Dibacakan saat Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Jawa Tengah 2009
(Minghui.org)
Salam hormat kepada Shifu yang
Agung,
Salam hormat kepada seluruh praktisi,
Pada kesempatan ini saya ingin membagikan pengalaman saya dalam
membantu mempromosikan Shen Yun. Saya sering membaca pengalaman
tentang pertunjukan Shen Yun, bagaimana pertunjukan ini mampu
memberikan sesuatu yang sangat berbeda dari pertunjukan yang lain.
Pertunjukan ini benar-benar mampu mengubah pikiran seseorang
menjadi jernih. Saat Shen Yun akan datang ke Indonesia saya
antusias menyambutnya.
Hari ini saya ingin berbagi
pengalaman selama tujuh hari di Jakarta sehubungan dengan Shen Yun.
Ini adalah kesempatan yang baik bagi saya untuk ikut menyukseskan
Shen Yun. Dulu, saya pernah berjanji pada diri sendiri untuk
membantu Shifu dalam masa Pelurusan Fa melalui Shen Yun. Saya
menyadari ini adalah karya maha agung Shifu. Ketika kami
berkoordinasi, para pembina menyampaikan bahwa di Jakarta
memerlukan banyak relawan untuk menjaga stan promosi tiket dan
masih banyak pekerjaan lainnya. Tanpa pikir panjang, saya
mendaftarkan diri ikut bantu dan datang lebih awal. Saya memahami
pekerjaan Shen Yun adalah pekerjaan yang sangat besar dan
membutuhkan pikiran lurus yang sangat kuat. Dengan berbekal tekad,
sekecil apapun yang dapat saya lakukan untuk menbantu Shen Yun,
saya akan mencurahkan segala kemampuan yang saya miliki.
Beberapa hari menjelang keberangkatan ke Jakarta, di daerah kami
juga sibuk mempromosikan Shen Yun dan mencari sponsor. Kami saling
berbagi tugas, ada yang pergi ke sekolah Tionghoa, ke pemerintahan,
ada juga ke perusahaan dan juga promosi dengan menyewa stan di
mall. Beberapa teman dan saya mendapat kesempatan untuk menyebarkan
brosur di mall selama tujuh hari. Untuk menjaga stan di mall, kami
membutuhkan banyak orang karena dilakukan dari pagi hingga malam.
Saya mendapat giliran sore hari karena di sore dan malam hari
pengunjung sangat ramai. Banyak orang Tionghoa dan orang asing
sangat antusias melihat stan kami dan menerima brosur dari kami.
Mereka berjanji akan menonton Shen Yun dan memberitahu teman-teman
serta saudara mereka tentang pertunjukan Shen Yun di Jakarta.
Banyak orang-orang Tionghoa mendekati stan kami melihat video yang
mempromosikan Shen Yun. Mereka sangat terharu melihat kebudayaan
mereka akan dipentaskan di Jakarta. Saya menjelaskan kebudayaan
mereka yang begitu agung dimana sekarang telah rusak semenjak PKC
berkuasa di China. Mereka mulai mengerti watak PKC dan memahami
bahwa selama ini mereka terkelabui oleh fitnahan yang dilakukan
oleh PKC. Mereka juga berjanji akan menjelaskan kebenaran ini pada
saudara dan teman-teman mereka.
Saya sangat terharu melihat mereka mau mendengar penjelasan dan
mengambil beberapa brosur. Saya teringat ucapan Shifu,
“kejahatan sudah habis lingkungan sudah berubah.” (“Ucapan
selamat,” 17 Mei 2009).
Menjelang keberangkatan ke Jakarta, saya masih menjaga stan di
mall. Hari itu banyak teman-teman yang pulang kampung karena
bertepatan dengan hari raya. Saya dan teman bertukar tugas jaga.
