(Minghui.org) Di Tiongkok, kami menyebut seorang perempuan yang berperangai cepat marah sebagai "Putri sulung di dalam keluarga kaya." Sekitar tiga tahun yang lalu, Lai Cuifen (wanita), pengajar piano di selatan Taiwan, menjadi lambang dari ungkapan ini. Sebelum berlatih Falun Gong, dia terkenal sering melampiaskan amarahnya di depan para siswa. Kemudian dia mulai berlatih Falun Gong bersama orangtua dan adik laki-lakinya, perangai dan perilakunya mengalami perubahan yang sangat besar.
Pada tahun 1999, Ibunda Lai mulai
berlatih Falun Gong. Tidak lama kemudian, ibunya yang mempunyai
masalah ginekologis dan selama bertahun-tahun bergantung pada
pengobatan, menjadi sehat. Setelah memperoleh manfaat dari Falun
Gong, dia mengajak keluarganya untuk bergabung. Mulanya, Cuifen
sedikit menentang gagasan itu, sekitar satu setengah tahun kemudian
dia mulai membaca buku–buku Falun Gong.
Lai adalah seorang anak manja ketika masa kecil, membeli pakaian
trendi dan merek-merek terkenal menjadi bagian alami dari hidupnya.
Menurutnya, dia akan menghabiskan waktu seharian untuk berbelanja
tanpa banyak berpikir. Sekarang dia tidak lagi dengan penuh
semangat mengejar fashion, dan berpikir bahwa kebahagiaan itu
datang dari hati yang puas. Menjalani hidup dengan sederhana telah
menjadi filosofi hidupnya yang baru.
Setelah lulus dari Universitas Teknologi Tainan, Lai mulai mengajar
piano. Sudah hampir 20 tahun sejak pertama kali mengajar,
perubahannya telah tercermin di dalam interaksinya dengan para
siswa. Dahulu, para siswanya akan duduk di tepi tempat duduk
mereka, takut terkena luapan amarahnya. Sekarang, para siswa sering
menyambutnya dengan pelukan hangat.
Ketika Lai pertama kali mengajar, dia sering tidak bisa menguasai
emosi. Dia tidak menganggap pekerjaannya penting, dan segan
melakukan pekerjaannya dengan baik. Setelah berlatih Falun Gong,
dia menyadari bahwa seseorang harus memikirkan orang lain. Begitu
dia melakukannya, dia menyadari bahwa dia tidak akan marah
sepanjang dia mempertimbangkan masalah dari perspektif
siswanya.
Dia menyadari bahwa seorang guru dapat memberikan dampak penting
pada minat dan kemajuan siswa. Dengan pikiran seperti itu, sekarang
dia sering mengingatkan dirinya untuk mengembangkan kebaikan,
kesabaran, dan toleransi terhadap siswanya. Ketika para siswa tidak
melakukan dengan baik di dalam kelas atau mengabaikan latihan
piano, Lai tidak memarahi mereka. Dia juga mengintrospeksi dirinya
untuk mengidentifikasi segala sesuatu yang mungkin telah dia
lakukan secara lebih baik di dalam mengajar.
Setelah berlatih Falun Gong, dia mulai memberikan perhatian khusus
pada karakter siswanya, melakukan hal-hal untuk membantu mereka
tumbuh sebagai seorang musisi. Setelah lebih dari satu dekade
pengalaman mengajar dan ujian Xinxing (watak, kualtias moral) sejak
berlatih Falun Gong, dia menyadari bahwa hanya ketika dia berpikir
tentang para siswa dari lubuk hatinya, dia akan memberikan
pelajaran yang terbaik yang bisa dia lakukan.
Lai berkata, "Saya dulu menjalani kehidupan yang sangat santai.
Sejujurnya, saya terobsesi dengan materi. Saya tidak tahu bagaimana
menjalani kehidupan. Saya tidak tahu bahwa seseorang mampu mengejar
arti kehidupan."