Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Polisi Menahan Orang Tidak Bersalah, dan Membebaskan Pelaku Kejahatan yang Sebenarnya

26 Des. 2011 |   Oleh: Han Xinlin, praktisi Falun Gong di Provinsi Hebei


Nama: Han Xinlin (韩新林)
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia: Tidak diketahui
Alamat: Qinghuangdao, Hehei
Tanggal Penahanan Terakhir: 25 Juni 2010
Tempat Penahanan Terakhir: Kamp Kerja Paksa Kaiping (开平劳教所)
Kota: Tangshan
Provinsi: Hebei
Penganiayaan yang Diderita: Setrum listrik, pengurangan tidur, kerja paksa, pencucian otak, pemukulan,  kurungan isolasi, penyiksaan, pembatasan fisik, penggeledahan rumah, penahanan,tidak diperbolehkan menggunakan kamar kecil

(Minghui.org) Ketika Han Xinlin diserang oleh seorang penjahat pada Juni 2010, petugas polisi menangkap Han dan membawanya ke Pusat Penahanan Kedua Qinghuangdao! Petugas membebaskan penjahat itu dan tidak melindungi si korban. Setelah penahanan selama 13 hari, Han dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Kaiping di Tangshan. Berikut ini adalah kesaksian Han.

Petugas Polisi Membebaskan Penjahat, Menahan Orang yang Tidak Bersalah

Sekitar pukul 02.00 pada 25 Juni 2010, saya dalam perjalanan ke tempat kerja untuk shift kerja tengah malam. Ketika sedang berjalan di bawah Jembatan Jiaoyunli, Qinghuangdao, seorang pria tiba-tiba muncul dan menyergap saya dengan lengannya. Saya menggunakan seluruh kekuatan untuk melepaskan diri darinya. Saya kemudian memperingati dia agar tidak melakukan perbuatan jahat karena dia akan menerima balasan. Saya juga memberitahu dia tentang fakta-fakta Falun Gong. Dia tidak mau percaya apa yang  saya katakan, dan bahkan mengatakan jika dia melaporkan dirik saya adalah praktisi Falun Gong, dia akan dibayar beberapa ratus yuan.

Dia lalu menghampiri saya lagi, tetapi saya bisa mengelak dari genggamannya. Dia lalu memanggil polisi. Ketika petugas polisi tiba, dia sama sekali tidak memberi kesempatan kepada saya untuk berbicara. Penjahat itu memberitahu petugas bahwa dia kenal beberapa veteran tentara berpangkat tinggi di partai komunis. Petugas terlihat mempercayai kata-katanya dan takut kekuasaan dari kader PKC berpangkat tinggi, sehingga membiarkan penyerang itu pergi. Namun, petugas membawa saya ke Kantor Polisi Jalan Jianshe.

Saya dibawa ke sebuah ruangan dan diawasi oleh seorang penjaga. Pada pukul 08.00, petugas dari Divisi Keamanan Domestik tiba dan menginterogasi saya. Mereka meminta saya untuk menanda-tangani surat perintah penahanan, mengambil foto dan sidik jari saya. Saya menolak untuk bekerja sama atas permintaan mereka. Petugas polisi kemudian melakukan kekerasan terhadap saya. Salah satu petugas menarik rambut, memukul kepala, dan menampar wajah saya. Dua petugas lainnya dengan paksa mengambil foto dan sidik jari saya.

Penganiayaan di Kamp Kerja Paksa Kaiping di Tangshan

Saya ditangkap dan dibawa ke Kamp Kerja Paksa Kaiping di Tangshan pada 9 Juli 2010 untuk menjalani hukuman selama setahun. Saya dipaksa mengenakan seragam penjara. Hari pertama di sana, terdapat lebih dari 10 orang, yang dipimpin oleh Wang Wenping, mengikat diri saya ke sebuah kursi dan memotong rambut saya. Membaca buku-buku Falun Gong, melakukan latihan Falun Gong, dan berbicara mengenai Falun Gong semuanya dilarang. Jika saya perlu turun ke lantai bawah untuk membeli barang-barang di toko atau menggunakan kamar kecil, saya harus melapor kepada mereka terlebih dahulu. Para tahanan ditugaskan untuk mengikuti dan mengawasi saya setiap waktu.

Pada pagi hari, 12 Januari 2011, ketika praktisi lain bersama saya sedang memancarkan pikiran lurus, polwan Liu Liying memasuki ruang dan menonjok kita berdua. Liu menggenggam sebuah sarung bantal dari lantai untuk dilemparkan ke praktisi lain. Setelah itu, petugas polisi Jia Fengmei, Yan Hongli, Yang Haifeng bersama lainnya, termasuk tahanan Zhang Fengxia, juga tiba. Mereka menghampiri kami, menyeret dan mendorong kami ke luar. Zhang Fengxia mencambak rambut dan menarik saya ke sebuah gang. Ketika seorang praktisi melihat kejadian itu, dia mencoba untuk menghentikan petugas. Petugas memukul praktisi tersebut, sehingga membuat hidungnya berdarah.

Ketika ada praktisi lain yang juga mencoba untuk menghentikan kebrutalan itu, Zhang Fengxia dengan paksa menonjok dada praktisi tersebut. Mereka mendorong saya ke tanah, lalu menyeret saya ke kamar kecil di sebuah kantor. Mereka membawa saya ke sudut dan menghadap ke dinding. Liu Jie memberikan sebuah tongkat listirk kepada Yan Hongli, yang dia pakai untuk menyetrum tangan kiri saya sampai tangan berdarah dan memar. Li Dayou memberitahu Yan bagaimana cara menggunakan tongkat tersebut agar tidak menyetrum dirinya sendiri. Mereka lalu menggantung saya pada pipa pemanas di langit-langit. Waktu itu adalah musim dingin yang mengigil. Saya bertelanjang kaki, dan memakai pakaian yang tipis. Li Dayou berkata, “Apakah kamu tahu ini adalah kamp kerja paksa, tidak ada latihan Falun Gong yang diperbolehkan di sini,” Liu Liying, Jia Fengmei, dan Yan Hongli bergantian mencaci maki saya. Mereka memanggil saya dengan sebutan “tidak tahu malu” dan panggilan jorok.


