Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Saya Menderita Penyiksaan Brutal di Kota Zhaoyuan, Provinsi Shandong

6 Okt. 2011 |   Oleh: Zhang Zhikui, praktisi dari Provinsi Shandong


Nama: Zhang Zhikui (张致奎)
Jenis Kelamin: Pria
Usia: 55 tahun
Alamat: Desa Dazhuangjia, Kampung Xinzhuang, Kota Zhaoyuan, Provinsi Shandong
Pekerjaan: Tidak diketahui
Tanggal Penangkapan Terakhir: 1 Oktober 2001
Tempat Penahanan Terakhir: Kamp Kerja Paksa Chaoyanggou di Changchun (长春朝阳沟劳教所)
Kota: Changchun
Provinsi: Jilin
Penganiayaan yang Diderita: Penahanan, pemukulan brutal, kurungan isolasi, tidak boleh menggunakan toilet, setrum listrik

(Minghui.org) Sebelum berlatih Falun Gong, saya mengidap banyak penyakit, termasuk hepatitis, diabetes, jantung dan tumor kecil di kelopak mata dan di atas kepala. Saya menderita darah tinggi dan sangat kurus. Ketika kesehatan mencapai kondisi kritis, sungguh beruntung saya bisa menghadiri ceramah Fa Guru Li Hongzhi di Kota Harbin. Hidup saya berubah total sejak itu dan semua penyakit lenyap. Saya sungguh memahami betapa hebat Guru kita dan memahami arti kehidupan serta mengapa kita perlu menjadi orang baik dan berkultivasi dengan baik.

Banyak orang telah menyaksikan perubahan ajaib pada diri saya dan pada akhir 1994, semua anggota keluarga mulai berlatih, bersama banyak orang lainnya di wilayah saya.

Memohon bagi Falun Gong

Ketika Partai Komunis China (PKC) mulai menganiaya Falun Gong pada 20 Juli 1999, saya pergi ke Pemerintahan Provinsi Jilin untuk memohon. Saya ditangkap dan diperkenankan pulang ke rumah pada 22 Juli.

Saya pergi ke Beijing pada hari berikutnya untuk memohon dan tinggal di sana selama lebih dari sebulan. Saya ditangkap polisi ketika berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong dan dibawa ke kantor kemananan umum Changchun di Beijing. Kemudian, bersama lebih dari sepuluh praktisi lainnya, saya dibawa ke Kantor Polisi Distrik Erdaohezi Changchun. Kepala seksi keamanan politik di sana menelanjangi saya dan saya berdiri hanya dengan pakaian dalam. Dia bersepatu kulit kemudian menginjak-injak kaki dan menggenjet ibu jari kaki saya dengan tumitnya, menatap lurus sambil melakukannya. Dia kemudian memukul kepala saya dan praktisi lain dengan sabuknya. Saya kemudian dipindahkan ke Pusat Penahanan Tiebei, di mana saya dibawa ke toilet, ditelanjangi lagi, ditendang dan dipukul habis-habisan. Saya didorong ke tembok, tangan dan kaki berdarah. Penyiksaan berlangsung selama sebulan sebelum saya dibebaskan.

Pada akhir Oktober 1999, saya pergi ke Mahkamah Agung di Beijing untuk memohon. Staf di sana memanggil polisi yang membawa saya ke Kantor Beijing Kota Zhaouyuan. Saya dipukuli dalam perjalanan ke sana dan dicaci maki. Begitu kami sampai di kantor, petugas mencambuk saya dengan sabuk dan memukul kaki dengan tongkat kayu. Mereka akan menuangkan air mendidih kepada saya, namun mereka harus menghadiri pertemuan penting, jadi mereka tidak melakukannya. Saya dibawa ke Pusat Penahanan Zhaoyuan pada hari berikutya, dimana petugas mengajukan pertanyaan dan membuat catatan. Ia berkata, ”Bukankah kamu tahu Falun Gong telah dicap sesat oleh Partai Komunis China?” Saya menjawab, ”Partai Komunis adalah aliran paling sesat dari semuanya.” Mereka terkejut dengan kata-kata saya dan tidak tahu harus berbicara apa. Kemudian petugas berkata, ”Kamu bisa dikenakan hukuman mati atau paling tidak seumur hidup karena berkata itu. Tidakkah kamu tahu?” Saya memberitahu mereka fakta-fakta tentang Falun Gong ketika petugas menanyai saya. Mereka saling berpandangan dan tidak mencatat apapun. Ketika saya menolak bekerjasama dengan mereka, mereka memukuli wajah saya. Pada hari berikutnya, saya bersikeras melakukan latihan dan mengklarifikasi fakta penganiayaan kepada para tahanan di sana. Banyak tahanan kemudian bergabung dengan saya melakukan latihan.

