(Minghui.org) Amsterdam - Pertunjukan
akhir Shen Yun di Teater RAI Amsterdam pada Minggu sore, 7 Maret
2010, meraih sukses besar.
Wu Haibo, seorang pelukis China
dan presiden Komisi untuk Mengembalikan Reputasi Pemohon 4 Juni
(sebuah grup yang didedikasikan untuk mengekspos kebenaran tentang
Pembantaian Lapangan Tiananmen 1989) sangat tersentuh oleh
pertunjukan tersebut. Dia berkata, "Shen Yun adalah seperti cahaya,
seperti matahari, karena China [rakyat] yang masih duduk dalam
kegelapan." Baginya, adegan yang paling menyentuh adalah di mana
penganiayaan terhadap latihan spiritual Falun Gong digambarkan.
"Saya harus menangis," katanya, "karena mengingatkan saya pada
waktu saya berada di penjara. Menyentuh hati saya." Ia berharap
bahwa Shen Yun bisa segera tampil di China.
Wu Haibo, pelukis dan presiden Komisi untuk Mengembalikan Reputasi
Pemohon 4 Juni [Pembantaian Lapangan Tiananmen]
Antonio Occelli, seorang
eksekutif Kerry Bio-Science, datang ke pertunjukan bersama istri
dan anak-anaknya. Occelli pernah dua kali mengunjungi China. "Ini
sangat penting untuk mempelajari lebih lanjut tentang China. Di
Belanda, kita memiliki lingkungan yang sangat khusus. Masyarakat
sangat berpikiran terbuka. Ini adalah unsur kunci dalam
globalisasi, untuk bersikap toleran dan memahami budaya lain," kata
Occelli.
Juga di antara penonton hadir pejabat Pemerintah Belanda, termasuk
Erwin Pochmann, pembuat kebijakan di Departemen Kesehatan,
Kesejahteraan dan Olahraga. "Semuanya indah. Saya suka pertunjukan,
penari, musik dan penyanyi. Saya sangat sangat menikmati
pertunjukan tersebut," pungkasnya.
"Waktu berlalu begitu cepat, kami sedang bersenang-senang, itulah
sebabnya." Pochmann membeli tiket pertunjukan untuk merayakan ulang
tahun ke 45 pada tanggal 1 Maret. "Ini adalah hadiah yang sangat
bagus, pertunjukan yang bagus dan penampilan yang bagus," katanya.
Dia akrab dengan kebudayaan China tetapi dari jauh. Saya dibesarkan
bersama dengan teman-teman China di Hong Kong. Saya sangat menyukai
budaya tradisional China," tambahnya.
Konsultan: "Bagus bisa mengetahui apa yang sedang terjadi
di China"
Reshmi Parsan, seorang konsultan internal di Departemen Perhubungan
Belanda, mengatakan dia benar-benar senang ada banyak sejarah dalam
pertunjukan dan juga menunjukkan pemikiran modern melalui tarian.
Dia maksudkan pada tarian “Tidak Ada yang Bisa Menghalangi Jalan
Dewa” yang menggambarkan penganiayaan Falun Gong di China, sebuah
latihan spiritual. "Saya benar-benar merasa menarik karena masalah
ini dapat dibawakan kepada kita melalui tari dan musik. Hal
tersebut membuat orang-orang sadar ...," komentarnya.
"Saya juga menyukai terjemahan dalam bahasa Belanda. Ini merupakan
cara yang sangat baik untuk memperkenalkan budaya China secara
luas. Tidak hanya melalui tari-tarian dan musik. Bagi saya itu
bagus untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di China," Parsan
menambahkan.
Desainer: ‘Saya tersentuh’
Jacob Groeneveld, seorang desainer wiraswasta, tersentuh oleh
tarian di acara akhir, “Ajaran Buddha Menyebar Jauh dan
Luas.”
Bagi dia, acara ini mewakili "kata-kata Tuhan." "Sangat bagus.
Acara ini mewakili apa yang saya pelajari dari ayah dan ibuku. ...
Saya mempercayainya," katanya.
Tarian ini diambil dari novel klasik China “Perjalanan ke Barat.”
Biksu Tripitaka memulai perjalanan ziarah mencari kitab suci
Buddha. Setelah melalui cobaan dan kesengsaraan bertahun-tahun,
biarawan kembali ke istana kekaisaran dengan kemenangan dan
disambut oleh Kaisar Tang Taizong. Seluruh negeri bergembira ketika
ajaran Buddha disebarkan.
Jacob Groeneveld bersama keluarganya di Teater RAI
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2010/3/10/115254.html