Dua Pengalaman Karma
Penyakit Membuat Saya Memahami Keseriusan Kultivasi
(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Gong pada Tahun 1997. Selama dua tahun belakangan ini, saya mulai kendor dalam latihan. Saya jarang belajar Fa, takut beberapa hal, menjadi malas, tidak berlatih secara rutin dan seringkali terganggu oleh ketenaran, keuntungan pribadi dan perasaan. Ini mengakibatkan gangguan kejahatan dalam bentuk karma penyakit pada bulan Januari 2007 dan Januari 2008. Saya ingin berbagi pengalaman kepada sesama praktisi agar tidak membuat kesalahan yang sama.
Pada bulan Januari 2007 saya menderita flu berat. Saya menderita batuk berat sehingga tidak bisa tidur dan dapat merasakan darah saat bernapas. Ini berlangsung selama enam bulan dan saya kehilangan berat badan. Saya menyadari kejahatan berusaha membunuh saya. Saya mencoba untuk mencari ke dalam untuk menemukan keterikatan yang digunakan oleh kejahatan sebagai alasan untuk menganiaya saya. Pada saat yang bersamaan, saya belajar Fa untuk memperbaiki setiap pikiran saya. Pada saat yang paling sulit, pikiran saya hanya ada, “Saya adalah seorang praktisi Dafa, saya berjalan di jalur yang diatur Guru; hidup dan mati saya ditentukan oleh Guru.” Darah sering keluar dari tenggorokan saya, namun tiba-tiba sebentuk kekuatan turun dari hidung dan mendorong darah kembali turun. Saya mengalami kesulitan menahan batuk dan suatu ketika saat saya akan batuk berat, huruf “miek” (musnah) dan “ding” (beku) muncul di depan saya, dan melenyapkan batuk. Dibawah bimbingan dan perlindungan Guru, serta bantuan dari rekan-rekan praktisi, saya melewati ujian ini.
Pada bulan Januari 2008, gejala serupa muncul seperti tahun 2007. Saya berkeringat banyak saat tidur, batuk darah, dan demam tinggi. Saya melihat ke dalam dan menyadari saya tidak rajin berlatih; saya selalu tidak menganggap diri sebagai seorang praktisi. Setelah memurnikan pikiran dengan Fa dan bertindak sesuai dengan tuntutan Fa, gejala penyakitnya lenyap.
Guru berkata dalam Zhuan Falun, “Apa arti hati yang tidak tulus? Yakni orang yang selalu tidak memperlakukan diri selaku praktisi Gong.” (Ceramah VI) Memikirkan kembali dua penyakit berat itu, saya menyadari saya tidak memperlakukan diri selaku praktisi setiap saat. Kita hidup dalam masyarakat dan perlu mengurus pekerjaan sehari-hari. Namun demikian, adalah penting agar kita mengingat bahwa kita adalah praktisi. Guru telah mengatur dan menyesuaikan segalanya dalam kehidupan kita. Guru meminta kita untuk berasimilasi dengan prinsip-prinsip alam semesta dan kita seharusnya tidak terikat oleh ketenaran, perolehan pribadi dan cinta-kasih di dunia ini. Kekuatan lama dan setan-setan busuk terus-menerus mengawasi kita. Sekali kita berhenti memperlakukan diri sebagai praktisi, kejahatan tidak akan menunggu sedetikpun untuk menghancurkan kita.
Kita tidak akan mempunyai rasa takut jika kita memperlakukan diri sebagai praktisi. Guru memimpin kita melakukan hal yang paling lurus di alam semesta ini. Guru dan kita tidak mengakui penganiayaan ini. Bagaimana kita bisa takut akan hal-hal kecil?
Mengapa saya sangat malas dan bersantai dalam belajar Fa dan melakukan latihan? Ini semua datang dari kesalahan mendasar: tidak menganggap diri selaku praktisi sepanjang waktu. Kita berjalan di jalur yang diatur Guru dan kita seharusnya tidak dibingungkan oleh non-praktisi dan bertindak seperti mereka.
Chinese: http://minghui.org/mh/articles/2008/2/27/173181.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2008/3/10/95216.html