Polisi kemudian membawa saya dan kedua kakak saya ke Departemen Kepolisian Xinzhang. Kami dipisahkan dan dimasukkan ke kamar kecil yang gelap di bawah tangga. Kamar itu begitu kecil sehingga saya bahkan tidak dapat meluruskan punggung. Begitu gelap setelah pintu ditutup dan kami hanya diperkenankan menggunakan toilet sekali sehari pada malam. Saya dikunci di ruangan ini selama sepuluh hari pada waktu itu dan kemudian dikirim ke Pusat Penahanan Zhaoyuan selama sebulan. Ini berulang enam kali sebelum saya dibebaskan.

Disiksa dan Hampir Terbunuh

Pada 1 Oktober 2001, saya pergi ke Lapangan Wenhua di Kota Changchun untuk membentangkan spanduk mengungkap penganiayaan. Saya ditangkap dan diborgol, mata saya ditutupi dan disekap masuk ke dalam mobil polisi.

Saya dibawa selama dua jam, sebelum diseret keluar dari mobil dan didorong masuk gedung. Tutup kepala dibuka ketika berada di ruangan. Tempat itu sangat gelap dan menakutkan. Ada bangku macan di ruangan dan saya menebak kami ada di daerah pegunungan.

Kepala seksi polisi Liang dan lainnya membuka pakaian dan menggunting celana saya. Mereka mendorong saya ke bangku macan dan mengikat tangan pada sisi batang besi di belakang. Mereka menaruh batang besi di dada, di selangkangan dan tulang kering. Ujung dari setiap batang besi terpaku pada bangku. Kaki saya dikunci dengan gelang besi, yang tertanam di bangku.

Liang berteriak pada saya, ”Saya akan membuatmu mati di sini hari ini. Saya akan membunuhmu dan menggali lubang untuk menguburmu. Tidak ada yang akan tahu dan mencarimu.” Kemudian dia menambahkan, ”Tapi tidak usah buru-buru. Dokter akan segera datang menemuimu dan mengurusmu. Ia berasal dari Sekolah Medis Changchun.” Kemudian dia pergi meninggalkan ruangan. Sesaat kemudian, dia kembali dengan seorang pemuda yang tinggi berusia sekitar 30-an. Pemuda itu menanyakan apa penyakit saya sebelumnya. Saya mulai menceritakan tentang Falun Gong dan penyakit saya lenyap melalui latihan kultivasi. Dia tiba-tiba meneriaki saya dan menyuruh diam. Kemudian dia pergi.

Tiga petugas segera masuk ruangan dengan tongkat listrik. Dua dari mereka memegang lengan saya yang terikat di belakang dan memaksakan melewati kepala. Saya mendengar tulang-tulang saya berkeretakan berkali-kali seakan patah. Sakitnya tidak tertahankan sewaktu mereka menggerak-gerakkan lengan saya maju mundur berkali-kali dan saya pingsan.

Saat saya diikat di bangku macan, ember besi ditaruh di atas kepala. Petugas kemudian memukuli ember besi itu dengan keras dengan tongkat besi. Saya merasa kepala seakan meledak dengan suara dan getarannya. Setelah melakukan itu cukup lama, mereka menaruh botol miras ke dalam mulut dan menggunakan tongkat listrik tegangan tinggi untuk menyetrum seluruh tubuh saya. Mereka juga membakar kulit saya dengan puntung rokok. Ketika saya pingsan, mereka menyiramkan air dingin dan menaruh lilin yang menyala di punggung dan api membakar kulit saya. Ketika lilin habis, mereka menyiramkan cairan lilin panas ke seluruh tubuh saya. Dengan kulit terbakar parah, mereka mulai menyetrum penis dan kemudian memukuli penis saya dengan batang besi. Saya pingsan kembali.

