OBAT ATAU RACUN?
"Pengobatan" sebenarnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit, akan tetapi manusia sekarang ini mengkomsumsi obat-obatan tidak lagi semata-mata untuk tujuan ini.
Mereka sekarang ini juga mengunakannya untuk mengubah penampilan fisik seseorang, mencapai suatu perasaan senang, tetap sadar atau untuk pergi tidur, agar fisik seseorang kelihatan bagus atau menghilangkan sesuatu yang orang tersebut tidak ingin di tempat semulanya. Bukankah banyak obat-obatan sekarang merupakan racun untuk menyokong gaya hidup modern ini? Bukankah "obat" adalah digunakan untuk menyembuhkan penyakit, sedangkan "racun" adalah digunakan untuk merusak kesehatan dan mengubah moralitas? Jadi, ini merupakan teka-teki buat saya mengapa "racun" serupa itu berkembang dan mengapa orang-orang sudi mencemari tubuh mereka. Mengapa orang-orang tidak mampu melihat dengan kepintaran mereka untuk mengenali efek negatif dari tindakan mereka? Tiga alasan timbul di pikiran saya: kepercayaan yang buta terhadap senyawa kimia, tekanan kebudayaan dan pendirian.
Seperti kasus yang ditunjuk, mari kita membincangkan obat penemuan terbaru "Viagra", sebuah pengobatan untuk ereksi yang tak berfungsi. Mengapa dia menjadi begitu terkenal? Ini dikarenakan pikiran menyimpang atas kesenangan seksual yang merupakan alasan utama sehatnya hubungan pria/wanita, atau dari apa yang masyarakat gambarkan sebagai pesona pria? Bukankah ini buah pikiran yang keliru? Pria, yang kehilangan apa yang disebut maskulin, kepercayaan, diberikan indoktrinasi masyarakatnya maka dia akan merana dan lalu meraih "pil biru". Dia mengandal pada obat-obatan ini tanpa memahami sebab dari apa yang dia sebut "penyakit" dan tanpa mengingat akibat yang mungkin timbul. Apakah kenikmatan sesaat ini seimbang dengan pengrusakan yang timbul pada jaringan yang lain dalam tubuh manusia? Test klinik memperlihatkan bahwa obat ini mungkin menimbulkan efek samping yang ringan ke yang serius, termasuk luka perut, edema wajah, reaksi alergi, luka dada, pembekuan darah otak, jantung, gangguan hati, muntah, depresi, insomia dan serangan hati.
Mari kita juga berbicara tentang obat yang dipakai oleh orang yang menderita kegemukan, yang mana menganggap fisiknya tidak menarik pada zaman sekarang. Orang akan diejek bila menjadi gemuk. Dengan demikian, merasa tidak menarik dan keluar dari arus utama dari masyarakat, mereka beralih ke obot penurun berat yang datang paling banyak dari rekomendasi teman, relasi, dokter, dan saluran media. Setiap orang teraspirasi menjadi lambang kecantikan-langsing. Tetapi, ketika meraih untuk apa yang disebut obat, apakah ada orang yang ingat bahaya yang mungkin timbul pada bagian tubuh lain? Apakah orang-orang sadar kemungkinan timbul efek samping, seperti tekanan darah tinggi, sakit kepala, sakit punggung, flu-sindrom, luka perut, luka dada, mulut kering, anoresia, insomia dan sembelit?
Ada banyak obat yang ditujukan pada ketaatan terhadap banyak norma sosial, seperti pil aborsi, pil pengontrol kelahiran, suplemen horman, obat pengatur sakit, obat pembesaran payudara, pil penurun depresi, obat kehilangan rambut. Apakah mereka yang meraih obat-obat ini mempertimbangkan kemungkinan bahaya yang timbul pada mereka sendiri? Ya, efek samping dari pengunaan obat untuk menyembuhkan penyakit masyarakat telah terdokumentasi dengan baik. Setiap orang hanya perlu mengakses untuk informasi ini. Jika seseorang tidak mempunyai komputer, orang tersebut mungkin menemukan informasi di perpustakaan setempat, bertanya pada dokter atau apoteker. Tetapi apakah orang tersebut sungguh-sungguh berharap mengetahui efek sampingnya? Sering kali luka dari ketidaksesuaian terhadap norma masyarakat terlalu besar sehingga orang meraih untuk apa yang disebut obat manjur.
Lalu, seorang praktisi, yang dapat melihat dengan jernih efek merusak dari senyawa kimia ini terhadap tubuh manusia, harus menemukan jalan untuk membuka pikiran orang-orang ini dan membantu mereka untuk melihat dengan jernih akibat dari tindakan mereka. Para praktisi harus menemukan jalan untuk menyingkirkan pikiran yang ada dengan respek pada tubuh, kesehatan dan pengobatan. Orang-orang perlu memahami bahwa melepaskan kebutuhan pada obat-obatan medis akan menuju ke sebuah kehidupan yang sehat.
