Pada Desember 1999, saya sekali
lagi pergi ke Lapangan Tiananmen untuk melakukan latihan bersama
sekelompok rekan-rekan praktisi. Kami membawa pemutar kaset, dan
sangat bagus.
Saya ditangkap puluhan kali di Beijing, tetapi selalu dapat
meloloskan diri setiap kali. Suatu kali, sekelompok praktisi
ditangkap dan ditahan di sebuah ruangan dengan seorang penjaga di
depan pintu, saya tidak tidur, tetapi hanya menatapi penjaga
tersebut. Dia segera tertidur. Pintunya tidak dikunci jadi saya
membukanya dan lari keluar. Praktisi-praktisi lain yang tidak tidur
juga lari keluar dari ruangan tersebut, namun mereka tidak cepat
mengikutiku sehingga dicegat oleh penjaga yang bangun dari
tidur.
Di waktu lain ketika saya ditangkap, petugas polisi sedang
berjalan-jalan di depanku dan saya melihat ada kesempatan untuk
melarikan diri saat melihat sebuah taksi di sampingku. Saya pun
meloncat ke dalam taksi dan memberitahu pengemudi taksi bahwa
seseorang ingin berbuat jahat terhadapku lalu dia pun segera
menginjak pedal gas dan saya pun berhasil melarikan diri. Di waktu
lain ketika saya tertangkap, seorang penjaga sedang membawaku
kembali ke Shenzhen. Dia membeli sekantong besar buncis dan
memerintahku untuk membawanya agar saya tidak memiliki kesempatan
untuk melarikan diri. Pada saat berada di jalanan, saya melihat
sebuah papan bandara. Saya lalu berpikir, “Oh, Shifu sedang
membantuku melarikan diri.” Saya pun berhasil melarikan diri
bersama dengan buncis.
Mogok Makan
Saya ditangkap di Beijing pada 2000. Putriku diberitahu untuk
menjemput dan mengantarku pulang, tetapi dia tidak datang. Saya
yakin bahwa Shifu memberiku isyarat agar mulai melakukan mogok
makan. Ada lebih dari 100 praktisi di sana dan kebanyakan dari
mereka juga sedang melakukan mogok makan. Saya mengambil sekotak
nasi makan siang, dan berkata, “Shifu, sungguh memalukan jika
menyia-yiakan sekotak makanan ini; saya akan melakukan mogok makan
setelah memakannya.” Saya pun melakukan mogok makan selama satu
minggu tanpa makan ataupun minum. Saya merasa sangat nyaman dan
sangat ringan. Saya berusaha meyakinkan praktisi lain untuk terus
melakukan aksi mogok makan.
Akhirnya, pihak otoritas dari setiap provinsi datang untuk membawa
para praktisi kembali ke daerah masing-masing. Penjaga memberitahku
untuk pergi ke Guangzhou. Mereka tahu bahwa saya telah menjual
rumahku di Shenzhen, dan memiliki uang untuk pergi ke Beijing dan
tempat-tempat yang lain. Saya kemudian dibawa ke Guangzhou dengan
pesawat terbang. Shifu mengingatkan saya agar menghentikan aksi
mogok makan. Saya berkata kepada Shifu, “Saya merasa sangat nyaman
saat melakukan mogok makan, akan sangat bagus jika saya tidak perlu
makan lagi untuk ke depannya. Hal ini juga dapat membantu menghemat
makanan.” Pada hari itu juga, saya tidak dapat mengangkat kedua
tangan ketika melakukan latihan. Saya tidak pernah merasa begitu
lelah sebelumnya; saya tidak membiarkan tanganku turun. Saya tahu
pasti ada masalah dengan Xinxing (watak, kualitas moral) saya, lalu
saya mulai berpikir apa masalahnya. Saya sadari bahwa pasti ada
kaitannya dengan mogok makan. Saya berkata, “Baiklah Shifu, saya
akan hentikan mogok makan. Praktisi Falun Dafa harus makan.”
