(Minghui.org) Partai Komunis China (PKC)
telah menggunakan metode-metode brutal dan kejam dalam
penganiayaannya terhadap praktisi Falun Gong. Kebrutalan dan
kejahatannya di luar bayangan setiap orang. Salah satu metode yang
digunakan secara luas untuk menyiksa praktisi Falun Gong adalah
penyuktikan obat perusak saraf atau obat yang memperburuk rasa
sakit, untuk membuat praktisi menderita jika cara penyiksaan lain
tidak berhasil. Inilah salah satu cara PKC dalam memaksa praktisi
untuk “diubah” atau “merusak mereka secara fisik.” Kejahatan
semacam ini dilakukan di kamp kerja paksa, penjara-penjara, rumah
sakit jiwa, pusat penahanan, dan berbagai fasilitas rejim komunis
di mana praktisi Falun Gong di tahan secara ilegal, dan praktek
semacam ini dilakukan dalam skala luas.
Pada 17 Maret 2010, beberapa
organisasi HAM menggelar sebuah seminar menyangkut isu-isu
pelanggaran HAM di China di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa
di Jenewa. Salah satu topik yang dibahas adalah bagaimana PKC
menggunakan obat-obatan untuk merusak kemampuan berpikir dari
praktisi Falun Gong, untuk mengikuti keyakinan dan mempertahankan
hati nurani mereka.
Kejahatan-kejahatan yang Tak Terbayangkan
Antara 2002 dan 2004, situs web Minghui telah melaporkan kasus tiga
praktisi Falun Gong -- Ping Chunfeng, pria, mantan kepala seksi
Departemen Logistik Univeritas Normal Qinghai; Fan Lihong yang
berusia 29 tahun, wanita, dan Zhang Xuefeng, wanita -- yang
mengalami kerusakan jaringan saraf dan meninggal dunia setelah
disuntik atau dipaksa minum obat yang tidak diketahui jenisnya.
Kepala Pusat Rehabilitasi Narkoba Wanita Provinsi Qinghai, Xiang
Jianmei menyatakan, “Satu suntikan berharga lebih dari 100
yuan.”
Sebelum kematian mereka, Fan Lihong dan Zhang Xuefeng memberitahu
kepada banyak orang tentang apa yang mereka alami, tetapi orang
sulit mempercayainya, karena kengerian dan kebencian yang sulit
dimengerti. Meskipun anggota keluarga mereka tidak menaruh cukup
perhatian, dan kemudian menyesalinya setelah kedua praktisi ini
meninggal dunia.
Banyak laporan selama lebih dari sepuluh tahun ini di situs web
Minghui yang memastikan bahwa praktek meracuni dengan obat-obatan
benar-benar terjadi dan diberikan secara luas kepada praktisi Falun
Gong di China. Menurut Pusat Informasi Minghui, sejak 2004, paling
sedikit 1378 kasus yang dilaporkan tentang praktisi yang ditahan
secara ilegal secara diam-diam dan dengan paksa diberikan obat
tidak diketahui jenisnya atau disuntik dengan obat racun. Kejadian
ini terjadi di 20 provinsi dan kota, kasus yang paling serius
ditemukan di Provinsi Shandong, Hebei, Liaoning, Heilongjiang,
Hunan, dan Sichuan. Terdapat 621 kasus di mana praktisi dibawa ke
rumah sakit jiwa dan disiksa dengan obat racun. Kasus-kasus ini
dijumpai di lebih dari 100 rumah sakit jiwa dan 27 provinsi, kota,
dan daerah otonomi khusus. Masih banyak kasus yang belum dilaporkan
sehubungan dengan pemblokiran informasi oleh Partai Komunis
China.
Agen-agen Komunis secara rahasia menyuntik obat-obat tak dikenal
atau menaruh obat racun ke dalam makanan praktisi, sehingga
mengakibatkan tubuh terasa tidak enak, susah berjalan, sulit
berbicara, tidak dapat bereaksi dan mengingat dengan baik,
kerusakan organ tubuh. Beberapa praktisi bahkan menderita kerusakan
mental total atau tidak dapat sadar dari pingsan yang sangat lama
serta pikirannya mengalami gangguan. Pada banyak kasus, praktisi
Falun Gong disiksa sampai menjadi lumpuh, mengalami kerusakan
jaringan saraf, dan bahkan kematian.
