Dari Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Jawa Tengah 2009
Oleh: Karnadi, praktisi Jakarta
(Minghui.org)
Salam kepada Shifu yang terhormat! Salam kepada rekan-rekan
praktisi!
Artikel ini lahir dari kejadian-kejadian selama persiapan
pertunjukan Shen Yun yang rencananya hadir di Jakarta pada Maret
2009. Namun di sini bukan untuk saling menyalahkan, melainkan
dengan rendah hati mencari ke dalam, menemukan
kekurangan-kekurangan diri sendiri, serta memetik pelajaran agar
dapat melakukannya lebih baik.
Karena kita adalah para pengikut
Dafa dengan misi sakral membantu Shifu meluruskan Fa dan
menyelamatkan makhluk hidup, kita harus mampu bangkit dari
kegagalan; menghindarkan hal yang ekstrem seperti: terhenti di masa
lampau, atau tidak mau belajar dari kesalahan.
1. Menyikapi Konflik Dengan Baik – Meningkatkan
Xinxing
Dalam proses mempersiapkan kedatangan Shen Yun, saya sempat
terhenyak mengapa saya harus menyaksikan sekian banyak perselisihan
dan bagaimana menyikapi semua ini. Namun dengan kualitas kesadaran
yang rendah, setelah beberapa bulan berlalu – diri ini baru
menyadari bahwa sebenarnya bukankah ini refleksi dari keterikatan
hati saya sendiri.
Perselisihan – paling minimum – bukankan selalu muncul karena
mempertahankan pendapat sendiri, paling sedikit bukankah karena
menganggap benar diri sendiri, merasa lebih baik dari orang lain?
Saya kilas balik dan telusuri kembali, bukankah itu juga refleksi
dari nafsu bersaing, sifat iri hati, mentalitas pamer yang tengah
bekerja.
Saya semula merasakan proses yang demikian: Pada saat melihat dua
praktisi berselisih, hati tergerak - berpikir praktisi A benar, B
salah. Tetapi dari sudut pandang Fa: bukankah kita katakan dia
baik, belum tentu dia baik dan dikatakan buruk belum tentu dia
buruk.
Pada perselisihan berikut sudah tidak berpikir demikian, tetapi
lebih bertoleransi mencoba memahami hati setiap orang, dikatakan
demikian – hati semakin tidak ingin terlibat.
Namun tidak ingin terlibat – bukankah itu juga suatu sikap?
Bukankah banyak dewa semula juga tidak menyatakan sikap terhadap
Pelurusan Fa?
Jadi mulailah mengutarakan pendapat, tetapi berusaha mengingat
kata-kata Shifu dalam ceramah mengenai Xiu Kou - agar “tidak
berbicara menghasut” (Zhuan Falun) - melainkan harus mendorong
terciptanya kesatuan tubuh. Ini juga suatu proses - semakin kuat
pikiran lurus, baru dapat mencapai kondisi demikian.
Sesungguhnya, jika di hati ada belas kasih, banyak konflik akan
mencair dengan sendirinya. Saya berpikir apakah mungkin, kita para
pengikut pada masa Pelurusan Fa, saling tidak dapat menatap muka
rekan-rekan kita sendiri? Kita yang merupakan partikel-partikel
Dafa, saling menolak satu sama lain, saling tidak mendukung.
Terhadap aspek ini saya terinspirasi oleh satu artikel pemahaman
rekan praktisi yang menyarankan agar banyak melakukan pemancaran
pikiran lurus terhadap sekat-sekat yang memisahkan diri kita dengan
rekan-rekan praktisi. Setelah melakukan beberapa waktu, hasilnya
baik, saya merasa hati lebih ringan dan ceria, serta merasa siap
untuk bekerjasama dengan rekan-rekan yang mana saja sepanjang itu
lurus dan bertujuan menyelamatkan makhluk hidup.
