(Minghui.org) Ada
sebuah kisah tentang Kaisar Qianlong pada masa Dinasti Qing. Pada
suatu hari Qianlong pergi menyamar ke lembah hilir Sungai Yangtze.
Suatu hari, dia berdiri di sebuah bukit bersama seorang biksu
Buddha yang tersohor, dan memandang ke bawah demikian banyak perahu
dayung di sungai yang berlayar hilir mudik ke selatan dan utara.
Kaisar Qianlong bertanya kepada biksu itu, “Berapa banyakkah perahu
di sungai itu?” Biksu itu berpikir sejenak, kemudian menjawab
pertanyaan itu, “Hanya dua perahu saja.” “Mengapa dua buah perahu?”
tanya Qianlong. Biksu tersohor itu menjawab, “Yang satu disebut
ketenaran. Satunya lagi disebut kepentingan
pribadi.”
Kaisar Qianlong mungkin telah bermaksud
menguji biksu itu dengan sebuah pertanyaan yang demikian sulit.
Akan tetapi biksu itu adalah seorang kultivator dengan
kebijaksanaan tinggi. Pertanyaan itu pun tidak membuatnya bingung.
Malahan dengan kemahirannya dia mengungkapkan isu yang paling
mendasar dalam dunia manusia – ketenaran dan kepentingan. Dia
mengisyaratkan kepada Qianlong bahwa manusia tersesat di dalam
ketenaran dan keberuntungan, termasuk kaisar sendiri. Sebagai
seorang kultivator, biksu itu memandang ringan terhadap ketenaran
dan kepentingan tersebut. Dia mempunyai pemahaman yang jelas
tentang masyarakat manusia biasa, dan mampu memberikan jawaban
dengan demikian
cerdasnya.
Praktisi-praktisi Dafa berkultivasi di tengah manusia biasa. Kita
tidak sama dengan kultivator di masa lalu yang harus menjadi biksu
dan biksuni. Kita tidak menjauhkan diri dari lingkungan masyarakat
manusia biasa. Dengan kata lain, kita diselimuti oleh ketenaran,
kepentingan dan perasaan (Qing) setiap hari. Akan tetapi, kita
harus secara berangsur-angsur melepaskan keterikatan terhadap
ketenaran, kepentingan dan perasaan (Qing) sampai mereka seluruhnya
benar-benar terlepaskan. Ini tentu tidak mudah. Itu alasannya
mengapa kita harus mampu berkultivasi dengan mantap, dan meningkat
dengan cepat. Sebagai praktisi Dafa, kita tidak seharusnya tergerak
oleh masyarakat manusia biasa meskipun kita hidup di dunia manusia
biasa ini. Pikiran kita tidak boleh tergoyahkan oleh perasaan
(Qing) manusia. Tentu saja, hal ini mudah diucapkan namun sulit
dilakukan. Tanpa proses pelepasan keterikatan yang penuh
penderitaan serta memilukan hati ini, tanpa proses kepedihan yang
sedemikian itu bagaimana mungkin kita bisa lepas dari tempurung
manusia yang telah terbentuk lebih dari ribuan tahun dimasa lampau
itu? Itu tidak mungkin!
Dalam momen kultivasi terakhir kali ini, saya telah mengamati bahwa
banyak praktisi masih terikat terhadap nama, kepentingan, dan
perasaan (Qing) dan tidak dapat melepaskan diri mereka keluar.
Beberapa orang praktisi memegang erat keterikatan dan
pikiran-pikiran manusia. Beberapa orang praktisi sibuk membeli
rumah, mobil, perabot rumah tangga dan alat-alat elektronik yang
mahal. Mereka memandang ilusi pada dunia manusia sebagai hal yang
nyata. Beberapa orang praktisi berusaha keras mengumpulkan kekayaan
untuk anak cucu mereka, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
harapan untuk memperoleh jaminan hari tua. Dengan kata lain, mereka
tidak ingin melepas keterikatan manusia mereka. Mereka bahkan
mencari alasan-alasan mereka sendiri di dalam Fa Shifu, mengklaim
untuk secara maksimal menyesuaikan diri terhadap masyarakat manusia
biasa.
Baiklah, ketika saya mencari ke dalam pada berbagai kondisi dan
kesempatan yang ada, saya juga merasakan diri seperti itu. Sebagai
kultivator ketika kita menenangkan hati, kita semua mengetahui
bahwa tidak ada benda-benda apa pun di dunia manusia ini dapat
dibawa naik ke surga. Kita semua memahami bahwa kita hanya dapat
mencapai kesempurnaan setelah kita melepaskan semua keterikatan
kita dan tidak ada satu pun yang tertinggal. Kita semua memahami
bahwa segala sesuatu yang kita peroleh pascalahir yang bukan sifat
asli kita - harus dilepaskan sebelum kita dapat kembali ke kerajaan
surga. Akan tetapi, kita tersesat ketika kita kembali ke realitas
kehidupan sehari-hari. Kita menjadi bingung, mondar-mandir ke sana
ke mari, atau bahkan secara sadar melakukan perbuatan
salah.
Kultivasi para praktisi Dafa selama masa pelurusan Fa berbeda
dengan bentuk kultivasi apa pun di dalam sejarah. Pada masa lalu,
jika seorang tidak dapat berkultivasi mencapai kesempurnaan, dia
akan melanjutkan kultivasi pada masa kehidupan berikutnya. Para
praktisi Dafa hanya memiliki masa kehidupan kali ini saja untuk
berkultivasi. Pelurusan Fa ini sedang bergerak maju dengan cepat,
dan waktu serta kesempatan yang ada buat kita tinggal sedikit.
Setiap menit atau detik yang terbuang adalah tindakan yang tidak
bertanggung jawab dan kejahatan kepada para makhluk
hidup.
Mari ukur diri sendiri: seberapa banyakkah keterikatan dan pikiran
manusia masih tersisa pada diri kita? Seberapa baikkah kita telah
memenuhi sumpah janji prasejarah kita? Seberapa tinggikah tingkat
xinxing (watak, kualitas moral) kita? Berapa jauhkah jarak kita
dari standar kesempurnaan? Jawabannya bisa cukup mengherankan
sebagian besar dari kita, termasuk saya
sendiri.
Para praktisi Dafa yang saya kasihi, ketenaran, kepentingan dan
perasaan (Qing) telah ditekan masuk kepada kita pada saat
bereinkarnasi selama ribuan tahun setelah kita turun ke dalam
triloka. Mereka adalah substansi bagi umat manusia. Mereka bukan
milik kita karena kita adalah pengikut Dafa dalam perjalanan menuju
ke-dewa-an. Mereka adalah hambatan terbesar dalam perjalanan
kembali ke jati diri kita yang asli. Kita hanya dapat kembali
setelah kita melenyapkan substansi ini. Shifu mengajarkan
kita,
“Singkirkan ketenaran, kepentingan dan perasaan (Qing) melalui
kultivasi,
Mencapai Kesempurnaan naik ke Cakrawala,
Dengan belas kasih melihat dunia
Hanya bisa terbangun dari ilusi”
(“Keberhasilan Mencapai Kesempurnaan” dalam Hong Yin)
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2009/7/12/204328.html
English:
http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/8/4/109748.html