Kesaksian Penjaga Penjara, Kriminal dan Orang-orang yang
Terkait
Jiang Guobo, pria pernah menjabat setingkat deputi daerah di Komite
Politik Dan Pengadilan Kota Weifang, Provinsi Shandong. Jiang
dibawa ke Kamp Kerja Paksa Weifang pada November 2005, di mana dia
melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan ilegal. Sekitar
sebulan setelah dia ditahan di kamp kerja paksa, sejenis obat yang
tidak dikenal dicampurkan ke dalam makanannya dan dipaksa makan,
membuatnya menjadi pusing dan kadang-kadang tidak dapat berdiri
atau duduk. Dia sangat takut untuk memejamkan matanya karena merasa
bumi terus berputar. Selama empat bulan di kamp kerja paksa, semua
obat yang tidak dikenal diberikan padanya. Ada yang mempengaruhi
otaknya, membuatnya jadi pusing dan sakit kepala. Ada juga yang
merusak hati, limpa dan ginjal, mengakibatkan semua organ ini
bengkak dan membuat dia menderita sakit yang luar biasa di sekitar
hatinya. Ada obat yang membuat jantungya berdetak cepat tidak
normal, mengakitbakan sakit di dada dan sesak nafas. Obat yang lain
lagi membuat dia menderita sakit perut yang luar biasa. Ada obat
yang membuat giginya copot. Dan yang paling parah adalah membuatnya
kehilangan kekuatan. Dia merasa lemah dan tidak kokoh saat berdiri.
Kedua tangan dan kakinya terasa seperti lumpuh, sama sekali tidak
ada tenaga. Dia juga mengalami gejala lain, seperti tiba-tiba
berkeringat deras, merasa sangat dingin, rasa gatal yang tak
tertahankan di sekujur tubuh, demam tinggi, rasa sakit di otot dan
persendian, diare, tidak dapat buang air kecil dan besar dan
lain-lain. Gejala-gejala ini tidak dapat diidentifikasi oleh Jiang.
Kemudian obat-obat tak dikenal ini ditumbuk menjadi bubuk dan
dicampurkan ke dalam air panas atau bahan lain agar Jiang tidak
mengetahuinya.
Pada pertengahan Desember 2005, setelah dicekok paksa dengan obat
tak dikenal di makanannya, Jiang tersiksa sekali oleh rasa sakit di
perutnya. Dia berkeringat deras dan jantungnya terasa tidak nyaman.
Sekitar jam 23.00, karena melihat kondisi Jiang, petugas yang
bertugas malam itu menelepon Zhun Anle (kepala Seksi Adminitrasi
Kamp Kerja Paksa) dan dokter kamp kerja paksa, Liu, ke sel isolasi
untuk melihatnya. Jiang mengatakan pada mereka bahwa dia tahu ada
obat yang dicampur ke dalam makanannya, dan merusak jantungya. Zhu
Anle berulang kali menyangkal dan berkata bahwa tidak ada obat yang
diberikan yang mempengaruhi jantung. Ia berkata, “Saya yakin bahwa
tidak ada obat yang diberikan kepadamu yang akan mempengaruhi
jantung kamu, karena dokter selalu memberitahuku obat apa yang akan
dia gunakan sebelum dia melakukannya. Mereka tidak memberitahuku
bahwa mereka akan menggunakan obat sejenis itu akhir-akhir ini.”
Dia tiba-tiba menyadari apa yang baru saja dia katakan dan berhenti
berbicara. Dia cepat-cepat berpaling dan meninggalkan sel.