Rabu malam saya dapat informasi bahwa teman-teman Jakarta mendapat
tekanan. Dalam pikiran saya sangat yakin pada Shifu dan Fa, “apapun
yang kita lakukan jika dapat bekerja sama dan berkoordinasi dengan
baik dalam satu tubuh, Dafa akan memberikan keajaibannya.” Itu yang
saya ingat pada ceramah Fa untuk praktisi Australia. Sejak
itu, banyak teman mulai gelisah, saya mulai melihat banyak
keterikatan praktisi mulai bermunculan. Ada yang sedih karena
tidak dapat menyaksikan Shen Yun, ada yang memutuskan tidak jadi
berangkat ke Jakarta, dan lain-lain. Hati saya tidak
tergerak. Kamis malam para pembina berkoordinasi tetapi saya tidak
bisa ikut karena tugas jaga stan. Beberapa saat setelah pemancaran
pikiran lurus, seorang pembina menelepon salah seorang teman agar
stan tutup lebih awal dan menyuruh kami segera pulang karena
Shen Yun dibatalkan.
Sulit rasanya untuk mempercayainya. Dengan langkah perlahan saya
pulang, selama perjalanan saya tidak banyak bicara, hanya ada satu
pertanyaan, mengapa batal? Teman pembina menyuruh tunggu di rumah
karena dia akan datang. Sampai di rumah saya masih terdiam, suami
bertanya: “Shen Yun batal apakah kamu tetap berangkat?” Saya
menjawab apakah hanya karena Shen Yun batal lalu saya tidak
berangkat? Saya tetap ingin berangkat ke Jakarta untuk menyemangati
teman-teman yang telah berjerih payah mendatangkan Shen Yun. Saya
dapat belajar banyak dari mereka, hanya itu yang dapat saya ucapkan
sambil menyeka air mata. Suami terdiam melihat tekad saya. Semua
barang sudah saya persiapkan sehari sebelum keberangkatan. Sambil
menunggu teman pembina datang, saya belajar Fa sebentar dan
berbincang dengan suami, tidak lama kemudian rekan praktisi datang
untuk menjelaskan mengenai pembatalan Shen Yun. Praktisi ini
bertanya apakah masih mau berangkat ke Jakarta? Saya dengan tegas
jawab ya, tetap berangkat. Rekan praktisi itu memberi semangat,
“Bagus bu, besok kita berangkat pukul 08.00, banyak yang bisa kita
dapatkan di sana nanti.” Lalu kami memancarkan pikiran lurus,
setelah itu praktisi tersebut pulang untuk memberitahu
keluarganya.
Akhirnya kami berangkat ke Jakarta. Setelah tiba, saya merasakan
suasana yang begitu sedih melihat rekan-rekan praktisi Jakarta.
Saya disambut dengan hangat oleh mereka walaupun mereka agak kaget
dengan kedatangan kami yang begitu cepat. Kemudian kami mendapat
penjelasan mengenai mengapa Shen Yun sampai batal. Seorang praktisi
yang terlibat langsung dalam pertunjukan Shen Yun mulai
menceritakan. Kami mendengarkan dengan penuh perhatian dan
sedikitpun kami tak dapat berkata apa-apa. Semua tertunduk sambil
menangis. Saya merasa tak mampu berbuat banyak untuk Shen Yun.
Sedangkan praktisi Jakarta sudah bekerja keras, waktu tidur mereka
pun sangat kurang. Saya sangat salut pada tim Shen Yun Jakarta.
Saya mengatakan pada praktisi itu, bahwa saya di Bali tidak dapat
membantu banyak, hanya bantu memancarkan pikiran lurus selama 30
menit, disamping tetap mempromosikan Shen Yun melalui brosur dan
rekan-rekan lain mencari sponsor. Praktisi itu menjawab, pemancaran
pikiran lurus 30 menit sangatlah berarti bagi kami, tim Shen Yun.
Dengan pemancaran pikiran lurus 30 menit, segala sesuatu yang
menyangkut izin baliho sponsor dapat berjalan sangat cepat,
walaupun akhirnya semua berubah hanya dengan hitungan menit. Shifu
berkata, “Kita tidak mengharapkan hasil tetapi bagaimana kita dapat
melewati proses, proses inilah yang sangat berharga.”
