Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Gembira di Dalam Kesengsaraan

21 Feb. 2011 |   Oleh: seorang praktisi Falun Dafa di Israel


(Minghui.org) Saya tinggal di Jerusalem. Setiap Minggu, saya pergi ke Tel Aviv, kota tetangga, untuk urusan bisnis. Saya ingin berbagi dengan teman-teman praktisi tentang ujian Xinxing (watak, kualitas moral) yang harus saya lalui pada perjalanan terakhir saya ke sana, dan bagaimana saya mengatasinya.

Untuk pergi ke Tel Aviv, saya harus naik dua kali bis yang berbeda; yang pertama dari halte di dekat rumahku ke terminal bis induk lokal, dan yang kedua membawa saya dari sana langsung menuju Tel Aviv.

Pada pukul 10:15 pagi, saya berada di halte bis, yang terletak di seberang rumahku, menunggu bis yang akan tiba pada pukul 10:30. Pada pukul 10:32, bisnya belum juga tiba. Saya mulai merasa kesal. Dalam pikiran, saya menyalahkan si pengemudi bis karena malas dan tidak bertanggung jawab. Saya juga menyalahkan perusahaan bis dan Kementerian Perhubungan karena tidak mampu bekerja dengan baik.

Pada pukul 10:40, ketika bisnya belum juga tiba, saya menjadi sangat marah dan mulai merasa tidak enak badan. Saya berasa seperti ada iblis yang sedang menghisap energi saya, dan saya harus duduk. Sebagai bimbingan dan meringankan penderitaan, saya coba untuk mengingat Fa yang telah  saya pelajari pagi itu. Apa yang muncul di depan padangan adalah kalimat terakhir yang saya baca sebelum meletakkan buku itu.  Yaitu judul bab di Ceramah Pertama Zhuan Falun: “Berlatih Gong Mengapa Tidak Tumbuh Gong.”

Sambil memikirkan pertanyaan itu, saya menyadari apa yang membuat Gong tumbuh yaitu kultivasi Xinxing, dan salah satu bagian dari kultivasi Xinxing adalah melenyapkan amarah. Lalu saya menenangkan diri dan memantapkan pikiran bahwa saya akan naik bis berikutnya, yang telah dijadwalkan akan tiba pada jam 11:00.

Sambil berdiri di halte bis, saya memiliki banyak waktu untuk mencari ke dalam. Seluruh kejadian dalam hidup saya  tersirat di depan mata. Saya tiba-tiba melihat saya telah berdiri di halte bis yang sama ratusan kali, atau di halte bis yang lain, menunggu bis yang terlambat dengan tidak sabar, marah, dan kecewa, diselubungi oleh kegelapan dan kesuraman. Dan sekarang saya rasa bisa melewatinya dan seterusnya.

Bis tiba jam 11:00 tepat. Beberapa penumpang lain, bersama-sama dengan saya menunggu bis pukul 10.30, masih sangat marah karena bisnya belum tiba dan mengeluh kepada pengemudi bis karena hal itu. Tetapi saya tidak. Saya merasa gembira dengan kesadaran baru saya.

Ketika tiba di terminal bis induk, saya merasa jengkel ketika mengetahui bis jurusan Tel Aviv ditunda keberangkatannya karena masalah keamanan. Saya mencoba untuk menangani masalah itu dengan memancarkan pikiran lurus: “Apakah ini sebuah cobaan Xinxing lagi?” Lalu, saya buru-buru meninggalkan terminal bis induk dan pergi ke stasiun taksi terdekat. Taksi-taksi yang akan berangkat menuju Tel Aviv adalah minibus yang dapat mengangkut sepuluh penumpang.

Lega rasanya setelah menemukan sebuah tempat duduk yang kosong, saya meloncat naik ke taksi yang pertama, memasang sabuk pengaman, membuka buku Fa, dan menguatkan diri dalam perjalanan yang akan  saya tempuh. Saya berpikir, “Huh! Akhirnya, saya dalam perjalanan menuju Tel Aviv!” Tetapi saya keliru; masalah baru saja dimulai: mesin taksi tiba-tiba tidak mau dihidupkan. Pengemudinya mencoba dan mencobanya lagi, namun tidak berhasil. Banyak penumpang marah dan kecewa; tidak seorang pun suka jika segala sesuatu yang direncanakan tidak berjalan mulus. Saya berusaha untuk tidak jatuh dalam kemarahan lagi dan menunggu dengan sabar untuk mendapatkan solusi.

