(Minghui.org) - Salam kepada Shifu yang terhormat, Salam kepada semua rekan praktisi,
Luh Gede Sri Bakti Asih meneteskan air mata haru saat membacakan pengalamannya
Nama saya Luh Gede Sri Bakti Asih, usia 13 tahun, kelas III SMP. Saya mendapatkan Fa lima tahun yang lalu bersama orang tua saya.
Setelah belajar Falun Dafa banyak perubahan yang terjadi pada diri saya, terutama masalah kesehatan. Semenjak berlatih Falun Dafa saya tidak pernah lagi berobat ke dokter, Falun Dafa benar-benar mengubah saya, baik jiwa dan raga. Berikut adalah beberapa pengalaman serta pemahaman saya selama berlatih dan berkultivasi Falun Dafa.
Menghilangkan kebiasan menonton televisi dan memasang poster-poster di kamar
Setelah lama belajar Fa saya baru menyadari bahwa menonton televisi adalah tidak baik. Kebanyakan acara di televisi bisa mengganggu Xinxing seseorang, khususnya berita kriminal dan sinetron. Saya sempat terlena dengan semua ini, sampai-sampai saya bertengkar dan berkelahi dengan adik saya gara-gara memperebutkan channel televisi. Saya menjadi lupa kalau saya adalah seorang praktisi Dafa. Saya mudah terpikat oleh acara-acara yang ada di televisi karena saya kurang dalam belajar Fa.
Ayah saya menyadari kalau saya mempunyai keterikatan menonton televisi. Beberapa kali ayah memindahkan televisi ke atas almari agar saya dan adik tidak bisa menonton. Saya dianjurkan lebih banyak belajar Fa. Lama saya memahami tindakan ayah, saya hanya menganggap beliau tidak senang saya banyak menonton televisi. Karena saya belum mengerti maksud ayah, saya merengek terus agar TV diturunkan. Saya berjanji akan mau belajar Fa dengan baik jika TV diturunkan. Ayah saya tidak mengijinkan, sebab saya mau belajar Fa karena ada syarat. Karena terus merengek, ibu saya merasa kasihan. Ibu membantu saya menurunkan TV tanpa sepengetahuan ayah. Saya sangat senang karena bisa nonton televisi lagi.
Malam hari, sepulang ayah dari tempat kerja, ayah melihat TV sudah diturunkan. Ayah tidak menegur saya karena ibu terlebih dulu menjelaskan kepada ayah bahwa saya mau berubah dan rajin membantu orang tua. Setelah dilihat beberapa hari saya juga tidak ada perubahan, akhirnya TV itu diangkat lagi oleh ayah ke atas almari dan berpesan tidak ada siapa pun yang boleh menurunkan TV itu tanpa sepengetahuan ayah.
Walau dinaikkan lagi, saya juga belum menyadari. Saya menggunakan jurus ampuh saya merengek-rengek kepada ibu, agar mau membantu saya menurunkan TV. Akhirnya ayah saya kasihan juga, lalu TV diturunkan lagi. Hal ini terus berlangsung sampai beberapa kali. Selain itu saya juga gemar menempelkan poster-poster favorit saya di dinding kamar. Adik saya juga terpengaruh untuk ikut mengoleksi gambar-gambar dari film favoritnya. Karena lama saya tidak bisa menyadari, akhirnya ayah menunjukkan isi ceramah Shifu pada Lokakarya Kreasi Seni Lukis 21 Juli 2003 di Washington DC, Guru berkata:
“Coba anda sekalian pikirkan, manusia mempunyai karma, kalian adalah pengikut Dafa semuanya tahu, segala yang digambar oleh manusia selalu membawa unsur-unsur dari pelukisnya sendiri. Dalam karya seorang seniman, segala keadaan pribadinya beserta segala keadaan dari orang yang dilukis selalu terbawa didalam lukisan itu. Seorang manusia biasa menggambar sebuah garis, saya akan tahu orang ini adalah orang apa, dia mengidap penyakit apa, berapa besar karmanya, keadaan pikirannya, keadaan keluarganya dan lain-lain. Sedangkan orang yang digambar juga sepenuhnya menampilkan segala pikiran dan segala unsur yang terbawa oleh tubuhnya didalam lukisan, termasuk besar kecilnya karma. Siapa saja yang memasang lukisan dari gambar tokoh tersebut dirumah, maka karma dari tokoh dalam lukisan juga tersebar keluar dari lukisan, benda seperti ini dipasang di rumah, orang yang memasang itu apakah mendapat keuntungan? Atau menderita kerugian? Karma dapat tersebar, ia berkaitan dengan orang tersebut, dengan tiada hentinya tersebar kedalam rumah orang yang memasang lukisan. Manusia tidak dapat melihat hubungan keterkaitan benda-benda, sesungguhnya manusia juga dapat merasa tidak nyaman.”
Setelah saya dapat memahami ceramah Shifu, saya lepas poster-poster yang saya pasang di dinding kamar. Saya juga menguatkan niat saya untuk tidak menonton TV lagi. Adegan-adegan yang ada di TV sungguh mempengaruhi saya. Setiap saat ingin mengetahui kelanjutan ceritanya. Lebih-lebih acara sinetron, tanpa sadar saya telah mengembangkan rasa suka dan tidak suka terhadap tokoh-tokoh dalam sinetron tersebut. Tanpa sadar saya telah mengagumi dan mengakui tokoh tersebut. Saya praktisi Dafa, apa pantas saya mengagumi mereka? Saya tidak tahu berapa banyak karma yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Kalau seandainya tokoh tersebut terus melekat di dalam hati saya, bukankah karmanya akan mempengaruhi Xiulian saya? Kenapa Qing yang begitu berat saya baru menyadarinya?