Peragaan penyiksaan: Disetrum dengan tongkat listrik
Peragaan penyiksaan: Disetrum dengan tongkat listrik

Wajah saya sangat bengkak akibat penyiksaan sehingga kelihatan lebih besar daripada normalnya dan seluruh tubuh saya dilumuri darah. Ketika mulai sadar, mereka melepaskan saya dari bangku macan dan membawa keluar, dimana waktu itu bersuhu di bawah nol derajat. Mereka menuangkan beberapa ember air dingin dan membiarkan saya di sana. Sekitar setengah jam kemudian, mereka datang untuk memeriksa apakah saya masih hidup.

Pada subuh berikutnya, saya dipaksa masuk ke mobil polisi dan dibawa ke departemen kepolisian kota. Ada banyak ruangan kecil di sana dan tiap ruangan terdapat praktisi wanita yang diikat di bangku macan. Mereka mengecek tiap ruangan untuk memeriksa apakah ada praktisi yang  saya kenal di sana. Banyak dari mereka pingsan dan semuanya telanjang dari pinggang ke bawah, dengan hanya sepotong kain menutupi mereka. Setelah masuk ke banyak ruangan, saya memberitahu petugas tidak kenal satupun dari mereka.

Ditahan di Kamp Kerja Paksa

Saya dibawa ke Pusat Penahanan Tiebei, di mana tahanan diperintahkan untuk menyiksa saya. Mereka hanya berhenti ketika saya mogok makan. Saya ditahan di pusat tahanan selama 40 hari, sebelum dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Distrik Chaoyang. Di sana ada sekitar 700-800 praktisi Falun Gong ditahan.

Saya mogok makan bersama dengan praktisi lain di kamp. Kepala penjaga memimpin beberapa tahanan untuk memukuli kami dengan brutal. Kami kemudian dibawa ke Seksi Pertama, adalah tempat terkenal untuk menyiksa praktisi. Ada praktisi yang berusia 60 tahun yang menolak memakai seragam penjara. Dia dipukuli begitu parah sehingga dalam kondisi kritis. Karena saya sudah terluka parah, mereka tidak memukuli saya. Tetapi begitu saya sembuh sedikit, mereka mulai menyiksa lagi. Tahanan Xu Hui sering menyiksa praktisi di situ.

Kami sering dipaksa bangun jam 04.00, membawa baju di hadapan kami dan berjalan diam ke selasar, mengenakan baju dan meringkuk. Setiap praktis diawasi oleh tahanan dan kami tidak diperkenankan untuk saling berbicara. Jika kami mengatakan satu patah, mereka akan memukuli kami dengan brutal. Kami dipaksa duduk selama 16 jam setiap hari, melihat ke langit-langit, dengan tubuh kami tegak lurus. Xu Hui dan beberapa tahanan memakai sepatu bersol keras dan sering menendangi kami. Jika praktisi bergerak sedikit, mereka akan memaksanya berdiri dan memiringkan tubuh mereka 90 derajat dengan kepala menghadap tembok. Jika praktisi bergerak lagi, mereka akan dipukuli habis-habisan.

Pada malam, beberapa praktisi terlalu takut untuk tidur karena jika mereka membuat sedikit suara, mereka akan dipukuli. Tahanan menggunakan sepatu bersol keras untuk memukuli kepala praktisi. Sekali saya batuk-batuk dan dipukuli sepanjang malam. Praktisi tidak diperkenankan menggunakan toilet dan sering praktisi terpaksa buang air di celana. Ketika tahanan mengetahui Sui Songtao (pria) telah menyalin artikel Guru, para tahanan menggunakan papan kayu untuk memukuli tubuhnya lebih dari 50 kali. Ia dipukuli hingga meninggal dunia.

Saya pergi ke toilet suatu malam, meski tidak diperkenankan dan ketika kembali, Xu Hui menendang di daerah ginjal. Sangat menyakitkan sehingga saya tidak bisa bergerak sesudahnya.

