(Minghui.org) Selama berlangsungnya Pameran Lukisan ‘Sejati-Baik-Sabar’, pada Rabu malam, 17 Februari 2010 - pihak penyelenggara mengadakan sebuah diskusi bertema ‘Memandang Seni Lukis dengan Metode Ortodoks’ di Galeri Cipta 2, Jakarta.
Acara diskusi publik tersebut diadakan sebagai forum
pertukaran pandangan antarpara seniman, para pecinta dan pengamat
seni mengenai seni lukis ortodoks.
Bachtiar, seorang kurator seni yang sebelumnya pernah bergabung
dengan komunitas pelukis di Ubud, Bali maupun Stuttgart, Jerman -
memaparkan pandangannya mengenai asal mula kesenian yang diturunkan
oleh Sang Pencipta, yang dimaksud demi mempertahankan hubungan
antara manusia dengan alam dan Sang Pencipta-nya, menjaga hubungan
yang harmonis antarmanusia. Karena itu pada awalnya,
lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding maupun atap
gereja-gereja tua maupun kuil-kuil kuno banyak melukiskan hal-hal
tersebut, melukiskan keagungan dewa, alam semesta; menjelaskan
prinsip kebaikan akan mendapat balasan kebaikan, kejahatan akan
mendapatkan ganjaran. Sementara masyarakat awam yang menikmatinya
akan memperoleh manfaat dari kesenian yang baik tersebut.
Kemudian dibahas peran penting kesenian bagi moralitas masyarakat
sekaligus mengingatkan tanggung jawab moral yang diemban oleh para
pelukis terhadap masyarakat luas – bahwa melukis bukan hanya media
ekspresi diri, pengejaran akan reputasi, pemuasan keinginan
belaka.
Peran penting kesenian, ironisnya seperti kurang disadari oleh para
seniman kontemporer masa kini, sementara rejim-rejim yang represif
seperti penguasa komunis China telah menyadari kekuatan dari
kesenian yang baik. Karena itu pada awal kekuasaannya telah
melakukan ‘Revolusi Besar Kebudayaan’, yang tidak lain dari
pemusnahan sistematis terhadap kebudayaan, kesenian Tiongkok
tradisional yang telah berusia 5000 tahun.
Dalam diskusi malam itu, beberapa peserta mengutarakan bahwa mereka
dapat merasakan medan belas kasih dari lukisan-lukisan yang
dipamerkan. Meskipun sebagian dari lukisan tersebut menggambarkan
penderitaan selama berlangsungnya penganiayaan kejam terhadap para
praktisi Falun Gong di China, dalam melukiskan penderitaan
sedemikian pun – para pelukis yang seluruhnya berlatih Falun Dafa
ini, masih menampilkan suatu sisi estetika yang baik dan berbobot,
menampilkan martabat dan sisi luhur manusia, sehingga bagi yang
melihatnya akan segera merasakan kontras besar antara kebaikan dan
kejahatan.
Melalui kultivasi (olah) jiwa mengikuti prinsip-prinsip universal
‘Sejati-Baik-Sabar’, para seniman Falun Dafa ini sepenuhnya
menggunakan sisi baik manusia mereka, untuk mengkreasi karya-karya
lukisannya. Penguasaan dalam teknik dasar dan pemilihan gaya
‘realisme’ membuat karya-karya mereka memiliki kemampuan
‘bercerita’ yang luar biasa. Banyak pengunjung mengutarakan bahwa
pesan-pesannya dapat mereka mengerti dengan jelas.
Sementara berkenaan dengan kekhawatiran para seniman, apakah karya
seni yang terlalu menekankan aspek moral akan berdampak pada nilai
komersilnya, Bachtiar berpendapat tidak harus demikian. Karena
kesenian yang baik bahkan akan mampu mengatasi generasi dan jaman,
seni yang demikian barulah memberi kepuasan batin yang sesungguhnya
bagi para pelukis dan pengamatnya, dan tentunya memiliki nilai jual
yang tinggi.
Satu aspek lagi adalah goresan pada lukisan juga mencerminkan
kondisi jiwa sang pelukis. Mengambil contoh pada van Gogh, pelukis
yang pernah memotong daun telinganya sendiri, kemudian melukisnya,
maka hasil karyanya juga akan mencerminkan kedepresian jiwanya dan
bagi yang menikmati juga akan mendapatkan luka mental
tertentu.
Berkenaan dengan beberapa lukisan van Gogh yang terjual jutaan
dollar di jaman modern ini - sementara saat hidupnya, van Gogh
hanya dapat menjual satu lukisan, itu pun kepada saudara kandungnya
– moderator diskusi bertanya: apakah karena masyarakat dulu yang
bodoh, tidak mengerti seni atau lebih karena konsep masyarakat
modern yang telah bermetamorfosa, penuh pengejaran akan sensasi.
Seorang guru, yang saat ini tengah mengikuti program S-2,
mengatakan bahwa dirinya berpandangan masyarakat Eropa beberapa
abad yang lalu sangat mengapresiasi seni yang baik. Dan guru ini
sekaligus mengutarakan bahwa dirinya terkesan dengan
lukisan-lukisan yang dipamerkan. Prinsip Sejati-Baik-Sabar luar
biasa, manusia seharusnya memang demikian, ujarnya.
Demikian beberapa pandangan yang terlontar dalam diskusi seputar
pameran dan seni lukis ortodoks. Seni ortodoks merupakan seni indah
yang dihasilkan dari sisi baik dan keindahan jiwa sang perupanya.
Seni ortodoks barulah kesenian sejati dari umat manusia dan akan
membawa manfaat bagi masyarakat luas.