Akhirnya saya memutuskan untuk tidak menonton TV lagi, kemudian acara nonton TV saya gantikan dengan menonton video-video gala dan pawai. Waktu-waktu senggang saya, sekarang saya gunakan untuk lebih banyak belajar Fa dan melakukan pekerjaan Dafa. Belakangan ini saya mulai aktif mengikuti belajar Fa bersama dengan para praktisi dewasa.
Berkat belajar Fa dengan gigih, prestasi saya di sekolah terus meningkat. Dulu saya tidak pernah mendapat juara kelas apalagi juara umum. Sekarang saya terus meraih juara umum di sekolah. Inilah kemuliaan Falun Dafa yang sudah saya rasakan selama ini. Sering diperlakukan tidak baik oleh teman-teman di sekolah
Beberapa teman sekolah, suka mengejek dan menjaili saya. Selain saya, teman-teman yang lain juga sering mereka kerjain. Saya juga sempat dipalak atau dimintai uang oleh mereka, tapi saya tidak bersedia memenuhi permintaan mereka, kemudian mereka merebut aksesoris saya lalu menghancurkannya. Saya kurang tahu mengapa mereka berbuat begitu kepada saya, mungkin mereka iri terhadap prestasi saya.
Suatu hari saya memakai jaket ke sekolah. Begitu pelajaran dimulai, saya menyimpannya di kolong bangku sekolah. Pada saat bell istirahat berbunyi, saya bersama teman lainnya meninggalkan kelas pergi ke kantin. Namun beberapa teman yang suka usil ini masih ada di dalam kelas. Selain mereka, ada seorang teman lain juga tidak meninggalkan kelas. Sekembali dari kantin, saya telah menemukan jaket dan seluruh isi kotak pensil saya hilang. Menurut seorang teman yang tidak meninggalkan kelas, sekelompok teman yang suka usil kepada saya telah membuang isi kotak pensil saya ke semak-semak melalui jendela dan menyembunyikan jaket saya.
Karena saking seringnya saya diperlakukan seperti itu, kesabaran saya saat itu benar-benar habis, saya menangis. Karena tidak bisa membendung rasa marah, saya membentak-bentak mereka, mereka tetap tidak mau mengaku. Setelah bell pulang sekolah berbunyi, mereka akhirnya mengaku dan meminta maaf kepada saya serta mengembalikan jaket yang mereka sembunyikan.
Sampai di rumah, saya menceritakan semua kejadian tersebut kepada ibu. Ibu menegur saya agar lain kali tidak seperti itu lagi. Seharusnya saya berterima kasih kepada mereka, bahkan harus tersenyum saat diperlakukan tidak adil. Setelah kejadian itu, saya mulai bisa memahami dan mengubah sikap saya.
Setelah satu minggu berlalu mereka membuat ulah lagi. Saya diejek oleh mereka dan salah satu dari mereka memukul saya. Lalu saya ingat kata-kata Guru di dalam buku Zhuan Falun bahwa “dipukul tidak membalas, dicaci juga tidak membalas.” Setelah saya mengingat kata-kata Guru, saya pun mengucapkan terima kasih di dalam hati dan tersenyum kepada mereka. Lalu tanpa disadari mereka meminta maaf kepada saya. Saya tidak menyalahkan mereka, bahkan saya sempat mencari ke dalam, mengapa mereka berlaku seperti itu? Mungkin di kehidupan yang lalu saya pernah memperlakukan mereka seperti itu. Sampai saat ini mereka tidak pernah lagi memperlakukan saya tidak baik. Bahkan mereka yang dulunya sering iri dengan prestasi saya, sekarang malah mendukung saya untuk terus menjadi juara di sekolah.
Mimpi sedang Mengklarifikasi Fakta
Pada suatu malam, saya bermimpi berada dalam sebuah gedung bertingkat sedang mengklarifikasi fakta bersama dengan para praktisi lainnya. Pada saat menyebarkan materi klarifikasi fakta, ada orang yang menerima dan ada yang menolak.
Setelah lama mengklarifikasi fakta, ada seorang petugas berlari dan dia berkata, “kebakaran…kebakaran…kebakaran…!” Saat itu saya dan semua rekan-rekan praktisi sama sekali tidak panik dan hanya mengatakan “Falun Dafa Hao…!!! Falun Dafa Hao…!!!” Lalu saya dan semua praktisi berjalan keluar lewat jendela, dan menyeberang melalui kabel listrik.
Saya merasa aneh, berjalan di atas kabel listrik seperti berjalan biasa di atas tanah. Setelah saya dan semua praktisi tiba di tempat parkir, gedung itu pun meledak. Orang-orang yang menolak menerima brosur ikut musnah bersama dengan gedung tersebut.
Saya mencoba memahami mimpi saya, selama ini saya kurang Fa Zheng Nian dan mengklarifikasi fakta. Itu merupakan isyarat dari Guru untuk lebih rajin Fa Zheng Nian dan mengklarifikasi fakta. Guru selalu berkata kepada kita agar melakukan tiga hal dengan baik, yang merupakan tuntutan sebagai seorang praktisi Dafa di masa pelurusan Fa. Kita harus lebih banyak menyelamatkan orang-orang dengan mengklarifikasi fakta, mengungkap kebenaran Dafa kepada orang-orang di dunia.
Demikian pengalaman saya, jika ada kata-kata yang kurang tepat mohon diluruskan.