(Minghui.org) Penjara Wanita Hunan
terletak di Jalan Xiangtan No. 528 di Kota Changsha, Provinsi
Hunan. Sejak Partai Komunis China memulai penganiayaannya terhadap
praktisi Falun Dafa pada 1999, blok sel ke-6 digunakan secara
ilegal untuk mengurung praktisi wanita Falun Dafa. Di dalam sana,
proses pencucian otak dilakukan dengan menggunakan penyiksaan dan
kekerasan untuk memaksa praktisi melepaskan keyakinan mereka
terhadap Falun Dafa. Tingkat kekerasan dari proses transformasi
sangatlah tinggi, dilaksanakan dengan cara-cara yang bengis dan
kejam.
Dari 2007 sampai 2009, penjara
ini telah menampung kurang lebih sekitar seratus praktisi Falun
Gong. Pada 2010, jumlah tersebut berkisar antara delapan puluh
hingga sembilan puluh orang.
Blok sel pertama dan keenam menahan para praktisi yang telah
dirubah pemikirannya, atau yang telah menjadi sepaham dengan jalur
iblis, di mana semua itu berlawanan dengan kemauan praktisi
sendiri. Sedangkan Tim kedua menangani para praktisi yang masih
teguh pada keyakinan mereka. Sebelum 2007, tim pertama berada di
lantai kelima di gedung yang berbentuk huruf U. Terdapat sepuluh
sel secara keseluruhan. Di setiap selnya terdapat dua belas tempat
tidur (tipe futon), dan diisi oleh tujuh atau delapan praktisi,
empat atau lima tahanan lain ditugaskan untuk mengawasi praktisi.
Tim kedua berada di lantai ketiga di gedung yang sama. Setiap sel
terdapat dua atau tiga praktisi, dengan lima atau enam tahanan lain
ditugaskan untuk mengawasi keseluruhan tim. Setelah 2007, tim
pertama pindah ke sebuah gedung baru yang lebih dekat dengan
gerbang ketiga dari penjara.
Berikut ini adalah nama-nama yang mengorganisir sesi pencucian
otak. Kepala blok sel tahanan keenam di penjara: Xiao Ping; Wakil
Kepala area keenam Zhou Chan; kepala tim pertama Li Jun; kepala tim
kedua Tang Ying; Instructor Pendidikan Deng Jin; wakil kepala
Bagian Pendidikan Xue Fang; kepala pusat pencucian otak Mao
Huiping; dan para petugas antara lain Zhou Xiaolan, Li Ling, Liu
Qian, Zhang Yuyu, Yuan Lihua.
Praktisi diperintah untuk kerja paksa dan melakukan pekerjaan
harian lainya di sel tahanan mereka. Mereka tidak diijinkan keluar
kecuali ada kunjungan keluarga. Praktisi di tim kedua diberikan
pekerjaan yang berat. Sebelum 2007, praktisi di tim pertama harus
mengikuti proses pencucian otak selama setengah hari, dan setengah
hari sisanya harus melakukan kerja paksa. Setelah 2007, praktisi
dipaksa untuk bekerja hari penuh. Pekerjaan yang dilakukan antara
lain mengupas kacang, membuat tikar dari bambu. (tikar bambu
digunakan secara luas sebagai alas tidur di China, khususnya pada
waktu musim panas. Tekstur khusus dari bambu membuat tikar hasil
buatan terasa lebih adem. Tikar terbuat dari potongan-potongan
bambu yang dirajut menjadi satu). Praktisi juga dipaksa bangun pada
jam enam pagi, dan setelah mandi dalam waktu yang sangat singkat
langsung bekerja. Tugas harian biasanya adalah mengupas 30 sampai
40 pon kacang-kacangan. Ketika mendapat tugas pekerjaan yang lebih
berat, maka setiap orang dipaksa untuk mengupas 50 sampai 60 pon
kacang, kadang-kadang sampai 80 pon sehari. Tikar bambu untuk
sofa diperlukan sebanyak 10 buah dalam sehari, tikar bambu untuk
ranjang kecil dibutuhkan satu buah per hari, pembuatan sebuah tikar
bambu untuk ranjang besar membutuhkan dua orang untuk
menyelesaikannya dalam seharian penuh. Beberapa praktisi tua
dipaksa bekerja hingga pukul 9 malam, 10 malam bahkan lebih larut
lagi. Mereka yang bekerja di bagian pengupasan kulit
kacang-kacangan dengan pisau waktunya diperpanjang. Tangan-tangan
mereka pun sering terluka sampai berdarah karena tergores oleh
pisau.
