Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Ms. Xu Hui Disiksa Sampai Cacat

31 Des. 2010 |   Oleh: koresponden Clearwisdom provinsi Lioning,China


(Minghui.org) Ms. Xu Hui 60 tahun, pensiunan dari perusahaan obat Jiutai di kota Jinzhou, Provinsi Lioning. Dihukum dua tahun penjara dan disiksa di kamp kerja paksa yang terkenal kekejamannya, Kamp Kerja Paksa Masanjia, mencederai fisiknya. Orang-orang yang terlibat menyiksanya adalah direktur, Zhou Qin, kapten di bangsal ketiga Shi Yu, penjaga Ma Jishan, dan perawat Chen Bing. Ms. Xu dibebaskan pada 3 Agustus 2009 setelah menjadi cacat. Dia didiagnosa menderita kerusakan saraf peripheral tangan. Tekanan darah, pembuluh darah, dan organ pencernaannya mengalami kerusakan parah.

Informasi lengkap mengenai Ms. Xu Hui bisa dilihat di:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2009/12/11/113042.html

Lebih banyak lagi fakta penyiksaan terungkap akhir-akhir ini.

1. Penyuapan Paksa dengan Minyak Mustard

Di bulan September 2008, polisi wanita Zheng (nama marga) dan perawat Cheng Bing menyuap paksa Ms. Xu dengan minyak mustard. Terlalu pedas bagi Ms. Xu hingga tersedak. Sesudah itu, Chen menaruh biji minyak mustard di lubang hidung Ms. Xu serta menutup mulutnya dengan kain pel sebelum pergi.

2. Penyiksaan yang Penuh Penderitaan

Bulan Nopember 2007, Ms. Xu mengalami kelumpuhan setelah digantung dan direntang dalam waktu lama. Dia tidak lagi bisa mengangkat lengan maupun tangannya. Daging di pergelangan tangannya robek akibat borgol dan dia tidak dapat duduk tegak. Dia menjadi cacat. Ketika dibawa ke kantor petugas karena ada panggilan telepon dari Cai Chao putranya, Cai menangis saat mendengar suara ibunya, yang terdengar seolah-olah merasakan sakit yang luar biasa. Cai 23 tahun juga ditahan di bangsal terpisah di Kamp Masanjia sebab ia juga berlatih Falun Gong. Pada saat itu penjaga Yuan Shuzhen berteriak ditelepon karena Mr. Cai masih berbicara, "Apa yang kamu tangisi? Kamu seharusnya membujuknya berhenti berlatih (FalunGong)!" Yuan menutup telepon. Directur Zhou Qin dan Kapten Zhang Jun juga berada disana.

Pada hari itu, ketika perawat Chen Bing menyuap paksa Ms. Xu, Chen mengatakan, “Apakah putranya sudah membujuknya berhenti berlatih (Falun Gong) atau merawatnya." Mereka berencana menyiksa putranya jika dia tidak berhenti berlatih Falun Gong. Itulah satu-satunya kesempatan bagi ibu dan putranya berbicara dalam dua tahun mereka dipenjara di Masanjia. Karena kondisi fisik Ms. Xu yang diakibatkan oleh penyiksaan, para penjaga kamp menolak orang lain mengunjunginya.

Penyiksaan mental sudah menjadi rutinitas, dilecehkan, dimarahi dan dipukul. Ditahun 2009, ketika perawat Chen Bing menyuap paksa Ms. Xu, dia membentaknya, "Saya harap kamu mati atau tergilas mobil. Kamu beruntung jika bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup." Ada praktisi lama yang menyerah dibawah siksaan telah berhenti berlatih, ikut membantu menyiksa. Mereka disebut kaki-tangan. Kaki-tangan ini memantau setiap gerakan praktisi dan melaporkannya pada penjaga. Mereka memutar balikkan ajaran Falun Gong agar praktisi percaya bahwa menyerah adalah perbuatan yang paling baik dilakukan. Jika mereka tidak berhasil, mereka memaki dan memukul para paktisi.

3. Disuntik Dengan Obat Yang tidak Diketahui

Ketika para penjaga menyuap paksa Ms. Xu, mereka mencampur obat yang tidak diketahui jenisnya ke dalam bubur makanannya. Di tahun 2008 Ms. Xu disuap paksa makanan yang sudah tercampur obat yang membuat tekanan darahnya turun. Tekanan darahnya jatuh dari terlalu tinggi menjadi terlalu rendah, namun demikian penyuapan paksa tidak dihentikan. Suatu hari ada pengecekan kesehatan dan dokter menemukan tekanan darahnya 90/60 dan itu ketika penyuapan paksa makanan yang tercampur obat sudah dihentikan. Hal ini terjadi berkali-kali ketika Ms. Xu dipenjara.

