Pengalaman Praktisi
Sepuluh Bulan di Orkestra Divine
Performing Arts
Diceritakan pada Konferensi Berbagi Pengalaman Falun Dafa New York
2008
Oleh: praktisi di Korea
(Minghui.org) - Salam Guru!
Salam rekan-rekan praktisi!
Saya adalah praktisi dari Korea Selatan. Saat ini, saya adalah
seorang pemain biola pada Orkestra Divine Performing Arts.
Ketika mulai berlatih Dafa bersama dengan ayah, saya tidak tahu apa itu kultivasi ataupun Falun Gong. Pada 1999, ketika penganiayaan terhadap Falun Gong dilaporkan oleh koran-koran Korea, banyak orang Korea berpikir bahwa karena Falun Gong dianiaya oleh PKC, pasti ada sesuatu yang spesial padanya. Efeknya, banyak orang bertanya tentang Falun Gong dan tertarik untuk mengikuti latihan. Oleh karena itu, kami memulai sebuah tempat latihan di lapangan terbuka, dan saya mulai memperkenalkan Dafa kepada orang-orang dan mengajarkan latihan kepada mereka. Dengan cara ini, saya mulai berlatih.
Saya tidak suka berada di depan umum, tetapi karena tidak ada orang lain yang dapat memperagakan latihan, maka saya tidak punya pilihan lain. Seiring dengan semakin banyaknya orang-orang berlatih Dafa di Korea Selatan, kami sering menghadiri konferensi berbagi pengalaman di berbagai daerah di Korea ataupun luar negeri. Kami bertemu banyak praktisi lain, dan saya memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai Dafa dan kultivasi. Saya juga merasa bahwa kultivasi saya cukup jelek.
Saya adalah lulusan universitas, dan sibuk dengan orkestra kampus pada waktu itu, sehingga saya menyediakan sedikit waktu dan upaya dalam kultivasi. Pada permukaan, saya adalah seorang praktisi namun sebenarnya tidak berkultivasi dengan baik.
Pada Konferensi Fa 2001 di Washington DC, saya melihat Guru untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Saya tidak tahu mengapa, namun air mata terus mengalir di wajah saya. Setelah konferensi Fa, saya memutuskan untuk berkultivasi dengan rajin. Bagaimanapun, setelah kembali ke Korea, saya mulai malas lagi. Pada dasarnya, saya berencana untuk berkultivasi lebih baik setelah kelulusan. Namun kemudian, saya mempunyai banyak pertunjukan orkestra dan mengajar murid-murid, jadi saya menjadi semakin sibuk.
Pada saat itu, saya mendengar tentang Orkestra Divine Performing Arts. Saya berpikir bahwa jika saya dapat bermain di Orkestra Divine Performing Arts, betapa bagusnya! Karena saya seorang anggota sebuah orkestra, ditambah dengan pekerjaan mengajar, saya mempunyai kehidupan yang stabil, secara sosial dan keuangan. Tidaklah mudah bagi saya untuk melepaskan ini dan pergi ke Amerika. Satu pertimbangan terbesar adalah keterbatasan bahasa, dan saya juga khawatir karenanya, meskipun saya ingin bergabung dengan Orkestra Divine Performing Art, saya tidak pernah hidup terpisah dari orang tua dan tidak dapat membayangkan meninggalkan keluarga saya dan memulai kehidupan baru.
Beberapa bulan kemudian, kurang satu bulan sebelum Konferensi Fa di Washington DC, ayah berkata bahwa dia telah menerima panggilan telepon dari Amerika, menyarankan saya untuk coba tinggal selama sebulan bersama dengan Orkestra Divine Performing Arts setelah Konferensi Fa di Washington DC. Jika segalanya berjalan dengan baik, saya dapat menetap. Saya setuju tanpa memikirkannya. Tapi ayah saya memberitahu saya bahwa ini merupakan bagian dari kultivasi, jadi saya perlu menjalaninya dengan serius dan membuat keputusan sendiri.
Ketika saya mendengar nama “Orkestra Divine Performing Arts”, saya merasa ini adalah kesempatan terakhir yang diberikan Guru kepada saya. Saya merasa bahwa jika saya kehilangan kesempatan ini, saya akan menyesali selamanya. Meskipun saya tidak rajin sebelumnya, namun Guru tetap memberi kesempatan ini, dan saya sangat senang.
Jadi, saya memutuskan pergi. Saya bahkan berpikir bila secuil pikiran untuk tidak pergi akan dapat mengecewakan Guru. Nyatanya, saya tidak memiliki pikiran lain apapun selain berangkat. Hanya ada 10 hari sebelum konferensi Fa di Washington DC, dan tidaklah mudah untuk menyelesaikan segala sesuatu sebelum berangkat. Sebenarnya, saya berencana untuk menikah pada akhir tahun itu. Saya akan terpisah dari orkestra dimana saya telah menjadi anggota, maupun murid-murid yang telah lama saya diajari.