Penyiksaan yang dilakukan di Kamp
Kerja Paksa Wangcun di Provinsi Shandong (Peragaan): praktisi Falun
Gong ditempatkan di sel isolasi dengan tangan diborgol ke
bingkai jendela selama lebih dari 80 hari
Selama tahun 2008 dan 2009,
kurang lebih 300 praktisi telah ditahan secara ilegal di Divisi 7
dan 8 Kamp Kerja Paksa Pria Kedua Provinsi Shandong. Para petugas
kamp memerintahkan narapidana lain untuk mencampurkan obat yang
tidak jelas ke dalam makanan yang akan diberikan kepada praktisi.
Obat itu melemahkan mental maupun fisik mereka.
Menurut keterangan beberapa narapidana, petugas penjara secara
diam-diam memerintahkan beberapa tahanan kriminal untuk memasukkan
obat yang tidak jelas itu ke dalam makanan yang akan diberikan
kepada praktisi. Obat itu mengakibatkan gejala seperti sakit
kepala, pusing, tubuh mati rasa dan hidung berdarah, dan juga
pembengkakan pada wajah, telapak kaki serta kaki. Tujuan petugas
penjara adalah untuk menghancurkan tekad dan semangat praktisi
serta memaksa praktisi untuk melepaskan Falun Gong.
Petugas penjara dan narapidana yang terlibat dalam pemberian obat
kepada praktisi antara lain:
Penjaga: Li Gongming, Song Nan, Luo Guangrong, Zhang Qin, and Bi
Haitao
Narapidana: Jiang Guocheng, Huang Wei, Cong Peikuan, Cao Ren, Yu
Songliang, dan Wang Yong
Gong Ruiping adalah seorang guru sekolah menengah yang teladan. Dia
ditahan pada tahun 2003 di Divisi 3 Penjara Wanita Beijing. Dia
dikurung di sel isolasi untuk waktu yang lama, dia dipukul dan
dikurangi tidurnya. Dia juga dicuci otak dalam upaya untuk
memaksanya berhenti berlatih Falun Dafa. Kepala divisi secara
diam-diam memberinya sejenis obat yang berbahaya selama hampir enam
bulan. Kepala divisi pernah bilang, “Dia dipaksa untuk minum obat
setiap hari. Sudah enam bulan. Bahkan seorang yang sehat pasti akan
terluka.”
Yue Changzhi, 70 tahun, adalah seorang teknisi elektronik yang
bekerja di Kementrian Antariksa China. Dia ditahan secara
ilegal di Penjara Wanita Beijing. Dia adalah seorang wanita yang
berpandangan luas, meskipun betapa susah hidupnya. Ketika berada di
penjara, pada awal Juli 2004, dia menyatakan niatnya untuk kembali
berlatih Falun Gong. Dia menanggung derita yang berat untuk empat
bulan berikutnya. Meskipun melewati banyak cobaan, pikirannya tetap
jernih, dan kebulatan tekadnya tidak pernah goyah. Pada akhir 2004,
dia tiba-tiba merasa penglihatannya kabur dan kepalanya pusing,
tubuhnya terasa sakit yang luar biasa. Yue berkata, “Kondisi
mentalku yang tidak stabil bertambah buruk pada malam hari, saya
merasakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, dan
saya tidak jelas di mana diriku berada. Saya berada di Bangsal 10
di lantai empat sepanjang waktu, tapi saya berasa seperti berada di
ruang bawah tanah. Saya tidak dapat menemukan jalan menuju kamar
kecil meski saya sudah berada di sini selama sepuluh bulan. Hal
yang paling serius adalah saya menderita rasa sakit yang luar biasa
di sekujur tubuhku. Seluruh sel terasa sakit; saya bahkan tidak
dapat berdiri.”