Tanganku pun segera menjadi ringan. Saya bertanya kepada Shifu
sekali lagi, “Kapan saya harus menghentikan mogok makan,” tetapi
Shifu tidak menjawabnya. Saya pun berpikir asalkan makanan
disajikan di atas pesawat terbang maka itulah saatnya saya harus
menghentikan aksi mogok makan. Saya merasakan Shifu menepuk
kepalaku dan saya pun tahu bahwa saya sudah benar.
Mencari Masalah
Saya dibebaskan segera setelah tiba di Guangzhou. Saya berbagi
pengalaman dengan rekan-rekan prakitisi di sana bilamana ada
kesempatan. Saya merasa terkejut ketika mengetahui bahwa seorang
guru sekolah tinggi bernama Gao Xianmin dari Universitas Jinan
telah dianiaya hingga meninggal dunia. Praktisi lain menceritakan
apa yang telah terjadi, bagaimana dia melawan penganiayaan
tersebut, melakukan mogok makan dan kemudian dicekok makan, yang
mengakibatkan dia meninggal dunia. Saya pikir bahwa teman-teman
yang lain telah memikul beban begitu banyak bagi Dafa, jadi saya
pun perlu menahan penderitaan bagi Dafa juga. Sepertinya jika Anda
tidak melindungi Dafa jikalau Anda tidak masuk penjara. Saya sedang
mencari masalah. Saya melihat Shifu sedang menahan penderitaan
untuk kita di dimensi lain. Saya pikir ingin melenyapkan karma saya
sendiri. Saya tidak dapat membiarkan Shifu menahan karma milikku.
Tetapi, semua pikiran itu tidaklah sesuai dengan Fa dan saya yang
meminta cobaan-cobaan ini. Dan cobaan-cobaan benar-benar
datang.
Shifu Menerbitkan Puisi “Hati Mengerti
Sendiri”
Kita tidak mendengar berita apapun dari Shifu selama sekitar satu
tahun setelah 20 Juli 1999. Kita tahu ada buku-buku palsu yang
beredar. Lalu pada 22 Mei 2000, Shifu mempublikasikan puisi
pertamanya setelah penganiayaan, berjudul “Hati Mengerti Sendiri.”
Setelah membacanya, saya tidak dapat membedakan apakah asli atau
palsu. Seorang praktisi yang memiliki komputer di rumahnya
memintaku untuk membaca artikel secara online. Ketika saya akses
situs Minghui (versi bahasa Mandarin dari Clearwisdom), saya yakin
itu adalah kata-kata Shifu. Saya berkata kepada Shifu, “Shifu, saya
bersalah lagi. Saya tidak hormat kepada Shifu lagi; maafkanlah
saya.” Shifu kemudian memberi penglihatan kepada saya:
Shifu berada di depan sebuah kapal yang sangat besar.
Murid-muridnya berada di kapal-kapal yang lebih kecil. Kita
berjejeran berdekatan; beberapa berbaris panjang ke belakang, dan
kemudian seseorang terjatuh dari kapal ketika ombak datang. Seperti
yang Shifu katakan, “Gunung tersingkir, laut teraduk, ombak ganas
bergulung.” Shifu berkata kepada saya, “Bertahanlah.” Saya pun
menggenggam kapal dengan kuat; setelah itu saya melihat seseorang
tertinggal di belakang. Saya berkata, “Shifu, dia tidak bisa
mengikuti dengan dekat.” Shifu begitu belas kasih. Shifu
menggunakan tambang yang panjang dengan kait diujungnya dan
menolong murid tersebut. Saya melihat seseorang yang akan jatuh dan
saya memegangnya agar tidak terjatuh.
Ditangkap
Pada musim panas 2000, saya ingin pergi ke Beijing untuk
klarifikasi fakta Falun Gong dan mengalami penderitaan. Saya
ditangkap di stasiun kereta api di Guangzhou. Orang-orang yang
menangkapku berkata bahwa saya terlihat seperti seorang praktisi
Falun Gong. Mereka menanyai tempat asalku, tetapi saya tidak
menjawabnya. Mereka menggeledah tas dan menemukan buku teleponku.