Saya cepat-cepat berbenah, sementara itu saya juga memeriksa diri sendiri. Setelah mendapat konfirmasi dari ayah bahwa saya sungguh-sungguh dapat bergabung dengan Orkestra Divine Performing Arts, saya mengajukan pengunduran diri dari orkestra di Korea. Saya juga memberitahu murid-murid saya tentang rencana-rencana saya dan juga dengan tunangan saya. Meskipun beberapa bulan sebelumnya terlihat seperti agak sulit, sekarang segalanya sudah siap hanya dua hari setelah saya menerima pemberitahuan dari Amerika. Ketika saya berpikir tentang bagaimana Guru membantu saya, hati saya sangat tersentuh.
Pada akhir Juli 2007, setelah menghadiri konferensi Fa Washington, saya pergi ke New York dengan praktisi Korea yang lain. Pada sore hari, setelah praktisi Korea yang lain pergi, saya berangkat menuju gunung dan menumpang kendaraan menuju asrama Orkestra Divine Performing Arts dan melewati malam pertama saya di sana.
Pada hari berikutnya, dalam perjalanan menuju latihan setelah makan siang, saya bergelinang air mata ketika melihat kolam di sana. Para praktisi berkata bahwa kamu akan merasa seperti berada di surga saat tiba di Dragon Springs Temple. Tetapi saya tidak yakin bagaimana hal ini terjadi, dan saya tidak dapat memahami apa yang mereka bicarakan. Dapatkah saya berhasil, saya bertanya-tanya? Hati saya terasa berat.
Pada hari kedua, teman sekamar saya bantu menenangkan saya seperti layaknya kakak kandung, dan saya mulai terbiasa dengan kehidupan di sana. Setiap hari kami menghabiskan setengah hari untuk membantu pekerjaan di gunung dan setengahnya lagi berlatih musik. Dalam masyarakat manusia biasa, seorang musisi profesional tidak perlu melakukan perkerjaan fisik, namun anggota orkestra lain, termasuk wanita, terlihat tidak terganggu oleh hal itu. Melihat wajah-wajah gembira mereka, saya bertanya-tanya kapan saya bisa sebagus mereka.
Pada akhir pekan, kami berkumpul bersama untuk latihan. Anggota orkestra berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda. Meskipun kebanyakan dari mereka harus menempuh perjalanan 5 sampai 10 jam untuk latihan, mereka tidak kelihatan lelah. Dari pagi hingga sore, kami berlatih satu per satu musik. Saat istirahat, kami melakukan latihan Gong dan kemudian melanjutkan latihan musik. Setelah makan siang, kami belajar Fa bersama. Kami bergiliran membaca dalam bahasa Mandarin, Inggris, dan Korea. Saya satu-satunya orang yang membaca dalam bahasa Korea. Saya menghargai pertimbangan dari dirigen dan para anggota orkestra lainnya.
Ketika sedang memainkan musik, saya menyadari bahwa setiap bagian musik Dafa adalah begitu indah. Pada awalnya, saya tidak berupaya keras untuk latihan bagian-bagian musik tersebut, berpikir bahwa itu sangat gampang. Akan tetapi melihat anggota orkestra yang lain berlatih begitu giat, saya bertanya diri sendiri, “Mengapa mereka berupaya keras terhadap bagaian-bagian musik yang begitu sederhana?” Ketika saya benar-benar melakukan sepenuh hati, saya merasa ini sungguh tidak sederhana. Setiap nada adalah manifestasi Fa Guru. Setelah menyadari ini adalah cara kita menyelamatkan makhluk hidup, saya merasa bersalah atas ketidakperdulian dan kesombongan saya.
Pada orkestra manusia biasa, berlatih terus-menerus adalah membosankan. Tetapi musik kita berbeda. Setiap saya berlatih, potongan-potongan musik tersebut terasa baru dan segar. Setiap kali saya berpikir bahwa saya perlu berlatih dengan pikiran lurus.
Mulai bulan September, kami perlu memulai uji coba pakaian, jadi setiap hari kami harus menghabiskan setengah hari menjahit kostum untuk para penari. Semua kostum untuk dua kelompok tarian, dari elemen dekorasi sampai pakaian-pakaian aktual, dibuat dengan tangan, jadi banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pada awalnya, kami menjahit bagian dekorasi yang kecil. Kami harus menjahitnya satu per satu, dan mata kami sangat gampang lelah. Ditambah kami tidak terbiasa dengan pekerjaan seperti ini, jadi terasa sangat sulit. Praktisi-praktisi lain saling ngobrol saat mengerjakan ini, dan mereka kelihatan sangat gembira. Karena hambatan bahasa, saya hanya dapat bekerja. Kadang-kadang saya merasa kesepian dan sedikit tertekan. Ketika itu terjadi, saya akan mengingatkan diri sendiri bahwa ini adalah proses kultivasi. Dengan cara ini, saya memperbaiki kembali cara berpikir saya.