Pada 2002, penjaga memerintahkan untuk membuat semua praktisi melepaskan kepercayaan. Mereka memerintahkan Xu Hui dan lainnya untuk menyiksa praktisi di Seksi Pertama. Kami dipaksa duduk di lantai, menghadap tembok, dengan kaki disilangkan. Beberapa tahanan berdiri di belakang kami dan sesekali mereka akan menendang praktisi dari belakang atau menghantamkan kepala praktisi ke tembok. Kami kemudian diperintahkan masuk ke ruangan lain satu persatu. Ketika saya masuk ruangan, Xu Hui berdiri di sana memegang tongkat kayu besar dan mengutuki Guru kami. Saya kemudian diperintahkan mengulangi kata-katanya. Pertama saya pikir tidak dapat mengutuk Guru kami, tetapi kemudian saya membuat alasan untuk diri saya dan menyakinkan sendiri boleh saja selama tidak mempercayai apa yang  saya katakan. Dalam hati saya tidak mengarahkan kata-kata pada Guru. Saya kemudian merasa sangat menyesal atas apa yang saya lakukan. Bagaimana saya dapat menghadap Guru lagi? Saya tidak dapat memaafkan diri saya.

Sebelum Sui Futao meninggal dunia akibat dipukuli di kamp kerja, tiga praktisi juga telah terbunuh di ruangan itu.

Kami disiksa tiap hari dan juga dipaksa membaca artikel fitnahan terhadap Falun Gong. Setiap orang harus membacanya, jika tidak mereka akan dipukuli secara brutal. Ketika giliran saya untuk membacanya, bilamana menemukan nama Guru dan kata-kata Falun Gong, saya akan melewati dan tidak membacanya. Saat penjaga mengetahui saya berbuat begini, mereka memukuli sepanjang waktu. Bahkan sehari sebelum saya dibebaskan, mereka secara brutal memukuli, mengatakan saya tidak menulis dengan jelas pernyataan jaminan.

Kadang kami dipaksa makan di toilet. Kami akan bergegas menggunakan toilet dan juga makan. Saat saya kehilangan harapan atas hidup, seorang anggota keluarga membawakan salinan artikel terbaru Guru. Saya segera menyembunyikan dan membacanya di bawah selimut.

Kedua Kakak saya Dihukum dan Beberapa Praktisi Dianiaya hingga Meninggal Dunia

Praktisi Wang Shouhui, Liu Boyang, Liu Haibo, Xu Shuxiang, Wang Kefei, Yu Lixin, Deng Shiying dan Liu Chengjun dipukuli hingga meninggal dunia. Ada beberapa praktisi juga meninggal dunia akibat penyiksaan, tetapi saya tidak dapat mengingat nama mereka.

Kakak tertua saya Zhang Shuqin dihukum 11 tahun penjara dan suaminya dihukum lima tahun. Petugas dari Kantor 610 juga memerintahkan sekolah untuk mengeluarkan anak perempuan mereka yang berusia sembilan tahun.

Kakak kedua saya Zhang Shuchun, 35, juga hampir meninggal dunia ketika polisi mencoba menangkapnya. Dia mengalami patah tulang iga dan tulang belakang, tangan dan kakinya retak. Ketika pejalan kaki menanyakan polisi apa yang terjadi, mereka memberitahunya bahwa dia dan suaminya telah bertengkar. Dia dibawa ke rumah sakit polisi untuk dirawat, tetapi dokter berpikir tidak ada harapan baginya, karena luka-lukanya terlalu parah. Polisi kemudian membuangnya di pinggir jalan. Untunglah, beberapa orang baik merawatnya dan melalui belajar Fa dan melakukan latihan, dia sembuh dalam sebulan. Dia ditangkap lagi pada 2009 dan dihukum delapan tahun penjara.

Saya hendak mengumumkan secara resmi bahwa segala perkataan yang dipaksakan kepada saya untuk memfitnah Guru dan Falun Gong adalah batal dan tidak berlaku. Saya akan berjalan dengan benar di jalur untuk membantu Guru dalam Pelurusan Fa.

Artikel terkait:

Zhang Zhikui dari Kota Zhaoyuan Menceritakan Penyiksaan yang Dialaminya kepada Komite Penyelidikan http://www.clearwisdom.net/html/articles/2006/6/22/74704.html

Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2011/9/2/山东招远市张致奎遭受的非人折磨-246167.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/9/19/128210.html