Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kisah Toleransi dan Memaafkan di Zaman Dahulu (Bagian 3)

3 Juli 2023 |   Oleh Qin Shan

(Minghui.org)

(Lanjutan dari Bagian 2)

Toleransi adalah cara terbaik untuk menghindari bencana dan mendapatkan berkah. Ini mungkin sulit dilakukan, tetapi ketika menghadapi kemunduran dan penghinaan, menghadapinya dengan tenang, murah hati, dan rasional sering membalikkan keadaan.

Menunggu Lebih Dari 20 Tahun Sebelum Menjadi Kaisar

Li Chen, juga dikenal sebagai Kaisar Xuanzong (810-859), adalah salah seorang kaisar terkemuka di akhir dinasti Tang. Di masa mudanya, Li dianggap pemalu dan pembicara yang buruk, dan dia sering diintimidasi. Meskipun dia seorang pangeran, dia terpaksa meninggalkan ibu kota dan tinggal di tempat lain.

Pada tahun 820, kakak laki-laki Li Chen, Li Heng, menjadi kaisar, tetapi dia meninggal empat tahun kemudian. Putra Li Heng, Li Zhan kemudian dinobatkan menjadi kaisar selanjutnya, tetapi dia meninggal pada usia 18 tahun. Setelah itu, adik laki-laki Li Zhan, Li Ang, menjadi kaisar, lalu diikuti oleh putra bungsu Li Heng, Li Yan. Selama 20 tahun lebih itu, Li Chen berusaha menjauh dari masalah politik dan tidak menonjolkan diri.

Namun, sebagai paman dari tiga kaisar sebelumnya, keponakannya masih mencurigai dan mengucilkan Li Chen meskipun dia tidak menonjolkan diri dan tidak memamerkan bakatnya. Untuk menghindari kecurigaan, dia meninggalkan ibu kota dan tinggal di tempat lain. Dia juga sering mengunjungi kuil. Ke mana pun dia pergi, dia berhati-hati dengan apa yang dia katakan dan lakukan.

Pada tahun 846, Li Chen akhirnya menjadi kaisar. Saat dia dinobatkan, Dinasti Tang sudah lemah. Dia berkomitmen untuk mengubah situasi ini, mengatur negara dengan rajin, melayani rakyat, dan fokus memilih pejabat yang berbakat. Dia adalah salah seorang dari sedikit kaisar yang membuat prestasi penting setelah pertengahan Dinasti Tang. Karena kemakmuran pemerintahannya, orang kemudian sangat merindukannya, bahkan setelah jatuhnya Dinasti Tang pada tahun 907.

Li Chen dapat menghindari malapetaka karena dia dapat bertahan dalam keadaan yang sulit. Itu sebabnya, dia memiliki kesempatan untuk berhasil pada akhirnya. Dari sini, orang dapat melihat betapa pentingnya bersabar dan mundur selangkah. Li suka membaca buku Zhenguan Zhengyao (Pejabat Zhenguan), diskusi terpilih antara Kaisar Taizong dan pejabat seniornya. Dia juga mempertimbangkan kata-kata Kaisar Taizong berikut sebagai motonya: “Kekacauan muncul ketika orang jahat ditunjuk (sebagai pejabat); kemakmuran dicapai ketika orang-orang sederhana dan berbakat ditunjuk.”

(Bersambung)