Namun – bila hati tidak tergerak dan sungguh berbelas kasih -
mengapa masih terus menyaksikan demikian banyak konflik, bahkan
setelah musim pertunjukan Shen Yun berlalu? Ataukah ini semua hanya
pada permukaan?
Saya berpikir karena saya belum memahami bentuk Xiulian pengikut
Dafa, karena dalam benak selalu timbul perasaan kita harus saling
menyayangi – hal yang tidak salah untuk orang biasa, tetapi untuk
kita adalah keterikatan. Dikatakan lebih lanjut, saya mungkin orang
yang takut dengan konflik.
Maka jadilah saya menyaksikan banyak konflik, hingga saya melepas
rasa takut akan konflik dan memandangnya sebagai hal yang positif.
Bukan saya katakan, diri ini bagaimana benar atau salah, tetapi
saya katakan, cobaan ini tidak membuat saya terperosok, tetapi
semakin memperkuat tekad saya untuk sungguh-sungguh melepas
berbagai keterikatan hati yang sedalam lautan, sungguh melepas
bersamaan dengan itu menyangkal seluruh pengaturan kejahatan, tidak
akan menyenangkan mereka lagi. Bukankah sungguh tidak terbayangkan,
bila para Sang Maha Sadar bertemu tetapi saling membuang muka. Saya
dengan pikiran polos ingin suatu hari – bila kebetulan bertemu,
tetap dapat senyum kepada anda semua, tetapi luasnya alam semesta
apakah nanti dapat bertemu kembali - sulit diutarakan. Karena itu,
sekarang saya hendak berkata, mari kita lakukan lebih baik, takdir
pertemuan kita dengan rekan-rekan praktisi harus dihargai dan
diselesaikan dengan baik, sehingga tidak ada penyesalan di hati
maupun di kemudian hari.
+++
Setelah menyaksikan banyak konflik, muncul lagi satu fenomena yang
beruntun. Ada satu minggu, dimana saya menjadi pendengar dari
berbagai keluhan praktisi tentang praktisi lain. Betapa banyak
keterikatan hati saya, setelah menjadi saksi banyak perselisihan,
mengapa sekarang menjadi pendengar banyak keluhan? Praktisi A
mengeluh tentang B, C dengan D, E dengan F, dari hal yang menurut
saya sepele hingga cukup serius.
Bukankah ini tidak memenuhi kriteria yang Shifu katakan ‘Sepuluh
ribu batang Mai terangkai jadi satu,’ (Zhuan Falun). Egois adalah
karakter alam semesta lama, sedang permintaan Shifu kepada para
pengikut pada masa Pelurusan Fa adalah membentuk satu kesatuan
tubuh. Hal-hal yang mendorong perpecahan, harus kita lenyapkan
seketika dengan pikiran lurus, jangan memberi mereka celah
kekosongan.
Setiap peristiwa saya rasakan menjadi suatu peringatan, setiap
kejadian dapat menjadi cermin Xinxing kita. Apakah saya sendiri
telah mengkultivasi pembicaraan dengan baik? Bukankah
demikian?
Walaupun langkah kaki kadang terseok, kadang baik, kadang cepat,
kadang lamban, tetapi setiap kejadian akan menjadi suatu inspirasi,
suatu dorongan bila kita senantiasa dapat mencari ke dalam. Selama
dalam proses melakukan ini, menempa kita menjadi lebih dewasa,
semakin arif. Dalam Lunyu, Shifu mengatakan, “Jika umat manusia
dapat mengenali kembali diri sendiri dan alam semesta, mengubah
mentalitas yang kaku, mereka niscaya akan memperoleh suatu kemajuan
pesat.”