Pencucian Otak Yang Brutal
Pada paruh terakhir tahun 2004, penjara memprakarsai sesi pencucian
otak yang akan berlangsung selama tiga bulan. Pada 2005, penjara
menggunakan cara penyiksaan untuk memaksa praktisi melepaskan
keyakinan mereka terhadap Falun Dafa. Berbagai metode penyiksaan
termasuk dipaksa berdiri atau berjongkok dalam waktu yang luar
biasa lama, memborgol tangan mereka ke belakang, pemukulan,
penghinaan secara verbal, disirami air dingin ketika musim dingin,
dan juga berbagai bentuk penghinaan dan ancaman lainnya.
Berjongkok tanpa gerak untuk waktu
yang sangat lama (peragaan)
Kedua tangan diborgol ke belakang (peragaan)
Pusat pencucian otak pada mulanya
berlokasi di lantai di atas ruang kunjungan. Pada April 2006, pusat
pencucian otak dipindahkan ke satu lantai di atas kafetaria. Di
lantai tersebut, salah satu sisi dari ruang utama dipakai sebagai
ruang penyimpanan barang dan sisi lain digunakan untuk pencucian
otak. Terdapat kurang lebih 5 ruangan, dengan enam sampai delapan
ranjang (jenis futon) di setiap ruangnya. Satu praktisi diawasi
oleh dua atau tiga tahanan, kadang-kadang bahkan sampai enam
tahanan. Dibawah perintah petugas, para tahanan dengan licik
menganiaya praktisi. Sekitar 2010, para petugas menginginkan ruang
fasilitas yang kedap suara untuk melakukan pencucian otak, dan
mereka pun pindah ke lantai yang terletak di atas lantai yang
terdiri dari sel-sel isolasi.
Gao Jiarui dari Changde dibawa ke pusat pencucian otak pada Maret
2006. Pada saat dia dilepaskan, kedua kakinya menjadi bengkak. Dia
dibawa ke tim pertama. Pada Juli 2006, dia pun selesai menjalani
proses transformasi yang dipaksakan dengan “sukses”. Dia diperintah
untuk berbicara di sebuah pertemuan dengan tujuan untuk memfitnah
Falun Gong. Tetapi Gao malah berbicara bagaimana Falun Gong
membantunya menjadi seorang yang baik, mengklarifikasi fakta kepada
orang-orang dan meluruskan Fa. Setiap orang, khususnya orang yang
menganiayanya, terkejut atas keberaniannya. Setelah itu, petugas
mulai menganiaya dia lagi, memaksanya melakukan pekerjaan berat,
dan dipaksa mengupas 80 pon kulit kacang setiap hari. Petugas juga
menghinanya, pintu dan jendela selnya dikunci dan ditutup rapat
dengan papan tebal. Orang-orang di sel lain sering mendengar suara
orang sedang memukuli, mengutuk, dan menggunakan alat-alat
penyiksaan untuk menyiksanya. Kedua lengan Gao dipenuhi dengan
berbagai luka sayatan dan memar. Beberapa bulan kemudian, kedua
mata Gao menjadi redup dan gerakannya menjadi lamban.
Lu Mengjun dari Xiangtan dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
Baru-baru ini disebutkan bahwa lengannya patah akibat siksaan
“membawa sebilah pedang di punggung” yang dialaminya.
