Suatu kali saya melihat di
dimensi lain, Guru diikat dan dicambuk oleh makhluk negatif.
Pencambukan itu sangat kejam, dan makhluk itu merobek pakaian Guru.
Saya menangis, merebut cambuk itu dan menggulungnya. Saya juga
memarahi makhluk negatif itu. Namu, Guru berkata, “Ikat dan
berlutut.” Saya kemudian mengikatnya dengan ketat dan berlutut di
sana. Guru mengatakan kepada saya, “Kamu harus melihat dengan
seksama dirimu sendiri.” Guru telah menanggung karma yang sangat
besar bagi kita. Gurulah yang sebenarnya telah menderita bagi kita.
Melihat Guru menanggung dan menderita untuk kita, saya tidak tahan.
Saya menyadari Guru menanggung penderita bagi kita demi
menyelamatkan kita. Dewa-dewa di masa lalu tidak memiliki kapasitas
untuk melakukannya. Hanya Guru yang mampu menanggung penderitaan
bagai semua makhluk hidup.
Setelah 25 April 1999 saya merasa keadaan akan segera berubah.
Ketika sedang duduk bermeditasi, saya melihat Dafa sedang dianiaya
dan beberapa praktisi dimasukan ke penjara. Namun, saya tidak sadar
harus melakukan sesuatu untuk menghentikan penindasan. Saya pikir
itu karena karma kita, bukan melihatnya sebagai “berkultivasi
dimasa pelurusan Fa.”
Saya menyatakan pendapat ke Beijing sebanyak empat kali setelah 20
Juli 1999. Saya tinggal di Beijing hampir selama satu tahun dan
ditangkap berkali-kali. Saya suka berlatih gerakan di Lapangan
Tiananmen. Saya selalu menjadi yang terakhir di tangkap polisi.
Sebenarnya Guru tidak mengatur penderitaan itu untuk saya. Kapan
pun saya ditangkap di Beijing, semuanya karena keterikatan saya.
Setelah saya menyingkirkannya, saya dapat dengan mudah meloloskan
diri karena memang saya tidak memiliki penderitaan itu. Saat itu,
saya hanya tahu, saya harus menderita dan menyingkirkan karma.
Ditambah lagi perasaan saya yang kuat terhadap Guru, saya tidak
menyadari kultivasi dimasa pelurusan Fa kita. Karena konsep pikiran
saya, saya menambah penderitaan bagi diri saya sendiri.
Walaupun iblis sepertinya merambah langit menyelimuti bumi, saya
tinggal di Beijing. Sebenarnya Gurulah yang memberikan saya
keberanian.
Saya menyatakan pendapat kepada pemerintah kota maupun daerah
setelah 20 Juli 1999. Saya berada di Kota Guangzhou pada tanggal 20
Juli. Tidak ada tempat untuk menyatakan pendapat di Provinsi
Guangdong karena polisi menangkap praktisi di semua tempat. Jadi
saya pergi ke Beijing keesokan harinya dengan lencana Falun
tersemat di jaket saya. Saya menulis surat untuk mengklarifikasi
fakta Falun Gong dan mengirimkannya ke semua tingkatan
pemerintahan. Telepon rumah saya segera saja dipantau.
Setelah tiba di Beijing, pertama-tama saya pergi ke taman untuk
berlatih gerakan, berpikir bahwa dengan melakukannya praktisi lain
akan menemukan saya. Saya tidak takut. Hingga akhir, tidak ada
polisi yang datang menghentikan saya. Tetapi saya juga tidak
melihat praktisi. Saya juga membuktikan Fa di beberapa kota lain
setelah saya meninggalkan Beijing.
Setelah saya kembali ke Guangzhou dan membagikan pengalaman saya
dengan banyak praktisi. Saya beri tahu mereka bahwa kita semua
harus keluar membuktikan Fa dan memberitahu orang-orang mengenai
keindahan Falun Dafa.
Saya menggunakan telepon rumah untuk menghubungi praktisi dan
mengajak mereka untuk berlatih bersama. Karena telepon saya sudah
dipantau sejak Juli 1999, segera saja saya ditangkap dan dibawa ke
kantor polisi. Polisi menyuruh saya menulis surat jaminan dan
berjanji untuk tidak lagi berlatih Falun Gong. Saya duduk di sana
dan berkata, “Mengapa saya harus menyerah dan kalah dalam
berperang? Dafa kami harus jadi pemenang!” Saya masih memiliki
mentalitas bersaing pada saat itu. Polisi memaksa saya untuk
menulis sesuatu. Saya kemudian menulis kebaikan Falun Dafa. Mereka
mengawasi saya pada malam hari, dan terkejut saya tetap
bersemangat, walau tidak tidur. Seorang petugas bertanya, “Kalian
praktisi Falun Gong kelihatannya sangat hebat. Kami harus
bergiliran tidur, bagaimana bisa kamu tidak merasa mengantuk?” Saya
mengatakan keapanya, “Saya sedang menulis tentang keindahan Falun
Dafa. Adalah untuk menyebarkan Dafa. Bagaimana saya bisa merasa
mengantuk?” Saya dibebaskan keesokan harinya.