Mereka sadari bahwa saya adalah orang dari sistem kereta api, jadi
mereka pun tidak berani menangkapku. Mereka berkata bahwa
orang-orang yang berlatih Falun Gong bukanlah orang jahat hanya
saja mereka diperintah untuk menangkap orang-orang semacam itu.
Mereka meminta saya pergi, tetapi saya menolak. Mereka menemukan
nomor telepon teman sekolah saya dan memintanya untuk membawaku
pulang, tetapi temanku sangat takut dan dia tidak datang. Lalu
mereka menelepon ibuku, namun ketika ibuku datang keesokan hari,
saya sudah ditahan oleh kepolisian Shenzhen.
Saya ditahan di stasiun kereta api Guangzhou selama semalam. Hari
berikutnya, mereka memperbolehkan saya pergi, tetapi saya tidak
pergi. Mereka akhirnya memutuskan biar polisi dari Shenzhen untuk
membawaku pergi. Mereka berkata, “Kami tidak tega membiarkanmu
menderita.” Polisi dari Shenzhen mengenal saya dengan baik dan
ketika mereka datang mereka berkata, “Apa masalahmu, kamu pergi
kemana-mana dan membuat onar; kami akan benar-benar memberimu
pelajaran kali ini.”
Pusat Penahanan Luohu di Shenzhen
Saya pernah ditahan di Pusat Penahanan Luoshu. Saya menolak untuk
melakukan kerja paksa dan saya melakukan latihan Falun Gong. Saya
dihentikan dan digantung, juga diseret di atas tanah. Saya merasa
cemas kalau sampai bokongku terluka karena saya tidak akan bisa
duduk dan melakukan meditasi. Semua orang menderita siksaan, dan
bokong mereka penuh dengan darah. Celanaku robek, tetapi saya tidak
terluka. Hal ini mengejutkan para petugas.
Karena mereka tidak membiarkan saya melakukan latihan dan belajar
Fa, saya mulai melakukan mogok makan. Mereka mencekok saya,
sehingga gigiku hampir tanggal. Mereka memukul dengan sangat keras,
tetapi saya tidak takut. Kepala pusat penahanan merubah sikapnya
terhadap saya setelah itu. Dia kagum pada praktisi Falun Gong yang
benar-benar bisa menahan penderitaan. Dia pun memperbolehkan saya
untuk melakukan latihan Gong ketika berada di dalam
penahanan.
Saya menghentikan aski mogok makan. Saya melihat seseorang yang
sedang makan keripik kentang manis dan saya berpikir juga ingin.
Saya berkata kepada orang itu: “Saya juga ingin keripik; saya sudah
tidak makan kripik untuk waktu yang lama.” Dia memberiku sepotong.
Rasanya sangat enak, dan gigiku ternyata tidak longgar.
Cobaan
Ketika saya ditahan di Pusat Penahanan Luohu, saya menemui berbagai
cobaan yang jauh lebih berat, karena saya tidak melepaskan
keterikatan hati dan kultivasiku pun menjadi sangat sulit. Saya
sadari bahwa saya yang meminta cobaan itu sendiri, karena saya
ingin menahan penderitaan. Shifu memberi isyarat bahwa setelah
cobaan kali ini, masih akan ada yang lebih berat lagi. Saya tahu
sangat berat dan sulit. Satu makhluk yang lebih tinggi sedang
mengontrolku; ia menghapus semua ingatanku dan menekanku ke bawah.
Saya tidak dapat mendengar apapun kecuali omong kosongnya. Saya
memperbesar karakter “teguh,” tetapi ia menghapusnya segera. Saya
mencoba untuk mengingat Fa, tetapi ia menghapusnya dari ingatanku.
Saya tidak dapat mengingat apapun. Saya mulai membaca Hong Yin
dengan suara kencang, dan meminta teman-teman yang lainnya untuk
melakukan hal yang serupa juga. Akhirnya, makhluk itu tidak dapat
menggangguku lagi, tetapi ia masih tidak mau pergi. Saya pikir akan
mendengarkan alasannya kenapa ia mau menganiayaku, tetapi tidak ada
satupun kata-katanya yang berada dalam Fa, jadi saya berdebat
dengannya dengan menggunakan Fa, dan pikiranku menjadi semakin
jernih. Setelah hari ketiga, ia pun berhenti berbicara, tetapi
menggunakan Gong-nya untuk menekanku. Ada banyak substansi hitam
yang menekanku ke bawah. Saya tidak dapat berdiri. Saya berkata
pada diriku bahwa saya harus bisa melalui ujian ini. Saya
mengatakan kepada Shifu bahwa saya bisa melewatinya.