Saya berpemahaman bahwa tidak ada obat mujarab dalam menangani
konflik, melainkan banyaklah belajar Fa, terutama bagi para
praktisi yang berkonflik atau yang memiliki keluhan tentang rekan
lain, termasuk orang yang menyaksikannya seperti saya, justru
seharusnya membentuk kelompok belajar Fa bersama. Mari kita belajar
Fa bersama dengan orang-orang yang pernah berkonflik dengan kita,
singkirkan sejenak konflik-konflik tersebut - karena saat belajar
Fa kita akan segera mengenali ketidaklurusan pikiran kita. Karena
saat belajar Fa, kita mungkin tidak akan lagi berpikir mengenai
keburukannya, melainkan mengenali kebaikannya - sementara kita akan
menatap lebar-lebar kekurangan kita sendiri.
Melalui sharing dengan praktisi-praktisi lain, kami menyadari suatu
aspek yang juga bermanfaat untuk meredam konflik, adalah tidak
memperkuatnya, seperti: secara sengaja atau tidak sengaja berpihak
pada orang-orang tertentu dalam konflik yang melibatkan kelompok;
sepenuhnya menyadari bahwa kita tidak berkultivasi mengikuti
orang-orang tertentu. Hal ini Shifu telah ajarkan secara jelas:
“Jika anda ingin jadi seorang praktisi Xiulian, sepenuhnya
mengandalkan kultivasi anda sendiri, sepenuhnya mengandalkan hati
anda untuk menyadari, tidak ada teladan.” (Zhuan Falun)
2. Memanfaatkan Waktu Dengan Ketat
Saat mendengar pengumuman pembatalan pertunjukan Shen Yun terkilas
di benak, entah apa masih ada kesempatan berikut. Namun sebagai
praktisi, saya juga tidak boleh berketerikatan dengan waktu. Tetapi
di sisi lain, munculnya pikiran demikian, juga menjadi suatu
peringatan agar memanfaatkan waktu dan setiap kesempatan dengan
baik. Teringat suatu kejadian: Suatu pagi setelah pemancaran
pikiran lurus yang pertama jam 5:10, saya ditelepon oleh rekan
praktisi agar menggantikan dirinya menyebarkan brosur Shen Yun di
suatu area di pinggiran Kota Jakarta. “Jam berapa harus hadir?”
tanya saya. Jam 6:00 pagi harus tiba di lokasi, dengan kata lain
harus segera berangkat mengingat jarak tempuhnya. Dalam hati timbul
keengganan, mana nanti siang ada rapat Shen Yun lagi. Merasa sudah
banyak melakukan, saya menolak dan memutuskan untuk tidur kembali.
Langsung saya diberi mimpi ketinggalan bus, saya melihat para
penumpang yang hendak menonton Shen Yun sudah naik ke bus,
sementara saya berputar-putar mencari kamar kecil. Perasaan hati
hari itu sungguh tidak enak. Kita merasa telah banyak melakukan,
tetapi bukankah Shifu mengajarkan bahwa “Xiulian tidak dapat
mengandalkan perasaan.” (Zhuan Falun) Meskipun terkadang memang
sedemikian letih setelah melakukan ‘banyak’ (dalam tanda kutip)
pekerjaan Dafa… Kalau hanya dengan letih saja dapat meningkat,
bukankah Guru pernah menyebutkan “petani Tiongkok-lah yang paling
menderita,” (Zhuan Falun) - saat krusial baru dapat dilihat kondisi
kultivasi yang sejati.
Tetapi saat diri menyatu dalam Fa, saya merasakan kebijaksanaan
kita sungguh terbuka. Saya mengalami malam-malam yang indah dimana
kata-kata mengalir dengan lancar, pikiran jernih dan tubuh tidak
merasa lelah sedikit pun saat menerjemahkan materi-materi Shen Yun
hingga larut malam. Nyamuk-nyamuk yang biasa mengerubungi kaki pun
terasa sangat bersahabat. Saya merasakan keselarasan dengan
lingkungan kita, hati dipenuhi belas kasih.
