(Minghui.org) Kami
belajar satu ceramah dari buku Zhuan Falun saat belajar Fa bersama
yang diadakan setiap minggu. Praktisi yang hadir secara bergantian
membaca masing-masing satu paragraf. Setelah menyelesaikan satu
ceramah, setiap praktisi berdiskusi dan menyampaikan pengalaman
mereka. Belajar Fa bersama berakhir ketika tiba saatnya untuk
memancarkan pikiran lurus. Setelah beberapa waktu, saya
memperhatikan berbagai tingkat kemajuan xinxing (watak, kualitas
moral) di antara kami. Saya juga menemukan beberapa keterikatan
diri saya yang tersembunyi, yang sebelumnya tidak terdeteksi. Saya
menulis artikel ini tidak hanya untuk menyadarkan diri sendiri,
tetapi juga untuk mengingatkan rekan-rekan praktisi agar melepas
keterikatan serupa seketika mereka tersingkap. Beberapa keterikatan
yang saya telah identifikasi adalah sebagai
berikut.
Keterikatan #1 – Terlampau menekankan pada
makna linguistik yang ketat, kecepatan membaca dan ketepatan
pengucapan kata. Membaca ceramah secara akurat adalah hal mendasar.
Akan tetapi, saya menemukan bahwa saya cenderung menekankan kalimat
atau bagian-bagian tertentu dan mempercepat bacaan untuk
menunjukkan pemahaman saya yang mendalam terhadap kalimat atau
bagian-bagian tertentu tersebut. Meskipun sasaran dari kelancaran
bacaannya sudah memuaskan, akan tetapi kekurangan hati yang
diperlukan untuk secara terus-menerus menyadari ceramah itu.
Beberapa reaksi fisik terhadap keterikatan ini seperti mati rasa
atau rasa sakit pada kaki, terkadang mengantuk, dan kurang
waspada.
Ketika saya mulai membaca ceramah dalam kondisi hati tenang dan
damai, perasaan fisik yang kurang nyaman saya itu hilang.
Sebaliknya, jiwa dan raga saya melebur dalam kebahagiaan belajar
Fa. Jadi, saya merasakan keindahan sebuah kondisi di mana “Cahaya
Buddha menerangi seluruh penjuru, menegakkan kebenaran memberi
penerangan.” (Zhuan Falun). Dengan demikian saya sekarang tahu
alasan mengapa saya suka sekali mendengarkan beberapa rekan
praktisi yang sedang membaca sekali pun ada beberapa kesalahan atau
tersendat-sendat ketika membaca. Namun sebaliknya, saya tidak
banyak merasakan ketika mendengarkan beberapa rekan praktisi
lainnya, meskipun bacaan mereka sangat lancar. Bagaimana dapat
membandingkannya dengan membaca yang keluar dari lubuk
hati.
Keterikatan #2 – Menginterupsi praktisi lainnya ketika diskusi
kelompok. Saya mempunyai masalah ini sebelum berkultivasi, dan
sekarang masalah ini masih eksis. Selama diskusi kelompok, bukannya
mendengarkan pemahaman rekan praktisi dengan penuh kesabaran, saya
mempunyai kebiasaan menyisipkan pendapat ketika saya tertarik
dengan topik yang dibicarakan atau ketika saya merasa mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang topik itu. Ini adalah manifestasi
khusus dari mentalitas pamer saya. Karena itu saya mulai lebih
memperhatikan keterikatan hati
ini.
Keterikatan #3 – Mengelak ketika mengakui kekurangan diri. Bukannya
mengakui secara terus terang kekurangan diri sendiri, saya
selalu menyampaikan kata-kata pengantar sebagai bentuk pengakuan,
contoh: “Beberapa rekan praktisi mempunyai masalah demikian, dan
saya juga mempunyai masalah yang sama.” Tampaknya pengelakan
terhadap kekurangan saya sendiri yang nyata ini tidak hanya dapat
menyelamatkan ‘wajah’ saya, tetapi juga “sesuai’ dengan persyaratan
mencari ke dalam. Sungguh ini juga merupakan keterikatan yang
sangat buruk yang perlu disingkirkan.
Keterikatan #4 – Prasangka terhadap rekan-rekan praktisi. Ketika
saya mendengar seorang praktisi menyebutkan kekurangan rekan
praktisi lainnya, saya akan siap menetapkan praktisi itu ke dalam
kategori tertentu, menggunakan kata-kata dan kelakuannya untuk
memperkuat kesimpulan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa
menyadarinya, saya berpikir di dalam hati: ‘Praktisi ini
benar-benar seperti apa yang rekan praktisi lainnya katakan. Dia
termasuk jenis orang seperti itu, lebih buruk dari pada orang
biasa.” Ketika saya menyadari masalah saya sendiri, merubah
pendapat saya yang terdahulu, dan berbagi pengalaman dengannya,
kemudian saya menemukan bahwa praktisi ini sesungguhnya banyak
mempunyai kualitas berharga yang seharusnya dimiliki oleh seorang
kultivator.
Belajar Fa bersama adalah juga ajang bagi kultivasi kita. Sepanjang
kita tekun, kita bisa belajar dari kelebihan praktisi lain dan
dengan mencari ke dalam - menemukan kekurangan kita sendiri.
Sebagai hasilnya, kita dapat meningkatkan Xinxing (watak, kualitas
moral) kita. Saya senang menjadi peserta kelompok belajar Fa. Saya
juga berharap semua rekan praktisi mengikuti belajar Fa bersama
jika kondisi mengijinkan. Sudah barang tentu anda akan mendapatkan
manfaat dari pengalaman tersebut.
Chinese: http://minghui.org/mh/articles/2009/9/14/208299.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2009/9/27/111126.html