Karena saya tidak dapat mengingat apapun, saya pun melafalkan Zhuan
Falun. Makhluk itu terlihat ketakutan, lalu saya mulai membaca
Zhuan Falun selama 24 jam tiada henti. Ada banyak sekali Falun yang
berputar di dalam ruang itu dan semua substansi hitam pun sirna.
Makhluk itu pun hilang juga.
Dihukum di Kamp Kerja Paksa untuk Pertama
Kali
Di kamp kerja paksa, saya ditahan di sel isolasi. Pada awalnya,
pihak otoritas tidak ingin mengirimku ke kamp kerja paksa. Ketika
saya mendengar ada banyak praktisi Dafa yang ditahan di kamp-kamp
kerja paksa, saya pun memutuskan ingin pergi ke kamp kerja paksa.
Saya membuat sebuah pernyataan pada pagi harinya, dan dihukum di
kamp kerja paksa selama dua tahun pada sore harinya.
Pada musim panas 2000, saya dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wanita
Guangdong di Sanshui, Foshan. Saya membawa Zhuan Falun dan
buku-buku lainnya. Buku-buku itu tidak terdeteksi ketika saya
digeledah. Saya ditahan di dalam ruang tersendiri ketika yang
lainnya pergi bekerja. Saya mulai belajar Fa. Setelah itu seseorang
berhasil mengetahui apa yang kubawa jadi mereka memborgol dan
menyita bukuku.
Setelah itu, kaki-tangan penjahat datang dan mencoba untuk
membuatku melepaskan Falun Gong. Salah satu diantara mereka
berkata, “Lihatlah, Shifu telah menahan begitu banyak penderitaan
demi kita. Jika kalian masih berkultivasi, kalian akan membuat
Shifu meninggal.” Air mataku segera bercucuran. Saya berkata,
“Kalian benar, Shifu telah memikul semua penderitaanku. Mereka lalu
memukul kepalaku dengan sebuah tongkat listrik dengan kekuatan
penuh, tetapi saya tidak merasa sakit. Shifu telah menanggung semua
rasa sakit untukku.” Saya menangis dan berkata kepada Shifu, “Saya
tidak akan berkultvasi lagi. Saya akan membayar karma seluruh
hidupku sekaligus. Saya akan mengumpulkan De saya dengan cara
begitu.”
Begitu saya berkata begitu, saya melihat Shifu muncul dalam keadaan
yang sangat-sangat sedih. Saya juga menangis. Saya mengatakan
kepada Shifu, “Saya benar-benar tidak ingin Shifu menderita lagi
untukku.” Saya berpikir bahwa pasti sisi diriku yang mengerti yang
sedang menangis tiada henti. Para petugas menjadi tidak sabaran dan
berkata, “Baiklah kamu boleh berkultivasi. Bagaimana kamu bisa
hidup dengan cara begini? Kamu menangis 24 jam penuh dan tidak
tidur, tidak melakukan apapun tetapi hanya menangis.”
Setelah itu saya berkata kepada Shifu, “Saya akan berkultivasi
dengan baik.” Shifu pun terlihat tidak begitu sedih lagi.
Saat saya mengatakan tidak ingin berkultivasi lagi, saya
benar-benar merasa telah melukai perasaan Shifu. Hati beliau
terbuka dan kata-kataku telah meninggalkan sebuah luka. Karena
penganiayaan, banyak orang pun telah berhenti berkultivasi. Saya
melihat air mata Shifu bercucuran dengan warna merah darah.
( Bersambung ke
bagian 4 )
Chinese:
http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/11/明慧法会--勇猛精進-助师正法(3)-248891.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/21/129610.html