Peragaan penyiksaan: Disetrum dengan tongkat lisitrik

Sekitar pukul 4 sore, mereka membawa saya ke kantor lain. Saya diborgol pada kursi kayu. Saya tidak dapat bergerak. Hidung saya tersumbat dan saya mengigil sepanjang waktu. Seorang tahanan melihat kondisi saya dan memakaikan selimut. Saya tidak makan makanan yang layak sejak ditangkap. Wang Wenping dan beberapa lainnya menyeret saya ke klinik kamp pada pagi hari. Ketika masuk, saya melihat tujuh orang sedang menunggu di sana, bersiap-siap untuk mencekok saya.

Mereka memaksa saya naik ke ranjang. Wang Wenpin menanyai saya apakah mau makan atau terus berlatih Falun Gong. Saya bilang akan tetap melakukan latihan. Dia segera menampar wajah saya. Dia menanyai saya sekali lagi apakah saya akan makan atau tidak. Saya berkata padanya bahwa saya sudah minum sedikit air putih pada pagi hari dan sudah makan dua biskuit, apakah itu tidak terhitung sebagai makan? Apakah saya perlu diberitahu olehnya bagaimana saya harus makan? Wang Wenping tidak berkata sepatah katapun. Saya dibawa kembali ke kantor ke tempat saya berada sebelumnya. Ketika menjelang malam, saya dikunci di dalam ruangan yang dingin dan lembab. Jendelanya ditutupi oleh selapis embun yang tebal. Saya diborgol pada kursi dan tidak dapat bergerak. Yan Hongli memerintah petugas lain untuk tidak memberikan selimut atau pakaian kepada saya. Mereka ingin saya membeku. Yang Haifeng bilang bahwa tidak ada orang yang bisa tahan disiksa dengan siksaan semacam itu. Tujuh hari kurungan isolasi juga disetujui oleh kepala kamp kerja paksa. Jika seorang praktisi itdak menyerah setelah tujuh hari, siksaan akan diperpanjang selama tujuh hari lagi. Setelah lewat tujuh hari, wajah dan tanganku berubah menjadi ungu dan biru karena kedinginan serta kurangnya sirkulasi darah. Badanku mengigil. Selama tujuh hari itu, saya tidak diizinkan untuk menggunakan kamar kecil tetapi harus buang air kecil di dalam ruangan, tidak ada kesempatan untuk bisa mencuci ataupun menyikat gigi.

Pada 8 Maret, mereka memerintahkan beberapa praktisi untuk keluar dari sel tahanan mereka. Jika seorang praktisi menolak, mereka akan dipukuli. Ketika saya melangkah keluar dari sel, Yang Hongli, Yang Haifeng, dan Wang Wenpin mendorong saya ke ruangan yang dingin dan lembab. Seorang tahanan sudah bersiap-siap menunggu di sana. Mereka menekan saya pada pinggir ranjang. Wang Wenping berkata, “Apakah kamu menyanyikan lagu Falun Dafa kemarin? Bisakah kamu menyanyikannya lagi?” Saya bilang, “Iya.” Wang pun menampar wajah saya, lalu menanyai saya apakah saya akan membuat isyarat tangan lagi, “Iya,” jawabku. Wang menampar, lalu menanyai saya sekali lagi apakah saya akan menyanyi dan membuat isyarat tangan lagi. Saya berkata akan melakukan apa yang harus dilakukan oleh seorang praktisi Falun Gong. Wang menampar sekali lagi. Ketika Wang mulai menampar sekali lagi, saya menggunakan tangan untuk menangkis tangannya. Mereka segera mendorong saya ke kursi dan memborgorl. Saya menangis sambil berkata “Falun Dafa Hao (baik).” Wang Wenping memegang mulut saya dan merobek bibir saya, sambil berteriak dengan garang, “Saya membiarkan kamu berteriak, membiarkan kamu berteriak.” Mereka lalu menggunakan lakban untuk menutup mulut saya. Saya keidinginan selama tujuh hari dalam kondisi begini, dan tidak diperbolehkan tidur.


Peragaan penyiksaan: Kursi Besi

Ketika saya berada di kamp kerja paksa, suami bersama ayah mertua pergi ke Kantor Polisi Jalan Jianshe untuk menanyakan kenapa saya ditangkap, dan kenapa penjahat tersebut malah dibebaskan. Kepala kantor polisi, Jiang Zhuo, meneriaki mereka dan menuduh mereka sedang mengganggu tugas polisi, dan bahkan mengancam akan menangkap mereka. Jiang juga bilang, “Kata-katanya tidak dapat dijadikan bukti. Jika kamu ingin menuduh polisi tidak mau mengambil tindakan, kami tidak peduli.” Setelah itu, mereka memaksa keluarga saya pindah, tidak membiarkan anak-anak kami masuk sekolah, dan menghentikan pembayaran gaji suami saya selama beberapa bulan. Semua itu membawa tekanan mental dan fisik yang besar bagi keluarga saya.

Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2011/10/29/中共警察放走流氓-把好人劫入劳教所折磨-248427.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/12/16/130153.html