(Minghui.org) Semester baru saja dimulai. Banyak mahasiswa keturunan Tionghoa bergabung di sekolah tinggi seni itu. Pada suatu hari ketika kami pergi ke sebuah taman dekat asrama mahasiswa untuk berlatih Falun Gong dan menyebarkan materi klarifikasi fakta, seorang gadis Tionghoa yang berusia sekitar 17 atau 18 tahun tengah duduk di sebuah bangku. Dia mengenakan make-up tebal dan wajahnya seperti lukisan cat minyak. Dengan rambut panjang yang dicelup dengan warna kuning tipis serta diikat, dia nampak seperti Bushi Jepang. Dia juga mengenakan jeans mode dengan beberapa sobekan yang disengaja.
Tatkala saya memandang ke
arahnya, saya bingung bagaimana cara memulai pembicaraan dengannya.
Saya sedikit ragu karena dia terlihat dingin dan angkuh. Akan
tetapi, Shifu telah memberi tahu kita agar selalu berbelas kasih
terhadap semua makhluk, dan kita tidak boleh hanya memperhatikan
penampilan luar saja. Saya menenangkan hati dan memiliki perasaan
samar-samar sepertinya saya pernah bertemu dengan dia sebelumnya.
Saya mulai memancarkan pikiran lurus untuk membasmi segala pikiran
buruk pada diri saya dan sekaligus untuk membersihkan
dimensinya.
Saya tersenyum dan berjalan menghampirinya. Dia sedang merokok, dan
segera mematikan api rokoknya ketika dia melihat saya berjalan ke
arahnya. Saya berbicara dengannya perihal pentingnya mengundurkan
diri dari Partai Komunis China (PKC). Dia membaca materi
klarifikasi fakta yang saya berikan kepadanya sambil mendengarkan
apa yang saya bicarakan. Kemudian dia berkata, ”Saya mahasiswi
jurusan seni, dan saya tidak tertarik pada urusan-urusan begini
atau perihal partai, tetapi saya pernah menjadi anggota pelopor
muda (komunis) ketika saya masih kecil. Apakah perlu mengundurkan
diri?” Saya menjawab, “Tentu, jika anda mengundurkan diri, maka
tidak ada yang anda perlu khawatirkan dan memungkinkan anda
berkarya lebih baik dalam bidang seni.” Dia tersenyum: “Baik, saya
mengundurkan diri.” Dia menggunakan nama samaran “Bidadari.”
Ketika saya melihat dia untuk yang kedua kalinya, make-up yang
biasanya begitu tebal berubah menjadi lebih tipis dan lukisan cat
minyaknya berubah menjadi lukisan cat air yang indah. Dia menyapa
saya dan mengundang saya untuk datang ke kamar di asramanya. Ada
sebuah gambar yang tergantung di dinding persis di bagian dalam
pintu---itu adalah lukisan seorang bidadari yang duduk di bulan
dengan bintang-bintang di langit biru sebagai latar belakangnya.
Bidadari itu sedang berpikir dengan posisi tangan di bawah rahang
dan sayapnya yang tergantung turun. Ada beberapa buah kata di
samping gambar itu: “Saya seorang bidadari yang turun ke dunia
manusia dengan sayap yang patah.”
Gadis itu berkata bahwa lukisan itu adalah kisah dirinya. Saya
tersentuh oleh lamanya waktu penantian dan pengembaraan para
makhluk hidup. Kami berbicara cukup lama. Dia sederhana dan
terbuka. Saya dapat simpulkan bahwa dia sangat bijak dan tidak
terkontaminasi oleh masyarakat modern sekarang ini. Kemudian,
setelah kami berbicara panjang lebar, saya mengajaknya untuk
menyaksikan video ceramah Fa Shifu. Hari berikutnya, dia tidak
pergi ke mana-mana hingga selesai menyaksikan video tersebut. Dia
tersenyum dan menunjuk ke arah foto Shifu yang ada di dinding
sambil berkata, “Shifu sedang menatap ke arah saya.”
Hari berikutnya, dia terlihat sangat gembira, “Tadi malam, saya
memimpikan seorang peri. Dia memberi saya sebuah buku dengan
gerakan tangan lemah gemulai. Dia sangat cantik dan saya masih
teringat padanya.” Dia berbicara mengenangnya seraya menirukan
gerakan tangan peri pada saat itu juga. Kemudian dia menunjuk pada
dahi di antara kedua alis matanya, “Sekarang saya dapat melihat
beberapa kata di sini dan kata yang pertama adalah ‘keberanian’.”
Saya senang mendengarnya, khususnya karena dia baru mulai berlatih.
Tampaknya dia tidak punya kesulitan ketika melakukan posisi sila
ganda. Praktisi lainnya juga gembira menyaksikan hal ini.
Ketika menoleh di sekitar kita, ada banyak makhluk hidup yang masih
sedang menunggu. Mereka bisa diselamatkan jika kita menolong
mereka. Ketika mengarahkan pandangan pada diri saya dan kehidupan
yang lalu lalang, saya menyadari bahwa perbedaannya mungkin
hanyalah sekilas pikiran kita, yaitu pikiran belas kasih seorang
praktisi xiulian (kultivasi) yang mampu menentukan masa depan
makhluk hidup.
Sekalipun seorang bidadari yang turun ke dunia manusia dengan sayap
yang sudah patah, gadis itu sekarang tengah meluruskan dirinya
sendiri dan kembali ke jati dirinya yang asli. Sejak itu, gadis itu
berubah dan berhenti menggunakan make-up dan telah menampakkan
keindahan dan kesejatian dirinya. Dengan mengepakkan sayapnya,
sekarang dia sedang terbang ke dunianya yang indah.