Saya merasa agak malu ketika anggota lain salah paham terhadap saya dan saya tidak dapat menjelaskan keadaan saya karena keterbatasan bahasa. Saya hanya dapat mencari sebuah tempat untuk menangis. Setelah ini terjadi beberapa kali, saya mulai untuk mencari ke dalam. Setiap negara dan kelompok etnis mempunyai tradisi dan adat masing-masing. Terus-menerus melakukan sesuatu dengan cara saya, mudah menyebabkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, saya menjadi lebih berdisiplin diri dan permasalahan tersebut menghilang.
Ada banyak hal yang belum saya tingkatkan. Seringkali saya menghilangkan satu keterikatan, keterikatan yang lain muncul. Sebagai contoh, saya merasa sepertinya hidup saya sangat melelahkan, akan tetapi saat saya melihat praktisi lain di sekitar saya, mereka bekerja seratus atau seribu kali lebih keras daripada saya, namun mereka selalu tersenyum, terutama para penari muda. Setiap hari mereka berlatih dari pagi hari sampai malam hari, dimana sangat melelahkan. Untuk merentangkan kaki mereka, mereka harus menahan rasa sakit yang sangat hebat. Mereka menyemangati satu sama lain dan berlatih bersama-sama. Melihat praktisi-praktisi muda ini dan memeriksa diri sendiri, saya merasa sangat malu, dan saya tidak lagi merasa lelah.
Akhirnya pada bulan September, saya terlibat dalam pertunjukan Divine Performing Arts di Toronto, Kanada. Selama latihan, ketika mendengar permainan piano bagian awal dari lagu Raja Suci Falun, atau Chakravartin, sebuah bayangan dari usaha keras Guru terbayang di pikiran saya. Saya sangat terharu dan berlinang air mata. Saya tidak mengerti bahasa Mandarin, tetapi saya dapat mengikuti keseluruhan lirik lagu. Saya sangat memahami mengapa saya bergabung dengan orkestra Divine Performing Arts dan bagaimana saya dapat menyelamatkan makhluk hidup.
Selama pertunjukan, disamping berlatih perseorangan setiap hari, kami juga mengadakan belajar Fa dan latihan bersama. Ketika kami perlu berpergian jauh dengan bus, kami belajar Fa di dalam bus. Saat istirahat, kami turun dari bus dan melakukan satu set latihan.
Sedikit demi sedikit, saya dapat memahami beberapa kata umum bahasa Mandarin. Saya masih belum bisa memahami diskusi yang mendalam, dan ini mengesalkan saya. Tetapi anggota orkestra menjelaskan diskusi-diskusi ini kepada saya menggunakan kata-kata bahasa Mandarin yang dapat saya mengerti, ataupun menggunakan bahasa Inggris yang dapat saya mengerti. Saya tidak lagi kesepian, karena saya tidak “tuli” lagi.
Setiap kali sebelum pertunjukan dimulai, anggota orkestra akan berkumpul bersama untuk memancarkan pikiran lurus dan melafalkan Hong Yin. Kemudian kami baru memulai pertunjukan.
Awalnya, ketika anggota orkestra melafalkan Hong Yin, saya tetap membisu. Kemudian, saya merasa perlu melafalkannya bersama-sama dengan mereka dalam bahasa Mandarin, jadi saya meminta anggota orkestra yang lain untuk mengajarkan saya kata demi kata. Sekarang saya dapat melafalkan beberapa puisi Hong Yin yang sering kami lafalkan bersama-sama. Ketika anggota orkestra melafalkan Lunyu (Kata Ulasan dalam buku Zhuan Falun), saya merasa akan lebih baik jika melafalkannya dalam bahasa Mandarin bersama mereka. Meskipun saya tidak begitu lancar, saya sekarang dapat melafalkan Lunyu.
Ketika dalam tur pertunjukan di Amerika Serikat dan Eropa,
tanggapan dari penonton sangat besar. Setelah pertunjukan, para
penonton akan berdiri dan bertepuk tangan dalam waktu yang lama.
Sepertinya mereka tidak ingin membiarkan kami pergi. Melihat para
penonton, saya benar-benar berharap mereka dapat diselamatkan, dan
saya hampir meneteskan air mata. Mungkin terlihat aneh bagi anggota
orkestra yang lain untuk meneteskan air mata, jadi saya menahannya.