Yue Changzhi (kiri) di Australia,
November 2008
Praktisi Xian Yuzhen, wanita,
dari Kabupaen Yilong, Kota Nanchong, Provinsi Sichuan, seluruh
tubuhnya masih bengkak di mana kakinya terasa sakit dan mati rasa,
dan tidak dapat berjalan selama lima bulan setelah dia dibebaskan
dari Kamp Kerja Paksa Nanmusi. Dia juga mengalami sakit kepala,
pusing-pusing, dan hilang ingatan. Selama masa penahanannya di Kamp
Kerja Paksa, dia dibawa ke rumah sakit kamp dan diberi suntikan
yang tidak jelas selama tiga hari. Pada waktu itu, seorang pekerja
kamp yang cemas melihat kondisi Xian memberitahunya, “Rejim PKC
telah mengembangkan sebuah racun yang akan diberikan secara khusus
kepada praktisi Falun Gong. Setiap praktisi yang diberi racun
dengan paksa akan mendapatkan bintik-bintik merah dikulitnya dan
terasa gatal di seluruh tubuhnya, kakinya akan mengeluarkan nanah.
Juga akan menimbulkan gejala-gejalan seperti kehilangan
kesadaran.”
Beberapa kamp kerja paksa bahkan secara terang-terangan menyiksa
praktisi dengan obat-obatan. Kepala divisi Ren dari Divisi Dua Kamp
Kerja Paksa Wanita Xi’an (atau juga disebut sebagai Kamp Kerja
Paksa Wanita Shaanxi) menghasut tahanan narkoba agar memberikan zat
yang tidak jelas kepada praktisi Falun Gong. Praktisi yang dikurung
di sel isolasi memakan sayur-sayuran beracun untuk waktu yang
sangat lama. Beberapa dari mereka mengalami bengkak di
seluruh bagian tubuh, dan ada yang hanya tersisa kulit membalut
tulang saja. Li Shulian dari Kota Yan’an pernah sekali ditahan
secara ilegal di sini. Setiap kali makan, seorang tahanan akan
membuka sebuah kapsul yang berisi zat bubuk yang diberikan oleh
kepala divisi lalu menuangkannya ke mangkok Li Shulian, setelah itu
mencampurkan kuah dan sayur-sayuran ke dalamnya. Tahanan itu juga
membawakan sayur-sayuran dan beberapa kue kukus kepada Li Shulian
dan praktisi yang berada di sel isolasi. Setelah praktisi
memakannya, perut mereka akan membengkak. Mereka akan menjadi
lemas, sakit kepala dan mual-mual.
Sebelumnya Sangat Sehat, Sekarang Disiksa sampai Sarafnya
Rusak dan Lumpuh
Ketika penyiksaan dan penipuan tidak dapat menggoyahkan keyakinan
kuat praktisi, rejim Komunis mulai menggunakan obat-obatan sebagai
salah satu cara tersembunyi yang paling kejam untuk menyiksa
praktisi. Praktisi diberikan suntikan racun yang merusak sistem
saraf pusat mereka dengan paksa, sehingga mengakibatkan praktisi
menjadi disorientasi atau kehilangan kemampuan berbicara selama
beberapa jam.
Rumah Sakit Kamp Kerja Paksa
Xishanping, Chongqing
Kang Hong adalah tamatan dari
Fakultas Kedokteran Anak-Anak di Universitas Kedokteran Chongqing.
Kang menghabiskan waktu delapan tahun di penjara karena keyakinan
teguhnya pada Falun Gong. Tulang kering Kang retak pada akhir
Agustus 2008. Untuk memprotes perlakuan tidak manusiawi ini, Kang
melakukan mogok makan. Setelah itu, dia dibawa ke Rumah Sakit Pusat
Kamp Kerja Paksa Xishanping, di sana dokter memberinya beberapa
suntikan. Tidak lama setelah itu, Kang akhirnya kehilangan
kesadaran, berteriak tidak jelas dan bahkan menggosokkan kotoran ke
mukanya. Dia juga tidak mengenali ibunya sendiri. Ini merupakan
gejala dari obat perusak saraf.