Pada bulan Agustus 1999 saya mengetahui bahwa orang yang
memerintahkan untuk menindas Falun Gong adalah iblis Jiang. Saya
kemudian berunjuk rasa lagi ke Beijing dan berencana untuk
mendatangi Zhongnanhai untuk menuntut Jiang. Saya mengonsep sebuah
surat untuk Jiang saat di kereta, dan langsung menuju Zhongnanhai
dengan taxi. Saya berjalan menuju pintu depan Zhongnanhai,
memberitahukan seorang penjaga bahwa saya adalah praktisi Dafa dan
ingin berbicara dengan Jiang. Seorang polisi berpakaian sipil
segera saja menyeret saya ke sebuah mobil van dan membawa saya ke
kantor polisi.
Mereka mengambil buku-buku Dafa yang saya bawa, lalu memindahkan
saya ke sebuah rumah sakit jiwa. Saya merasa bahwa tempat itu bukan
tempat bagi pengikut Dafa; maka saya berkata dalam hati kepada
Guru, “Guru, saya bersalah. Saya seharusnya tidak bekerja sama
dengan iblis. Polisi menahan banyak praktisi di rumah sakit jiwa.
Begitu saya masuk, para praktisi berteriak, “Apakah kamu seorang
praktisi? Kemarlah.” Saya kemudian bergabung dengan mereka dan
dengan gembira berlatih bersama lagi. Namun, tidak lama kemudian,
kepala Kantor Shenzhen di Beijing memindahkan saya ke kantor
mereka.
Saya dimasukan ke dalam sel tersendiri. Begitu petugas pergi, saya
segera berusaha meloloskan diri. Mereka mendengarnya, segera
kembali dan mengikat saya. Saya berkata bahwa saya ingin bertemu
dengan Jiang dan menuntutnya. Petugas itu menarik saya masuk ke
sebuah ruangan yang lain. Saya kemudian duduk bermeditasi. Ketika
para petugas pergi di malam hari, saya membuka pintu ruangan dan
menerobos kegelapan untuk turun ke bawah. Namun, tempat itu sangat
gelap, saya tidak dapat menemukan tangga. Saya terpaksa kembali ke
ruangan.
Dalam hati saya meminta bantuan Guru, “Guru saya tidak dapat
menemukan gerbang. Tolonglah saya. Saya tidak dapat tinggal di
sini. Saya harus menyatakan pendapat.” Lalu jendela di ruangan itu
terbuka. Saya melangkahi bingkai jendela dan menginjak air
conditioner (AC), berkata, “Guru, saya akan lompat ke bawah.” Saya
melonggarkan pegangan dan segera lompat ke bawah. Saya mendarat
dengan mantap di atas tanah. Saya melihat ke sekitar dan menemukan
bahwa saya masih berada di lapangan rumah sakit jiwa. Di lapangan
itu ada sebuah pintu gerbang yang dikunci dengan kunci yang besar.
Saya memeriksa kunci tersebut dan menemukan bahwa kunci itu terbuka
secara otomatis. “Terima kasih, Guru!” Saya membuka gerbang dan
cepat-cepat melarikan diri.
Saya memasuki hotel berbintang lima. Lencana Falun masih tersemat
di jaket saya. Saya memberitahukan pegawai hotel bahwa saya adalah
praktisi Falun Gong dan ingin tinggal di saya, tetapi saya tidak
punya tanda pengenal karena rezim komunis mengambilnya. Saya
berdiri di depan meja resepsionis, terus-menerus menceritakan fakta
mengenai penindasan kepada pegawai hotel. Akhirnya pegawai itu
memberikan sebuah kamar. Saya pikir saya harus mandi dan memeriksa
pakaian saya. Terkejut saya menemukan bahwa semuanya bersih seperti
baru. Mungkin mereka melewati dimensi lain.
Kemudian saya pergi ke Lapangan Tiananmen lagi, dengan pikiran,
mungkin saya dapat menemukan praktisi untuk bersama-sama menuntut
Jiang. Tetapi saya tidak menemukan seorang pun. Saya menelpon
beberapa praktisi dan membagikan pendapat saya. Mereka setuju untuk
datang ke Beijing. Saya kemudian pergi ke hotel murah untuk
mempersiapkan akomodasi bagi mereka. Saya memberitahukan pemilik
hotel bahwa saya adalah praktisi Falun Gong dan kartu identitas
saya telah diambil oleh polisi. Pemilik hotel berkata, “Tinggal
saja di sini. Jangan Kuatir.” Saya mengatakan, saya akan memesan
satu lantai dan meminta ia untuk menyediakannya untuk saya. Banyak
praktisi yang berhasil datang. Saya terus menerus memanggil
praktisi. Seiring makin banyaknya praktisi yang datang, kami
menyewa satu lantai lagi. Karena saya tidak memiliki keterikatan
terhadap takut, semua yang saya kerjakan berjalan dengan sangat
lancar.
( Bersambung ke
bagian 3 )
Chinese:
http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/10/明慧法会--勇猛精進-助师正法(2)-248890.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/18/129551.html