Teman praktisi Jakarta tak hentinya menyeka air mata. Saya sangat
memahami bagaimana perasaan hati mereka. Kami bersepuluh tak
hentinya menyemangatinya, bahwa kita tidak sepenuhnya gagal. Kita
telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, saya memahami
bahwa semua mengikuti pengaturan Shifu. Shifu tahu segalanya, saya
dapat mengambil pelajaran hari ini. Untuk tahun mendatang, kita
semua bisa lebih menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menyukseskan
kedatangan Shen Yun di Indonesia.
Dalam melakukan pekerjaan Fa yang begitu besar, tentu ujian yang
kita hadapi juga besar. Terkadang konflik yang muncul sering tidak
kita sadari, sehingga mengakibatkan pekerjaan kita jadi terhalang,
padahal ini adalah kesempatan untuk kita meningkat. Seperti yang
diuraikan dalam tanya jawab Shifu di New York tahun 2007, “Namun
pertunjukan kesenian sekali pentas sudah hadir beberapa ribu orang,
sedikitnya seribu orang. Khususnya semenjak hari Natal terus sampai
sekarang, efek pertunjukan sangat baik, pada dasarnya orang-orang
berubah 100% seusai menyaksikan pertunjukan. Pada mulanya ada
beberapa mata-mata yang diutus untuk mengacau, dan yang digerakkan
oleh Dewa pengacau dari agama untuk mengacau, semua ini telah
dibuatkan penjagaan, belakangan sudah tidak ada masalah semacam
ini. Penonton setelah keluar dari arena pertunjukan, sikapnya
terhadap pengikut Dafa secara dasar berubah 100%, bahkan sikapnya
terhadap Falun Gong juga berubah. Begitu pikiran manusia bergerak,
itu sudah menentukan dia dipertahankan atau tidak.”
Walaupun Shen Yun batal datang ke Jakarta, banyak hal yang saya
peroleh selama tujuh hari di sana. Saya dapat belajar Fa bersama
praktisi dari daerah lain, sharing mengenai klarifikasi fakta dan
berkesempatan untuk klarifikasi fakta ke daerah pecinan bersama
mereka. Klarifikasi fakta di pusat perbelanjaan dimana orang-orang
Tionghoa bertemu dengan rekan bisnisnya. Walaupun tidak bisa
membagikan brosur tetapi dengan memakai pakaian kuning sudah
menarik perhatian mereka. Banyak dari mereka melihat ke arah saya
seperti ketakutan dan aneh, tetapi saya selalu tersenyum pada
mereka. Saya belum pernah pergi ke mall dengan memakai baju kuning
waktu di Bali, ini pengalaman yang tak pernah saya lupakan.
Tiba-tiba ada ide untuk menghidupkan ponsel untuk memutar lagu
“Falun Dafa Hao.” Saya langsung menghidupkannya sambil
berjalan-jalan di sela-sela keramaian, sambil memancarkan pikiran
lurus berharap mereka mengerti tentang kebenaran Dafa. Saya pikir,
pasti diantara mereka mendengarkan lagu-lagu dari ponsel
saya.
Pengalaman yang kedua adalah mendapat pelatihan media dari praktisi
yang tinggal di Jepang bersama dengan temannya. Saya sangat awam
dengan media pada awalnya. Setelah dua hari, perlahan-lahan saya
bisa mengikuti. Rekan praktisi menjelaskan dari awal cara mengambil
gambar [video], proses pembuatan berita, proses editing hingga
upload. Saya hanya mendengarkan dan mencatat sambil melihat
caranya, walaupun belum ada bayangan apa-apa dalam pikiran saya.
Setelah selesai pelatihan, pada malam harinya kami berdiskusi
bersama rekan-rekan yang sudah lama terlibat di media. Mereka
mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka. Dari situ hati saya
tersentuh mengapa kita harus mengelola media dan ikut terlibat
didalamnya. Laju Pelurusan Fa begitu cepat, dengan media kita akan
mampu menyelamatkan lebih banyak makhluk hidup. Dengan membaca
media kita, makhluk hidup akan terselamatkan, karena media
kita juga terdapat unsur klarifikasi. PKC menggunakan media untuk
meracuni makhluk hidup, haruskah kita mendiamkannya? Kita juga
harus melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan mereka yang
teracuni oleh PKC. Shifu dalam ceramah Fa di Great New York 2009
mengatakan, “Media dikerjakan dengan baik, ia baru dapat memerankan
fungsinya dengan lebih ampuh dan efektif. Sekarang ada berapa
banyak waktu dihabiskan dalam upaya mempertahankan
pengoperasiannya.”