Tang Yi menerima gelar Magisternya dari Universitas Tranportasi
Barat Daya. Dia adalah Insinyur Jembatan di Perusahaan Kelima di
bawah Biro Kesebelas Jalur Kereta Api China. Tidak lama setelah
Kang Hong dibawa ke Rumah Sakit Pusat Xishanping, dia dicekok paksa
dan diberi beberapa suntikan. Setelah berada di ambang kematian,
akhirnya dia dilepaskan dengan pembebasan bersyarat dengan alasan
kesehatan. Tang menderita gejala kerusakan sistem saraf pusat. Dia
menjadi lumpuh, dan mengalami gangguan fungsi pada usus dan kantong
kemihnya. Dia meninggal dunia pada 22 September 2009, di usia 46
tahun.
Zhang Chunlin adalah seorang petugas Pertanian Hongguan di sebuah
Kota Kecil Baiyilaga, Kabupaten Qianguo, Kota Songyuan, Provinsi
Jilin. Dia adalah mantan kepala divisi utama Pertanian Hongguan.
Dia sangat jujur dan dihormati sebagai seorang petugas yang
teladan. Karena keyakinanya yang teguh pada Falun Dafa, dia
dianiaya oleh PKC. Pada 1 September 2008, dia disuntik dengan obat
yang tidak jelas di Pusat Penahanan Kabupaten Qianguo. Dia tertidur
untuk waktu yang sangat lama, dan terus tertidur sampai hari
berikutnya. Pada saat bangun, dia menderita gejala seperti kondisi
mental tidak stabil. Dia berbicara tidak jelas dan hilang
ingatan.
Dong Jingzhe, seorang desainer iklan berusia 32 tahun, adalah salah
satu praktisi yang menyelamatkan Gao Rongrong. Dong menanggung
penyiksaan brutal secaral fisik dan mental di Kamp Kerja Paksa
Masanjia. Pada 2005, petugas-petugas di Masanjia membelenggunya
pada ranjang besi. Lalu petugas menyuntikan lebih dari 70 botol (5
botol berukuran 500 ml per hari) obat yang tidak jelas. Obat itu
mengakibatkan kelumpuhan pada kakinya. Banyak praktisi yang anggota
badannya menjadi lumpuh setelah disuntik dengan obat tersebut di
Masanjia.
Dong Jingzhe sebelum lumpuh,
setelah disuntik dengan obat yang tidak jelas, sekarang dia tidak
dapat merawat dirinya sendiri
Pada Juli 2004, petugas Wang
Lihua dari Divisi 7 Kamp Kerja Paksa Wanita di Heizuizi membawa
praktisi Zhao Jinling keluar dari sel tahanannya. Dua jam kemudian
ketika Zhao dibawa kembali, matanya terlihat sangat sayu dan berair
mata. Dia tidak dapat berbicara, meneteskan air liur tak
terkontrol, dan semua anggota badannya menjadi mati rasa.
Kesadarannya hilang dan tidak tahu dia tidak memakai pakaian.
Setelah kembali dari kamar mandi, dia lupa memakai kembali
celananya. Zhao, 21 tahun, adalah seorang pendiam, dan wanita yang
cantik. Tapi hanya dua jam bagi petugas di kamp kerja paksa untuk
membuatnya menjadi seorang yang mengerikan hanya karena dia teguh
percaya Falun Gong. Dua praktisi yang lain, Li wei dan Liu Wenwen,
juga dianiaya dan berujung pada kondisi yang sangat mengerikan
seperti Zhao. Kedua praktisi itu juga baru berusia dua
puluhan.
Sama Sekali Mengabaikan Kehidupan Manusia
Zhang Fuzhen adalah seorang praktisi yang berusia 38 tahun dari
Kota Pingdu, Provinsi Shandong. Dia bekerja di Taman Xianhe di Kota
Pingdu, Provinsi Shandong. Pada 2001, dia ditangkap dan dibawa ke
Pusat Pencucian Otak Kantor 610 di Pingdu, dan tidak pernah pulang
lagi. Menurut keterangan seorang saksi mata, polisi melepaskan baju
Zhang, dan mencukur rambutnya. Mereka menyiksa dan menghinanya. Dia
diikat, dengan lengan terbuka, di atas ranjang; dia menjadi lemas
di atas ranjang. Kemudian mereka menyuntiknya obat beracun. Tidak
lama setelah disuntik dengan obat itu, dia merasakan sakit yang tak
tertahankan. Dia berontak bagaikan orang gila, dan akhirnya
meninggal dunia dalam kondisi yang sangat menyakitkan. Petugas
Kantor 610 menyaksikan seluruh peristiwa kematian Zhang
Fuzhen.