PENYALURAN OBAT-OBATAN MEMBUTUHKAN KEBIJAKAN DAN HATI BELAS KASIH
Sepanjang usia telah ada dokter, apoteker dan yang lainnya yang memiliki kebijakan dan belas kasih dihati mereka. Mereka tidak akan menyalurkan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit dan norma masyarakat, tetapi untuk memulihkan kesehatan. Para peneliti awal yang menyelidiki tentang khasiat jamu tidak mengejar popularitas dan tidak merusak segala kehidupan untuk alasan ekonomi. Namun ada juga para tukang obat yang semata-mata termotivasi karena serakah. Tetapi, mereka yang memiliki kebijakan dan belas kasih tidak akan menyalurkan obat tanpa memahami keuntungan dan keburukannya. Jadi, dimasa kuno kita, mereka melakukan sendiri percobaan satu demi satu pada tanaman untuk menemukan nutrisi dan khasiat pengobatannya juga racunnya. Mereka adalah hewan percobaan yang diizinkan diteliti untuk memulihkan banyak kesehatan.
Kaisar Cina Shen Nung (Shennong) mencoba ratusan tanaman untuk menyelamatkan warganegaranya dari bahaya pengunakan jamu. Shen Nung juga mengetahui untuk mengunakan sebuah jamu bernama Zhebian yang menolongnya mengenali tanaman beracun dan mempelajari khasiat jamu. Rupanya dia mengenali 17 racun perhari. Bukankah ini memperlihatkan bahwa Shen Nung belas kasih terhadap warganegaranya?
Selama dinasti Qing (1644-1911), seorang dokter yang bereputasi membahas dalam bukunya tentang penyakit dari masyarakat. Dia menyerahkan pada dokter yang palsu dan yang sama sekali tidak perduli terhadap kehidupan orang-orang. Dia menguraikan secara terperinci mereka yang over dosis mengobati orang-orang untuk memindahkan energi (qi) yang terkontaminasi dan yang tukang tiru. Metode-metode itu akan mengobati tubuh ekternal, tetapi mengorbankan kehidupan yang sesungguhnya dan lalu membahayakan pada individu tersebut. Dalam tulisannya, dokter ini berharap untuk mendidik dokter-dokter seperti pasien, jadi mereka memahami tujuan perlu atau tidaknya obat-obatan. Dalam dispensasi masyarakat dan pemahaman pengobatan dibuat gampang, disajikan oleh akses internet, iklan dan peraturan perlindungan komsumen. Namun, apakah setiap orang sungguh-sungguh perhatian seperti apa obat seharusnya, yang tidak harus atau tidak dapat dipakai dan seperti apa obat yang benar-benar dibeli dan dipakai orang? Tahukah mereka jika resep obat dari dokter adalah obat untuk meningkatkan kesehatan pasien atau "obat psikologi"? Apakah dilema yang dihadapi publik bukanlah obat mana yang boleh dipakai dan obat mana yang tidak boleh dipakai tetapi adalah kemerosotan standar moral sekarang ini?
KEMBALI PADA KEHIDUPAN NATURAL
Sudahlah jelas untuk memulai bahwa penyakit adalah sebuah refleksi keseimbangan alami dari sifatnya telah keluar batas. Masyarakat manusia telah kehilangan sumber dan sifat aslinya. Alternatif satu-satunya untuk masyarakat manusia adalah intopeksi dan mendapat kembali sifat kemanusiaan seperti yang telah hilang. Hanya ketika umat manusia mengenali bahwa mereka tergelincir keluar dari sifat asli mereka dan sekali lagi ada prinsip dari "Sejati, Baik, Sabar" akan membuat mereka kembali mendapatkan kesehatan dan keseimbangan alami. Bagaimanapun, jika umat manusia terus menerima senyawa kimia sebagai pengobatan untuk masalah kesehatan dalam masyarakat, efek nya akan berlawanan dari apa yang diharapkan. Seseorang tidak akan mendapat pemulihan kesehatan tetapi hanya akan ditekan sebab sebenarnya dari penyakit seseorang dan ditunda perhitungannya. Tak perduli apakah penyembuhan melalui metode Tiongkok kuno atau metode modern barat, seperti akupuntur, herbal atau pengobatan kimia. Penyembuhan tersebut adalah dibawah kontrol dokter dan tergantung pada belas kasih/kebaikannya.
Jika seseorang berharap untuk mengurangi penderitaan dan menyingkirkan penyakit, harus ada perubahan dari hidupnya. Seseorang harus menjadi berbudi luhur dan baik. Hidup dalam masyarakat yang damai, memperoleh tubuh yang sehat, mendapat pelakuan terhormat, dan mendapatkan kembali karakter ningrat adalah seluruh andalan dari kebahagiaan. Kehidupan manusia yang tergantung pada kimia atau senyawa obat-obatan tidak dapat memperoleh kembali sebuah tubuh yang sehat. Untuk mempengaruhi perubahan menuju kehidupan yang lebih baik, seseorang harus menyingkirkan pikiran memiliki, menyingkirkan semua keterbatasan, memperoleh kembali insting alami seseorang, dan hidup dengan berbudi luhur. Apakah anda setuju dengan saya?
Dari : pureinsight tgl 5 april 2002