Setelah pertunjukan, saya mendengar bahwa anggota orkestra yang
lain juga punya perasaan yang sama. Saya merasa kami adalah satu
tubuh.
Ketika kami mengadakan pertunjukan di Belgia, saya mendengar bahwa
perusahaan Divine Performing Arts New York memperoleh sukses besar
di Seoul, Korea Selatan, namun pertunjukan di Pusan dibatalkan.
Saya tidak dapat mempercayainya dan sangat sedih.
Ada kebocoran apa di Korea Selatan? Kesempatan Pelurusan Fa yang begitu penting telah hilang di Pusan, jadi apa yang dapat kami lakukan sekarang? Tentu saja ada beberapa kesulitan dalam menyelenggarakan pertunjukan di Pusan, tetapi saya percaya bahwa praktisi Korea Selatan dapat membentuk satu tubuh untuk mengatasinya. Setelah mendengar berita pembatalan, saya tidak dapat tenang selama pertunjukan, tetapi saya percaya Guru akan mengatur segalanya. Saat membantu Pelurusan Fa Guru, saya menyadari bahwa saya tidak boleh terlalu terikat terhadap kelompok etnis ini, yaitu, orang-orang Korea. Ketika berpikir seperti ini, hati saya perlahan-lahan tenang kembali, dan saya dapat berkonsentrasi pada pertunjukan.
Kemudian saya mendengar ada lima pertunjukan akan diselenggarakan di kampung halaman saya, yaitu Daegu. Saya tidak dapat mempercayainya dan sangat berterima kasih kepada Guru. Melalui ini, saya memahami bahwa segalanya dibawah kendali Guru dan kita tidak dapat menilai sesuatu pada permukaan, berdasarkan konsep-konsep manusia. Kita perlu menghilangkan konsep-konsep manusiawi dan tetap tidak terganggu, apapun yang terjadi. Kita harus percaya pada Guru dan berjalan pada jalur kita dengan baik.
Ketika pertunjukan terakhir di Swedia, Guru membuat saya menyadari sesuatu hal baru. Selama pertunjukan-pertunjukan tersebut, saya menjadi pemain inti dan juga pemain solo pada beberapa bagian. Saya memiliki beban tidak boleh ada kesalahan apapun. Setelah pertunjukan pertama, teman sekamar saya memberitahu saya bahwa saya terlihat sedikit gugup. Saya pernah mendengar Guru bertanya kepada penyanyi solo mengapa mereka harus gugup ketika mereka sedang menyelamatkan makhluk hidup? Sejak itu, saya sering mengingat kata-kata ini ketika bermain. Hati saya juga perlahan-lahan menjadi tenang.
Ketika anggota orkestra yang lain menjadi pemain inti, saya memainkan instrumen tanpa tekanan. Saat tampil sebagai pemain kunci, rasa tanggung jawab dan misi terangkat sampai pada tingkatan pikiran lurus yang baru. Sebelumnya, saya pikir bahwa saya cukup memiliki pikiran lurus, tetapi sekarang saya menyadari bahwa pikiran lurus saya belumlah cukup kuat.
Tur ke Amerika Serikat dan Eropa sekarang sudah berakhir. Para praktisi dari berbagai negara menghadapi banyak kesulitan untuk melakukan persiapan sehingga Divine Performing Art dapat melakukannya dengan menyenangkan dan nyaman, dan kami sangat senang. Ini membuat saya merasa lebih yakin bahwa praktisi-praktisi di seluruh dunia adalah satu tubuh. Saya ingin menyatakan rasa syukur sekali lagi.
Karena kami melakukan perjalanan tur, sekarang saya dapat mengerti sedikit Mandarin. Sebenarnya, lebih mudah bagi saya untuk mengerti terjemahan Mandarin dibandingkan Inggris. Dulu, karena keterbatasan bahasa, saya cenderung menghindari pembicaraan dengan orang lain. Sekarang, saya merasa seperti bagian keluarga dari anggota orkestra lain dan orang-orang lainnya di gunung. Bilamana saya punya waktu, saya pergi ke kolam untuk belajar Fa ataupun melakukan latihan Gong. Perasaan yang dulu pernah saya alami di lingkungan baru sekarang telah sirna.
Saya juga ingin berterima kasih kepada anggota orkestra yang lain dan para praktisi di gunung yang telah memberikan begitu banyak bantuan. Saya sangat berterima kasih kepada Guru karena memberi saya kesempatan untuk menyelamatkan makhluk hidup walaupun dengan banyak kekurangan saya.
Guru, saya berjanji akan menempuh jalur saya dengan baik sampai akhir.
Terima kasih, Guru!
Terima kasih, rekan-rekan praktisi!
Heshi!
Chinese: http://minghui.org/mh/articles/2008/5/28/179268.html
English:
http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2008/6/10/98059.html