Penyiksaan “membawa sebilah pedang
di punggung” (peragaan)
Dibawah ini adalah kisah
penganiayaan yang diderita oleh tiga praktisi ketika ditahan di
pusat pencucian otak:
Prakisi A: Saya dibawa ke pusat pencucian otak tidak lama setelah
Tahun Baru Imlek. Ketika tiba di sana, sepatu dan kaos kakiku
semuanya basah karena salju dan air. Jari kakiku menjadi mati rasa
akibat cuaca yang sangat dingin. Petugas di sana memeriksa
barang-barangku, saya pun duduk dan mencoba untuk menghangatkan
jari kaki dan tanganku yang kedinginan. Tetapi setelah di dalam
penjara, tahanan yang bernama Huo Ying mulai mengutukku, karena
saya berlatih Falun Gong. Mereka pun menyiksaku. Pintu dan jendela
sel ditutup rapat. Saya dipaksa berdiri terus-menerus setiap hari
selama satu minggu. Saya memiliki tekanan darah tinggi dan penyakit
jantung. Setelah saya pingsan akibat menerima siksaan itu, saya pun
diijinkan tidur sampai jam 9 malam. Tetapi tidak lama kemudian,
mereka mulai mengganggu tidurku. Saya menjadi kelelahan dan rasanya
seperti akan pingsan serta jatuh tergeletak di atas lantai. Tetapi
mereka menarik dan memaksaku untuk berdiri, atau mereka menyirami
air dingin ke tubuhku sehingga basah di sekujur tubuh. Saya masih
ingat pada tanggal 5 Maret, cuaca turun salju, mereka menyiramiku
dengan banyak air sehingga saya basah kuyup dari kepala hingga
ujung jari kaki. Saya tidak diijinkan tidur di atas ranjangku
selama 40 hari. Akhirnya saya mengigau karena kekurangan tidur,
saya mulai melihat hal-hal yang tidak nyata. Saya melihat beberapa
orang yang memakai jubah panjang dan suamiku muncul di hadapanku.
Saya hanya memiliki sedikit kesadaran saja, hal ini terjadi akibat
penganiayaan yang saya terima.
Praktisi B: saya menolak untuk mematuhi peraturan penjara dan saya
pun dipaksa berdiri dalam waktu yang lama. Saya menjadi sangat
kelelahan dan tidak dapat berdiri lagi. Saya harus duduk. Lalu
tahanan menuangkan air dingin ke atas lantai. Mereka menyeret dan
memaksaku duduk di atas lantai yang digenangi air dingin. Mereka
menaruh sebuah foto Guru di dekatku, tetapi saya berusaha untuk
menaruhnya jauh dariku. Dua tahanan, Cheng Jiawang dan Xia Xinhui,
membawa saya ke pojok dan memukuliku. Wajahku menjadi hitam legam
dan kebiruan, kepalaku sakit sekali. Ketika saya melaporkan
pemukulan ini kepada petugas, petugas menjawabnya dengan
berpura-pura, “Saya telah memberitahu mereka untuk tidak memukuli
orang lain.” Di malam hari, Cheng Jiawang dengan bengis memukuliku
lagi. Pemukulan pun akhirnya menjadi hal biasa yang saya alami
setiap hari. Jendela dan pintu sel ditutupi dengan koran. Sangat
gelap di dalam sampai saya tidak mengetahui waktu. Mereka membuat
lingkungan seperti ini agar kita merasa seperti terancam akan
dibunuh setiap saat. Selama kita menolak untuk mengikuti permintaan
mereka yaitu melepaskan kepercayaan pada Falun Dafa, mereka akan
membuat kita merasa hidup di neraka tiap hari. Setiap hari saya
menjadi sasaran berbagai metode penyiksaan seperti: dipaksa
berdiri, pemukulan, disirami air dingin. Saya dipukul dengan keras
sehingga menderita migran, membuat saya sangat sulit tidur. Saya
rasa telah berusaha menahan rasa sakit yang melampaui batas
kemampuanku, dan seperti akan jatuh tersungkur. Pada hari itu, saya
menulis 3 surat pernyataan yang berlawanan dengan hatiku, saya
menangis sedih pada malam hari. Saya merasa sangat malu pada diriku
sendiri. Saya telah mengecewakan Guru dan Dafa, hatiku bagaikan
ditusuk oleh berjuta-juta pisau. Saya akhirnya diantar ke tim
pertama, dan dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan yang berat.
Penyiksaan terhadap tubuh fisikku telah berkurang, tetapi di dalam
lubuk hati, saya tetap tersiksa setiap saat.
Praktisi C: Saya membuat pernyataan sakral untuk kembali
berkultivasi. Petugas Li Jun membawa saya ke pusat pencucian otak
dan memulai proses penyiksaan terhadap diriku, berlangsung selama
lebih dari dua bulan lamanya. Awalnya, saya menolak ketika
diperintahkan untuk “mempelajari” materi-materi yang memfitnah.