Setelah gagal menghidupkan mobilnya, pengemudi meminta semua penumpang turun dan pindah ke taksi baru yang diparkir dekat sana. Semua orang berlari menuju taksi baru tersebut.

Di dalam taksi baru itu, kami menunggu supir taksi. Tetapi setelah sepuluh menit, tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Tidak perlu dijelaskan betapa kesalnya beberapa penumpang. Dan diri saya, masih dapat menjaga kondisi pikiran yang positif, karena antara perpindahan dari bis ke taksi saya sempat membaca beberapa Fa; satu kalimat di sini dan satu kalimat di sana. Dan ini memperluaskan pikiran saya, membuat saya melihat gambar yang lebih besar dan sabar. Saya merasa bahwa skenario terburuk adalah saya tidak bisa sampai di Tel Aviv. Jika demikian, memangnya kenapa? Bukankah itu hanya sebuah ujian kecil?

Duduk di sana, menunggu supir taksi datang, saya memiliki kesempatan untuk membayangkan kembali kejadian-kejadian aneh yang menimpa diri saya sejak berangkat dari rumah pagi itu. Tidak akan tampak aneh jika bis terlambat atau taksi mogok, tetapi kasus saya adalah semua kendaraan yang saya naiki pada hari itu mengalami masalah. Menurut perhitungan saya, kejadian aneh itu terjadi dalam miliaran kesempatan. Israel adalah negara maju dan bukan negara primitif. Di sini, bis dan taksi semuanya baru, disiplin kerja tinggi dan semua jadwal terkomputerisasi. Jadi, bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Menurut pemahaman saya, sebagai seorang praktisi, adalah ada seseorang yang sedang mengatur semua ini dari belakang untuk menguji saya.

Salah satu penumpang, yang sangat marah dan tidak sabar, turun dari taksi untuk mencari supir. Semenit kemudian akhirnya dia menemukan supir dan mereka bersama-sama kembali ke taksi. Apakah masalah kami sudah selesai? Apakah akhirnya kami dapat pergi ke Tel Aviv sekarang? Tidak. Supir meminta kami untuk kembali ke taksi yang tadi, yang mengalami mogok, karena mereka telah memperbaikinya.

Begitu mendengarkan ini, kami berdesakan cepat-cepat keluar dari taksi itu dan berlari kembali ke taksi yang lama untuk mendapatkan tempat duduk. Karena sekarang makin banyak orang telah tiba di stasiun taksi, maka makin banyak penumpang berebut tempat duduk, dan orang-orang pada khawatir ketinggalan. Saya tertawa geli dan seenteng seperti anak kecil.

Seorang penumpang wanita, yang menjadi orang terakhir untuk naik ke taksi, kurang beruntung. Semua tempat duduk telah diduduki, tinggal dia berdiri di jalan sambil berteriak dan mengeluh bahwa dia lebih berhak mendapatkan tempat duduk dari siapapun karena dia yang pertama sampai di stasiun taksi. Supir taksi merasa sangat sedih dan ingin mengakhiri masalah memalukan ini, dia turun dari mobil dan berkata kepada semua penumpang, bahwa penumpang terakhir yang tiba di stasiun taksi harus turun dari taksi dan memberikan tempat duduknya kepada wanita ini.

Tidak satupun yang bergerak. Saya mencari ke dalam dan berpikir: bukankah saya yang paling akhir tiba di stasiun taksi, dan saya tidak harus memberikan tempat duduk saya kepada wanita ini, tapi saya akan memberikannya, karena merasa ini adalah hal yang patut dilakukan. Saya juga memiliki perasaaan aneh bahwa ini adalah ujian terberat dan terakhir hari itu.

Saya turun dari taksi, sementara beberapa penumpang memuji dan berterima kasih kepada saya. Saya merasa sangat senang.

Tak lama setelah taksinya pergi, sebuah taksi lain datang menjemput saya. Kemudian perjalanan menjadi cepat dan lancar. Akhir hari itu saya dapat menyelesaikan semua rencanaku di Tel Aviv, bahkan dengan sangat baik.

English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/1/24/122837.html