Selama dalam proses persiapan Shen Yun, ada kalanya ketika diri
merasa dipersalahkan oleh rekan lain, timbul keengganan untuk
menghadiri pertemuan. Suatu pagi saya sudah memiliki niat yang
tidak baik tersebut. Namun saat berbicara dengan seorang rekan
praktisi di tempat latihan, dia mengatakan sesuatu yang membuat
saya segera tersadar, “Hal-hal yang kita lakukan sangatlah sakral.”
Saya merasa itu adalah isyarat yang sangat jelas dari Shifu, maka
siang itu saya pun hadir pada rapat persiapan seperti
sediakala.
Karena pengasuh anak kami pulang ke kampung sesaat sebelum
persiapan Shen Yun dimulai, anak kami yang saat itu berumur 5 tahun
juga harus terus ikut, mengingat istri saya juga membantu tim
penjualan tiket Shen Yun. Kadangkala kami harus membujuknya agar
dia mau ikut. Suatu hari saya merasa bila tidak hadir sekali-kali
tidaklah masalah, tetapi anehnya – anak saya hari itu berkeras
untuk pergi ke tempat rapat. Bahkan dia menjadi uring-uringan bila
tidak dituruti. Shifu melalui berbagai cara - secara jelas terus
mengingatkan kami disaat pikiran lurus kami kurang atau saat rasa
malas berperan.
Satu kejadian lagi adalah: Senin, tiga hari sebelum pembatalan Shen
Yun, saya diajak menempel poster Shen Yun oleh seorang rekan
praktisi. Mengendarai motor, kami berkeliling ke pusat-pusat
kebudayaan asing dan meminta ijin menempelkan poster Shen Yun, hari
yang indah semuanya berjalan lancar. Hari Rabu rekan praktisi
kembali mengajak, tetapi saya berpikir sore harinya harus rapat
lagi. Ternyata itu adalah pertemuan kelompok kerja yang terakhir
untuk pertunjukan Maret 2009, karena keesokan harinya diumumkan
pertunjukan Shen Yun dibatalkan. Hal itu menimbulkan penyesalan
mendalam. Seandainya, seandainya tahu itu yang terakhir, pagi itu
saya tentu akan ke luar, tak peduli bagaimana mengatur waktunya.
Bukankah banyak hal serupa dalam proses Xiulian kita, kesempatan
yang kita sia-siakan? Suatu ujian bukankah bisa saja merupakan
ujian apakah pantas menjadi dewa atau tetap manusia? Satu momen
jika berlalu, maka sudah berlalu. Ini merupakan pelajaran yang
mahal untuk saya. Saya teringat kata-kata Shifu mengenai hilangnya
Buddha Dharma (Zhuan Falun): “Ini adalah sebuah pelajaran sejarah
yang serius.”
Ketika kecil saya gemar nonton film silat. Sebelum murid turun
gunung – sang guru biasanya memberi wejangan terakhirnya dan
seringkali nasehat terakhir itu sangatlah penting. Entah berapa
kali kita telah baca kata penutup Shifu dalam Ceramah IX – Zhuan
Falun: “Harap anda pulang ke rumah menggunakan waktu sebaik-baiknya
untuk sungguh-sungguh berkultivasi.”
Penutup
Sebenarnya beberapa pemahaman di atas sudah pernah saya sharing-kan
dalam skala kecil. Namun atas dorongan rekan praktisi, saya kembali
mengutarakannya dalam kesempatan besar ini, semoga dapat menggugah
rekan-rekan yang memiliki masalah yang sama, agar kita semua
bergegas melepas keterikatan hati kita yang terakhir dan paling
permukaan, yang mungkin juga keterikatan hati kita yang paling
keras, serta “menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk
sungguh-sungguh berkultivasi.”
Di atas adalah pemahaman pribadi saya. Mohon tunjukkan bila ada
yang tidak sesuai dengan Fa.
Terima kasih kepada Shifu yang belas kasih, terima kasih kepada
rekan-rekan sekalian.
Agustus 2009