Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Surat Kabar Denmark Memublikasikan Pernyataan dari Sebuah LSM yang Mengutuk Penganiayaan Kejam yang Dialami Praktisi Falun Gong di Harbin, Provinsi Heilongjiang

7 Okt. 2008

(Minghui.org) Aarhus, kota terbesar kedua di Denmark, sekarang sedang mempertimbangkan statusnya sebagai “Kota Kembar” dengan kota Harbin di Tiongkok, setelah mendengar adanya penganiayaan yang kejam dan meluas terhadap praktisi Falun Gong di beberapa kamp kerja paksa di dalam kota dan dugaan serius mengenai pengambilan organ tubuh di beberapa kamp kerja paksa dan rumah sakit. Salah satu surat kabar utama di Denmark, Jyllandsposten, belum lama ini memuat penyataan di bawah ini yang dikeluarkan pertama kali oleh organisasi Hak Asasi Manusia kepada Dewan Kota Aarhus.

Kejahatan yang dilakukan di Harbin, kota kembar Aarhus di Tiongkok.
Oleh Christoffer Brekne, ketua Network for Human Rights in China; Poul Anderson, pensiunan insinyur, dan Wu Lingnan, jurnalis.

Pada tanggal 23 Januari tahun ini, kami atas nama Network for Human Rights in China mengirimkan sepucuk surat kepada Walikota Aarhus, Nicolai Wammen, mendesaknya untuk membekukan pertukaran kebudayaan dengan kota Harbin, kota kembar Aarhus, sampai pejabat berwenang kota Harbin menghentikan siksaan dan pembunuhan terhadap praktisi Falun Gong di beberapa kamp kerja paksa dan pusat penahanan di kota itu. Kami gembira melihat Walikota Wammen menganggap kasus ini serius dan meminta Perdana Menteri untuk menyelidiki persoalan ini. Hal ini menjadi pendorong karena banyak anggota Dewan Kota juga memandang kasus ini dengan serius.

Penganiayaan dan genosida terhadap Falun Gong di Tiongkok adalah sesuatu yang tidak terbantahkan dan kenyataan tragis. Lebih dari 70 juta warga Tiongkok (berdasarkan perhitungan pejabat Tiongkok terhadap jumlah praktisi Falun Gong pada tahun 1998) telah menjadi sasaran langsung penganiayaan yang telah berlangsung hampir delapan tahun. Ratusan ribu orang telah ditangkap secara tidak sah dan disiksa, praktisi yang dipaksa meninggalkan rumah sudah tak terhitung jumlahnya, dan sampai sekarang ini sudah 3013 orang telah dipastikan meninggal karena siksaan dan penganiayaan. Bahkan, banyak ahli menyetujui bahwa angka kematian yang sesungguhnya lebih besar daripada itu, jadi kami menduga mungkin sekitar puluhan ribu jiwa. Penganiayaan secara meluas dilaporkan dan didokumentasikan oleh PBB, Departemen Amerika Serikat, Amnesti Internasional, Human Rights Watch, dan banyak organisasi HAM lainnya.

Harbin, kota kembar Aarhus, berada di Provinsi Heilongjiang. Provinsi ini tercatat memiliki jumlah kejahatan dan kematian tertinggi yang didokumentasikan selama penganiayaan terhadap Falun Gong, dan kota Harbin tepat berada di urutan teratas paling buruk diantara kota-kota buruk lainnya di Provinsi Heilongjiang. Di Harbin anda dapat menemukan, cukup menyebutkan beberapa saja, Kamp Kerja Paksa Wanjia, Kamp Kerja Paksa Changlinzi dan Penjara Wanita Harbin, beberapa kamp konsentrasi dan penjara yang mengerikan yang digunakan dalam penganiayaan terhadap Falun Gong. Bertahun-tahun, organisasi HAM telah mengumpulkan pernyataan saksi mata mengenai penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok, beserta tanggal, waktu, tempat dan nama-nama penjahat dan saksi-saksinya. Pernyataan saksi mata dari Harbin sendiri memenuhi lebih dari lima ratus lembar kertas berukuran A4. Penyataan kesaksian ini menceritakan mengenai perlakuan menyetrum dengan kejutan listrik, memaksa memakan kotoran dan metode penyiksaan kejam yang tidak terhitung lainnya yang bertujuan untuk secara menyeluruh menghancurkan dan membunuh orang.