Pada kesempatan itu, saya juga bergabung dalam tim media website
yang pengelolaannya melibatkan praktisi Bali. Pengalaman yang saya
dapatkan di Jakarta, akan saya bagikan untuk rekan-rekan praktisi
di Bali yang tidak bisa datang ke Jakarta. Dengan harapan kita bisa
meningkat bersama. Keesokan harinya, kami harus kembali ke Bali
dengan pesawat paling pagi. Saya benar–benar merasa kehilangan
lingkungan tujuh hari bersama-sama melakukan kegiatan Fa di
Jakarta. Berat rasanya untuk berpisah dengan para praktisi lainnya.
Kapan kiranya saya mendapat kesempatan yang berharga ini lagi. Saya
hanya bisa mengucapkan kata terima kasih kepada Shifu karena telah
memberikan kesempatan ini.
Dengan bekal pengalaman yang didapat selama tujuh hari di Jakarta,
setibanya di Bali, saya dan para pembina berkoordinasi dan
mencarikan cuplikan ceramah Shifu yang berhubungan dengan media.
Kita harus memahami atas dasar Fa terlebih dahulu sebelum terjun
langsung. Mengapa kita harus terlibat dalam pengelolaan media.
Semenjak itu perlahan-lahan media website yang harus kita kelola,
mulai berjalan walaupun masih banyak kekurangannya. Di media ini,
saya bertugas sebagai narasi. Bersama beberapa teman, kami belajar
bersama-sama. Walaupun kami semua sangat awam dan tidak pernah
mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan media, kami tetap
melakukannya dengan semangat.
Setelah beberapa kali latihan, teman menyarankan untuk langsung
mengisi narasi satu berita. Saya baru merasakan, sangat susah untuk
bisa menjadi narator sebuah berita. Membaca satu berita saja, harus
mengulang beberapa kali. Gangguannya sangat banyak, tidak mempunyai
ruangan kedap suara, microfon yang tidak standar ataupun dialek
bahasa daerah yang sangat kental. Walaupun demikian, saya dan
teman-teman tidak pernah putus asa. Kami tetap berusaha untuk dapat
melakukannya dengan baik. Banyak kritikan yang masuk ke telinga
saya karena jenis suara saya agak melengking. Saya sempat mau
mundur, karena tidak layak untuk menjadi seorang narator. Saya
mencari ke dalam, belajar Fa lebih banyak. Saya melatih narasi
dengan mendengar berita-berita di TV. Saya merekam suara saya
setiap hari, mendengarkan rekaman suara saya lalu memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang saya temukan. Saya menyadari bahwa dalam
mengerjakan narasi ada keterikatan Qing (perasaan) seperti yang
disebut Shifu di dalam Zhuan Falun, “Senang melakukan ini
tidak suka melakukan itu.” Setelah itu saya mulai bersemangat dan
dapat melewati ujian ini. Saya berterima kasih kepada rekan-rekan
praktisi yang selalu memberi semangat pada saya. Dengan kritikan
dan konflik, bila kita bisa mencari ke dalam, kita pasti akan
memperoleh peningkatan. Ketika saya membaca ceramah Shifu yang
terbaru saya merasa malu. Shifu berkata, “Menghadapi masalah yang
sekian lama mengganggu kalian, bukan berusaha maju walau tahu itu
sulit, melainkan mundur karena tahu sulit sudah tak ingin
melakukannya. Saya disini juga memberi tahu anda sekalian, sebagai
Shifu saya mendukung kalian mengelola media dengan baik.”
Berkat pengalaman tujuh hari di Jakarta, saya banyak mengalami
peningkatan dalam Xulian. Dulu saya selalu menunggu tugas apa yang
bisa saya lakukan, sekarang saya lebih proaktif untuk bergabung
dalam pekerjaan Dafa.
Demikianlah pengalaman saya, terima kasih Shifu, terima kasih
rekan-rekan semua.