(Minghui.org)
1 Oktober 2009
Hakim Pengadilan Distrik Tel Aviv pada Rabu (30/9) menetapkan bahwa
Tel Aviv University (TAU) telah “melanggar kebebasan berpendapat
dan tunduk kepada tekanan dari Kedubes China,” ketika pihak
universitas menghentikan pameran mahasiswa tahun lalu yang berfokus
pada penindasan pemerintah Komunis China terhadap gerakan spiritual
Falun Gong.
Pameran, yang mempertunjukkan 25 lukisan karya 17 seniman dari
seluruh dunia, melukiskan latihan spiritual Falun Gong dan
penyiksaan serta eksekusi para anggotanya yang dilaporkan telah
terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Gerakan, yang berlandaskan pada sebuah metode meditasi China Kuno
bertujuan menuntun para praktisinya pada pencerahan spiritual yang
lebih tinggi, telah dilarang di China pada 1999. sebagian dari
seniman, yang merupakan orang-orang yang selamat dari kamp-kamp
kerja China yang keras, telah melalui berbagai siksaan yang
digambarkan di dalam lukisan-lukisannya.
Pameran itu pada awalnya disetujui oleh kepala departemen studi
Asia di TAU, Prof. Yoav Ariel, bersama dengan bagian administrasi
universitas, yang memberikan ijin hampir dua minggu pada Maret
2008, bagi penyelenggara untuk memamerkan lukisan-lukisan di dalam
pusat perpustakaan kampus.
Tetapi hanya setelah dua hari, pihak universitas memberitahukan
bahwa pameran harus dihentikan. Setelah memprotes tindakan ini,
mereka diberikan tambahan waktu tiga hari untuk menyelenggarakan
pameran, tetapi kemudian dikatakan harus diturunkan.
Kedua mahasiswa yang mengorganisir pameran tersebut, Yaniv Nitzan
dan Itay Tamuz, menjadi gusar, dan mengklaim bahwa keputusan
menghentikan pameran diambil setelah pihak TAU ditekan oleh Kedubes
China di Tel Aviv, keduanya membawa kasus tersebut ke
pengadilan.
Nitzan dan Tamuz mengajukan gugatan hukum kepada TAU dan serikat
mahasiswa universitas, kedua (lembaga tersebut) muncul sebagai
terdakwa pada dokumen pengadilan. Menurut seorang anggota serikat
mahasiswa yang menangani kasus tersebut, kedua mahasiswa memiliki
kesan serikat pun menentang pameran, karena serikat mahasiswa telah
menolak untuk mengambil sikap dalam kejadian tersebut hingga
ketetapan hukum dikeluarkan.
Meskipun demikian, setelah perjuangan melalui hukum selama setahun
lebih, Hakim Amiram Benyamini menetapkan pada Rabu (30/9) bahwa TAU
telah “tunduk pada tekanan dari Kedutaan Besar China, yang
membiayai berbagai aktivitas di universitas, dan menghentikan
pameran, yang melanggar kebebasan berekspresi (para
mahasiswa).”
Benyamini juga menetapkan sebagai bagian dari keputusannya bahwa
pameran diberikan waktu selama seminggu untuk kembali
diselenggarakan, dan memerintahkan TAU untuk membayar NIS 45.000
untuk biaya pengadilan para mahasiswa tersebut.
TAU menolak untuk mengomentari kasus tersebut pada Rabu sore, dan
seorang jurubicara Kedutaan Besar China juga menolak untuk
memberikan komentar, mengatakan pada ‘Jerusalem Post’ bahwa hari
itu adalah ”hari libur” sebelum meletakkan telepon.
Serikat Mahasiswa TAU, bagaimanapun, yang tidak terpengaruh oleh
keputusan tersebut, mengeluarkan jawaban yang menyatakan rasa
solidaritas mereka terhadap para mahasiswa, dan menghimbau pihak
universitas untuk “mendorong pluralisme dan kebebasan berekspresi
para mahasiswa.”
“Sebagai bagian dari ini, perserikatan mahasiswa akan membantu para
penyelenggara dalam upaya-upaya mereka untuk melakukan pameran di
kampus. Dari saat pihak universitas memutuskan untuk menghentikan
pameran, serikat mahasiswa menunggu ketetapan hukum dari
pengadilan. Setelah menerima keputusan hakim, kami kini berdiri
bersama para mahasiswa yang mengadakan pameran, dan akan membantu
mereka dalam cara yang mungkin mereka butuhkan untuk melakukan
pameran lagi.”
English:
http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/10/6/111355.html