Pada bulan Juli 2006, David Kilgour, mantan anggota parlemen Kanada dan David Matas, seorang pengacara HAM terkenal, menerbitkan sebuah laporan mengenai pengambilan organ tubuh praktisi Falun Gong yang masih hidup di Tiongkok. Dalam laporannya, mereka menyimpulkan bahwa pengambilan organ tubuh dari praktisi Falun Gong yang masih hidup telah dan masih terjadi dalam skala besar di seluruh Tiongkok. Sebuah revisi dari laporan itu menambahkan bukti-bukti pendukung yang diterbitkan pada tanggal 31 Januari tahun ini. Mereka memperkirakan bahwa 41.500 atau lebih organ tubuh telah diambil dari praktisi Falun Gong yang masih hidup di antara tahun 1999 dan 2005. Di Eropa, dua badan penyelidik independen lainnya yang dipimpin oleh Sir Edward MacMillan-Scott, Wakil Presiden Parlemen Eropa dan Patrik Vankrunkelsven, seorang senator Belgia. Keduanya mencapai kesimpulan yang sama. Di Tiongkok, aktivis kebebasan dan pengacara HAM yang terkenal Gao Zhisheng secara pribadi telah mewawancarai beberapa korban penganiayaan dan meskipun beberapa usaha pembunuhan yang dilakukan oleh pejabat Tiongkok terhadapnya, munculnya persoalan pengambilan organ tubuh kepada publik adalah suatu usaha untuk membuka mata komunitas dunia.

Seorang saksi mata perempuan dalam laporan revisi Kilgour/Matas menceritakan pengalaman yang mengerikan di Kamp Kerja Paksa Wanjia di Harbin, yaitu sebuah kamp kerja paksa yang seringkali disebutkan berhubungan dengan pengambilan orang tubuh. Organ dalam wanita itu di-screening empat kali untuk menentukan kondisinya.  Bagaimanapun, ia telah diperlakukan dengan buruk yang menyebabkan organ dalamnya mengalami kerusakan sangat serius, yang secara ironis menyelamatkan dirinya karena telah diputuskan bahwa kondisi organ tubuhnya tidak cocok untuk ditransplantasi. Mengapa ingin memeriksa organ tubuh dari seseorang yang disiksa hingga meninggal? Mengapa hanya praktisi Falun Gong yang discreening?

Adalah penting untuk menunjukkan bahwa penganiayaan di Harbin dikelola dari atas ke bawah. Walikota dan banyak dari anggota dewan kota secara langsung bertanggung jawab terhadap genosida di Harbin. Penganiayaan Falun Gong tidak terpisah dari banyak institusi yang bernama buruk, namun juga menembus sampai struktur hirarki pejabat kota. Jadi, seseorang dapat membaca sebuah laporan Walikota Shi Zhongxin kepada pemerintahan pusat Tiongkok bahwa Harbin telah sukses melaksanakan “penyerangan terhadap Falun Gong.” Ia dan dewan kota lainnya merasa bangga dengan sanksi kejahatan yang tidak pernah kita lihat lagi sejak kejahatan besar Nazi terhadap orang-orang Yahudi.

Saat Aarhus dipasangkan dengan kota Harbin, ia tidak dapat lari dari fakta kebenaran walaupun hal itu mungkin susah untuk diterima. Kenyataannya adalah para pelaku kejahatan di kota Harbin dan penganiayaan kejam terhadap penduduk yang tidak bersalah, menggambarkan hal-hal yang berlawanan dengan semua yang mana negara barat pertahankan dan perjuangkan. Ketika diktaktor Komunis di Tiongkok akhirnya runtuh, sesuatu yang kita semua inginkan, kejahatan mengerikan ini akan diberikan secercah harapan seperti yang terjadi segera setelah Perang Dunia ke-2 dan runtuhnya Tembok Berlin. Ketika hal ini terjadi, pilihan kita hari ini akan menjadi sejernih kristal supaya orang-orang dapat melihat dan sejarah akan menilai demikian.