Dibacakan saat Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Jawa Tengah 2009
(Minghui.org)
Salam hormat kepada Shifu yang Agung,
Salam hormat kepada seluruh praktisi,
Saya adalah seorang sopir bus pariwisata. Saya berjodoh dengan
Falun Dafa pada bulan Juli 2004. Sebelumnya saya tidak pernah
tertarik untuk menekuni ajaran spiritual.
Saat pertama kali diperkenalkan
latihan Falun Gong, pada waktu itu, saya langsung diajarkan lima
perangkat metode latihan Gong. Pertama berlatih saya sudah bisa
merasakan medan energi dari latihan Falun Gong. Lalu oleh pembina
setempat, saya disarankan untuk membeli buku Zhuan Falun. Karena
penasaran, sehabis latihan saya langsung ke toko buku mencari buku
Zhuan Falun. Saya pun mendapatkan buku yang dimaksud dan pulang ke
rumah untuk membacanya. Setelah baca, saya sangat kaget. Isi buku
Zhuan Falun sangat luar biasa, saya belum pernah membaca buku yang
menjabarkan prinsip-prinsip kebenaran secara gamblang. Saya
berjanji tidak akan melepaskan sampai kapanpun!
Sebelum berlatih Falun Gong, saya sering sakit kepala dan menderita
sakit maag. Beberapa waktu setelah berlatih, saya sudah tidak
pernah merasakan sakit lagi.
Dalam perjalanan Xiulian, saya banyak mendapat rintangan dari
lingkungan sekitar saya maupun dari keluarga. Yang ingin saya
ceritakan di sini adalah jarang ditemukan oleh praktisi pada
umumnya.
Saya termasuk orang yang spesifik, karena di kampung saya ada
sebuah tarian, hanya saya yang bisa memerankannya. Saat menari,
saya harus melepaskan kesadaran utama saya dengan sengaja agar saya
bisa trans (dirasuki oleh roh di luar kesadaran saya). Setelah saya
membaca ceramah di Zhuan Falun tentang Futi, saya sadar dengan apa
yang telah saya lakukan. Suatu ketika, saat saya diminta untuk
melakukan trans lagi, saya sudah bisa mengendalikan diri sendiri.
Saya bisa menjaga kesadaran utama dengan jernih. Saya sudah tidak
bisa trans lagi. Tarian itu pun akhirnya dicarikan penari
pengganti, si penari dituntut bisa trans saat menarikannya. Saya
pun akhirnya terbebas dari tugas tersebut.
Ujian spesifik lainnya adalah ditujukan pada istri saya. Walau
ujian ini menyangkut istri saya, namun hati saya ikut bergejolak
pula. Hati saya begitu teriris, rasanya hancur mengapa harus
mengalami cobaan berat seperti itu.
Waktu itu, istri saya baru ikut Xiulian Falun Dafa. Buku Zhuan
Falun belum habis dibaca, ujian sudah datang. Oleh adik saya, istri
saya dituduh bisa mencelakakan orang dengan black magic. Padahal
saya mengajak adik saya tinggal dalam satu rumah dari kecil hingga
ia menikah.
Suatu hari, anak adik saya sakit keras. Dia pun menanyakan tentang
penyebab sakit anaknya kepada Qigong palsu. Waktu itu, adik saya
sangat percaya pada perkataan Qigong palsu tersebut. Qigong palsu
itu memberi tahu dia, bahwa anaknya sakit karena disakiti oleh
istri saya dengan menggunakan black magic. Adik saya tinggal
sekitar lima km dari rumah saya. Berita itu disebarkan di dua desa
di sekitar lingkungan saya.
Enam bulan kemudian, ada anggota masyarakat di lingkungan saya yang
merasa iba terhadap istri saya. Dia pun mendatangi istri saya dan
memberi tahu berita yang tersebar di masyarakat. Saat itu hati
istri saya hancur, dia tidak siap menghadapi fitnahan oleh adik
iparnya sendiri. Istri saya menangis terus menerus hingga dua hari
tak terasa. Dia sangat tertekan dengan berita yang sudah tersebar
di masyarakat. Walau hati saya juga hancur, saya berusaha dengan
sabar menasehati dia. Saya mengutip ceramah Shifu di buku Zhuan
Falun, “Jika ada yang mengatakan anda baik belum tentu anda
benar-benar baik, jika ada yang mengatakan anda buruk, belum tentu
benar-benar anda buruk, sebab kriteria untuk mengukur baik dan
buruk telah mengalami distorsi, hanya manusia yang sesuai dengan
karakter alam semesta ini boleh dibilang seorang yang baik.”
(“Ceramah Empat”).
Kalau saya belum belajar Fa, mungkin seperti pepatah, ibarat
menembak satu kena dua. Satu musibah menghancurkan dua orang
sekaligus. Saya bersyukur telah mendapatkan Fa, sehingga saat
gejolak datang, baik yang saya temui dalam masyarakat maupun dalam
keluarga, saya bisa atasi dengan baik. Sayapun menyelesaikan
masalah ini secara baik-baik dengan adik saya, tidak sampai
bertengkar. Setelah semua dilepaskan, semua berlalu begitu saja.
Saya dan adik kembali harmonis. Hubungan keluarga semua berjalan
dengan baik. Walaupun kadang-kadang muncul kembali, teringat akan
peristiwa fitnahan tersebut, saya selalu mengingatkan diri saya,
bahwa saya adalah seorang Xiulian, jadi harus berbuat sebagaimana
yang dituntut oleh Shifu. Mengutamakan belas kasih dalam menghadapi
makhluk hidup.
Demikian sekelumit pengalaman yang saya alami dalam Xiulian saya,
tentu masih banyak kekurangannya. Saya mohon rekan-rekan praktisi
untuk menunjukkannya.