Berulang kali, pemeriksaan kesehatan dipakai sebagai alat untuk mengintensifkan penyiksaan. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari pemeriksaan medis, para penjaga bisa menentukan bagaimana seharusnya menyiksa dengan tanpa membunuhnya. Setelah penyiksaan oleh para penjaga, tekanan darah praktisi dicek, juga kondisi jantungnya, sehingga mereka bisa menentukan apa yang akan dilakukan berikutnya. Para penjaga melakukan percobaan seberapa keras penyiksaan fisik yang dapat diterima praktisi. Ini diberlakukan terhadap praktisi yang mempunyai masalah jantung dan tekanan darah tinggi.

Para dokter di kamp kerja paksa Masanjia dan rumah sakit yang beraffiliasi dengannya, berkolusi dengan para penjaga. Ketika para penjaga membawa praktisi ke rumah sakit, dokter akan bertanya pada penjaga apanya yang harus diperiksa. Suatu hari seorang dokter bermarga Huo memeriksa Ms. Xu yang kurus dan berkata, "Dia tidak kelihatan terlalu parah, mempertimbangkan apa yang telah dia alami." Dokter itu tahu bahwa kerusakan syaraf periferal pada lengan atas akibat siksaan gantung. Dokter lain melakukan pemeriksaan fisik dengan mengetuk-ngetuk siku dengan paku kecil dan memotretnya.

Suatu kali ketika penyuapan paksa, Ms. Xu merasakan sesuatu yang aneh pada makanan dan berkata, "Ada campuran obat pada makanan ini." Perawat Ceng Bing segera berhenti menyuapnya dan pergi berbicara pada Wang Xiaofeng, yang bertugas mencampur obat pada makanan. Sesudah itu makanan dengan rasa yang aneh tidak ada lagi. Mulut Ms. Xu beberapa hari berdarah tanpa penyebab yang jelas.

Sebelum Ms. Xu dibebaskan, kamp berusaha memeras keluarganya 20.000 yuan. Namun keluarganya menolak.

Inisial dokter yang bertugas di klinik bangsal perempuan di Masanjia adalah Hu. Hu yang bertanggung jawab atas pasien narapidana, memberi resep dan memindahkan pasien ke rumah sakit. Ceng Bing, perawat yang memberi suntikan dan juga bertugas menyuap paksa. Perawat Xiang (nama marga), bertugas merawat luka berat dan mengganti pakaian.

4. Mengambil Sidik Jari dan Mengambil Foto

Praktisi yang menolak melepaskan Falun Gong sidik jarinya dibubuhkan di dokumen yang menyatakan mereka akan melepaskan Falun Gong. Mereka akan disiksa jika menolak  
Para penjaga mengisi kartu evaluasi bulanan setiap praktisi untuk suatu inspeksi. Praktisi tidak tahu apa yang tercatat pada kartu tersebut. Penjaga hanya berbicara sebentar pada praktisi dan menyatakan evaluasinya selesai. Mereka memaksa praktisi untuk membubuhkan sidik jari pada kartu. Ms. Xu menolak membubuhkan sidik jari atau difoto, oleh karena itu penjaga menyiksanya. Jari-jarinya membengkak dan kakinya luka karenanya.

Sebelum inspeksi dilakukan praktisi diberi beberapa selimut dan seprei baru. Pada malam hari mereka dipaksa menaruh selimut dan seprei yang kotor kembali diatas tempat tidur. Ketika pagi hari, praktisi dipaksa harus cepat-cepat membawa selimut dan seprei lama ke gudang. Kadang mereka harus menaruhnya ditempat kerja, yang sangat kotor dan penuh dengan bahan kimia beracun. Beberapa praktisi menjadi cacat atau sakit. Tangan Ms. Xu cedera, tetapi penjaga Yuan (nama marga) dan Pan Yixi memaksanya memindahkan selimut dan seprei, serta tidak mengijinkan orang lain membantunya. Penyiksaan seperti ini terjadi hingga 7 Juli 2009.

Dipertengahan tahun 2008, didirikan bangunan kecil bertingkat dua di sebelah bangsal perempuan. Bangunan yang terlihat seperti penjara dengan pintu kendali jarak jauh dan kawat berduri di jendela. Semua jendela besar kamar disegel. Hanya bebepara jendela kecil bisa dibuka. Ada ruang penyiksaan khusus untuk menyiksa praktisi, dan ruang kerja sehingga kamp dapat menyuruh praktsi untuk melakukan kerja paksa.

Pada 7 Juli 2009, enam praktisi dan tiga narapidana (bukan praktisi) dipindahkan ke bangunan yang baru. Enam praktisi dikunci dalam satu sel. Mereka adalah Ms. Xia Ning dari daerah Xingcheng, Ms. Sun Shujie dari Provinsi Heliongjiang, Ms. Zhang Lianying dari Beijing, Ms. Liu Shiqin dari kota Benxi, Ms. Xu Hui dari kota Jinzhou, dan Ms. Liu Yanqin dari daerah Qingyuan. Mereka disiksa terus menerus sewaktu berada dibangunan tersebut.

Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2010/12/1/徐慧在马三家劳教所被摧残的不能自理-233145.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2010/12/20/122025.html