Suatu pagi, beberapa tahanan yang bekerja untuk penjaga penjara mencoba menyeret saya ke kamar mandi. Tidak ada orang lain di ruangan itu. Naluri saya mengatakan bahwa mereka ingin mencekok paksa saya dengan tinja.

Saya adalah seorang praktisi Dafa dan tidak akan mengalami penghinaan seperti itu. Kata-kata Guru muncul lagi di benak saya:

"Sabar bukan sifat pengecut, lebih-lebih bukan bersikap pasrah terhadap perlakuan buruk." ("Bersabar Sampai Batas Akhir Kesabaran", Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju II)

Saya melawan dan bergulat dengan mereka. Ada monitor video dan pengawasan suara di dalam sel. Setiap langkah kami diawasi. Namun, tidak ada yang datang campur tangan.

Mereka meremehkan saya. Mereka pikir mereka bisa dengan mudah memanipulasi seorang lelaki tua. Saya memiliki perlindungan Guru, prajurit langit menjaga saya, dan saya penuh energi positif. Saya tiba-tiba teringat kata-kata Guru:

“Akar saya sudah terpancang pada alam semesta. Siapa yang dapat menggoyahkan anda, berarti dapat menggoyahkan saya, terus terang, dia dapat menggoyahkan alam semesta ini.” (Ceramah Satu, Zhuan Falun)

Dengan pemikiran itu, para tahanan yang bergulat dengan saya melepaskan saya. Mereka tampak seperti baru saja menerima sengatan dari tongkat listrik; mereka terengah-engah dan pucat. Saya tetap tegak dan tidak bergeming.

Saya menunjuk salah satu dari mereka dan berkata, "Kerabat anda tinggal di lingkungan saya." Saya menunjuk tahanan lain: "Saya tahu di mana anda tinggal, Anda tinggal sangat dekat dengan saya. Kalian berdua seperti tetangga saya, bagaimana anda bisa melakukan ini? Bagaimana anda berani menatap saya setelah kami dibebaskan? Saya punya empat anak, apakah anda pikir mereka akan membiarkan anda bebas?"

Saya berbicara dengan belas kasih dan bermartabat. Mereka menundukkan kepala. Saya disiksa berkali-kali kemudian, tetapi keduanya tidak ikut serta.

Pulang

Pada saat saya dibebaskan, seluruh tubuh saya cacat akibat penganiayaan fisik selama bertahun-tahun. Ibu dan kakak perempuan saya telah meninggal dunia. Kakak perempuan saya adalah seorang praktisi Falun Gong yang juga dianiaya. Saya kembali ke rumah yang kosong. Saya bahkan tidak bisa menemukan pakaian ganti.

Keponakan saya telah menyimpan buku-buku Falun Gong untuk saya ketika saya diculik. Karena takut akan pembalasan, ia memberikan buku-buku saya ke kepala desa. Buku-buku itu adalah hidup saya, saya harus mendapatkan kembali. Dengan pikiran lurus yang kuat dan tekad yang teguh, saya mendapatkan semua buku saya.