Guang Li pun memaksaku untuk berdiri siang dan malam, menyuruh dua
tahanan mengawasiku. Beberapa hari disiksa seperti ini, kedua
kakiku menjadi bengkak, tetapi mereka terus memaksa saya berdiri.
Di musim dingin yang sangat dingin, kakiku terlalu besar untuk bisa
memakai sepatu karena bengkak, lalu mereka memaksa saya berdiri di
atas sepatuku dengan kaki telanjang. Setelah beberapa hari berdiri
seperti ini, saya merasa tidak dapat berdiri lagi. Saya mulai mati
rasa dari bagian pinggang ke bawah. Untuk satu langkah aja, saya
harus membengkokkan badanku 90 derajat agar bisa menggerakan
kakiku. Hanya pergi ke kamar kecil aja menghabiskan waktu yang
sangat lama. Para tahanan malah menyindirku dengan berkata saya
tidak tahu cara berjalan karena saya harus merangkak untuk pergi ke
kamar kecil. Hari-hari itu merupakan hari tersuram bagiku, saya
selalu tidak dapat mengenali waktu, tidak tahu apakah di luar pagi
atau malam hari. Pikiranku kacau dan mulai melihat hal-hal yang
tidak wajar. Kadang-kadang saya bahkan tidak sadar keberadaanku.
Kadang-kadang saya tertidur sambil berdiri. Tubuh fisik dan
pikiranku berada dalam keadaan kacau. Tahanan Deng Lihua selalu
memilih tengah malam untuk meneriakiku, menggunakan berbagai macam
kata-kata kotor. Suatu hari ketika ketua tim Mao Huiping datang
untuk mengecek sel tahanan, saya klarifikasi fakta Falun Gong
kepadanya. Ini membuat tahanan Deng Lihua dan Liu Wenhua sangat
marah. Pada keesokan paginya, mereka memukuliku. Saya pun tidak
bisa tidur. Saya duduk di atas ranjang dan berkata dalam hati bahwa
saya harus tidur. Liu kembali menarik baju dan memukuliku.
Pemukulan itu berlangsung selama beberapa hari. Seorang kaki-tangan
di pusat pencucian otak mencoba untuk memaksaku menerima
teori-teori fitnahannya terhadap Falun Gong, tetapi saya menolak
untuk mendengarkan. Dia mulai meneriaki dan mengutukku. Mereka
mencoba untuk memborgolku dengan posisi tubuh yang sangat menyiksa
yang dinamai “Membawa sebilah pedang di punggung.” Saya menggunakan
seluruh kemampuanku untuk menolaknya. Mereka lalu meminta lebih
banyak bantuan dari sel lain. Mereka menekan badanku ke lantai,
lalu memborgol kedua tanganku. Saya berusaha untuk membebaskan
tangan kananku. Mereka gunakan semua tambang yang dapat ditemukan
di sel, dan bahkan beberapa kantong plastik, untuk mengikat saya ke
kerangka jendela. Ketika saya berusaha untuk melepaskan tangan,
saya berhasil melepaskan salah satu tanganku. Tidak lama kemudian
mereka berhasil memborgolnya lagi. Mereka menggantung salah satu
tangganku ke kerangka jendela. Kakiku yang telanjang menyentuh
lantai. Saya kelelahan akibat semua siksaan yang kuterima baik
siang maupun malam ini. Tubuh saya menderita sekali. Saya mulai
melakukan aksi mogok makan untuk protes penyiksaan ini. Beberapa
hari setelah itu, petugas Deng Jin berkata jika saya mau makan, dia
akan mengijinkanku tidur di atas ranjang, kalau tidak dia akan
memaksaku berdiri. Saya tetap menolak makan dan akhirnya dipaksa
berdiri. Saya benar-benar kelelahan dan tidak dapat berdiri
akhirnya jatuh tergeletak di lantai. Mereka membangunkan saya,
tetapi saya terjatuh kembali. Sebelum Tahun Baru Imlek, saya
dipaksa tidur di atas lantai keramik selama dua hari. Mereka bahkan
menendang sandal slopku yang berada di kepalaku yang kupakai
sebagai bantal tidur.
Satu tangan digantung
(peragaan)
Chinese:
http://minghui.ca/mh/articles/2011/3/3/湖南省女子监狱的暴力洗脑班-237095.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/3/30/124125.html