Ju Yajun, berusia 33 tahun, merupakan seorang petani di Kotapraja
Yuquan, Kota Acheng, Provinsi Heilongjiang. Dia sehat dan jujur,
dikenal sebagai orang yang baik di lingkungan desa. Dia ditangkap
dan dibawa secara ilegal ke Kamp Kerja Paksa Chanlingzi di Harbin
karena teguh percaya pada Sejati-Baik-Sabar. Dia dibawa ke klinik
untuk dicekok secara paksa pada sore hari, 21 Oktober 2001, karena
melakukan mogok makan untuk memprotes hukuman ilegal yang
diterimanya. Mereka menyuntikan obat yang tidak jelas saat dicekok
paksa. Setelah kembali, dia seperti mau pingsan dan tidak dapat
mengucapkan kalimat dengan benar. Dia beberapa kali menunjuk
lengannya dan berkata, “Suntikan jarum, suntikan jarum...” Untuk
melepaskan tanggung jawab, petugas kamp kerja paksa membawanya
pulang pada 24 Oktober 2001. Dia meninggal dunia dua hari kemudian,
meninggalkan seorang ayah yang berusia tujuh puluhan dan seorang
anak yang masih kecil.
Zhang Dezhen, berusia 38 tahun, seorang guru biologi yang bekerja
di Sekolah Menengah Keenam (juga dikenal dengan nama Sekolah
Menengah Jiuhai) di Kabupaten Mengyin. Pada 19 September 2002, dia
sekali lagi ditangkap dan ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten
Mengyin. Dia melakukan mogok makan untuk memprotes penangkapannya,
dan dipaksa minum obat di Rumah Sakit Pengobatan Tradisional China
Kabupaten Mengyin beberapa kali. Pada 31 Januari 2003, di malam
Tahun Baru Imlek, dia meninggal dunia setelah disuntik obat yang
tidak jelas.
Zhang Dezhen, guru sekolah
menengah di Kabupaten Mengyin. Zhang meninggal dunia setelah
disuntik obat yang tidak jelas
Pada 31 Januari 2003, Zhang
Dezhen dan tiga praktisi lainya (termasuk Zhang Guifeng dan Wang
Xiangying) dimasukkan ke dalam kendaraan polisi, dibawa ke Rumah
Sakit Pengobatan Tradisional China dan ditempatkan di sebuah
ruangan di lantai pertama. Zhang Dezhen pingsan saat dalam
perjalanan menuju rumah sakit. Tetapi tidak ada pertolongan yang
diberikan padanya, malahan empat praktisi semua disuntik dengan
obat yang tidak jelas, dan mengakibatkan mereka semua merasa sangat
panas, mulut kering, rasa sakit di seluruh tubuh dan lemas di kaki
mereka. Wang Xianying bertanya kepada dokter Wang Chun Xiao dan
Kepala Pusat Penahan Sun Kehai, “Sebenarnya obat apa yang kalian
berikan kepada kami?” Sun tidak menjawab, malahan berkata dengan
nada tertawa, “Bukankah enak rasanya?” Petugas dan dokter
menggantungkan empat botol obat infus di empat sisi ranjang Zhang
Dezhen, dan berbicara satu sama lain tentang bagaimana mereka akan
menyelamatkan Zhang. Kemudian salah satu dokter menyuntikan obat
yang tidak jelas, setelah itu Zhang segera menjadi diam. Seorang
petugas yang berdiri di sebelahnya berkata dengan nada rendah,
“Satu lagi tamat.”
Chinese:
http://minghui.ca/mh/articles/2011/1/27/药物摧残-灭绝人性的罪恶(图)-235374.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/2/20/123358.html