(Minghui.org) Sejak Partai Komunis China
(PKC) memulai penganiayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya
terhadap Falun Gong pada 20 Juli 1999, praktisi dari Hong Kong,
Macau, Taiwan, dan luar negeri telah melakukan perjalanan ke China
untuk memohon keadilan bagi Falun Gong dan pendirinya, Master Li
Hongzhi. PKC telah menggunakan metode penindasan terhadap praktisi
dari berbagai daerah. PKC telah melakukan banyak kekejaman secara
rahasia untuk menghindari kecaman internasional.
Shenzhen adalah salah satu kota
China yang paling terhubung dengan dunia internasional, dengan
pelabuhan Shenzhen sebagai pelabuhan utama. PKC menyusun daftar
hitam praktisi Falun Gong dari Hong Kong, Macau dan Taiwan. PKC
menggunakan daftar hitam untuk mengidentifikasi dan menangkap
praktisi yang memasuki negara itu melalui Shenzhen, menyita ijin
pulang mereka secara ilegal, serta mendeportasi, menangkap
dan menahan para praktisi. Mereka bahkan menjebloskan praktisi ke
kamp kerja paksa yang terkenal kekejamannya, memenjarakan dan
menempatkan para praktisi di pusat-pusat pencucian otak.
Menyusun Daftar Hitam Untuk Mengidentifikasi dan Menangkap
Praktisi di Pintu Masuk Shenzhen
PKC memanfaatkan semua sumber daya negara untuk menganiaya Falun
Gong, termasuk organisasi mata-matanya. Pada 5 Januari 2000, Agence
France-Presse (AFP) melaporkan bahwa agen intelijen China di luar
negeri telah membuat daftar hitam nama-nama lebih dari seribu
praktisi Falun Gong. Jumlah sesungguhnya dalam daftar mungkin jauh
lebih besar. Daftar hitam ini digunakan untuk menghentikan praktisi
memasuki wilayah China atau menangkap mereka saat memasuki negara
itu.
Pada Desember 1999, delapan belas praktisi China yang sedang kuliah
atau bekerja di Jepang, termasuk Gao Shanshan, Ma Shuhua, Chen
Xuejuan, dan Lu Yong pergi ke Hong Kong untuk menghadiri konferensi
berbagi pengalaman Falun Dafa. Mereka diberi visa transit untuk
mengunjungi China di Hong Kong. Hal ini memungkinkan mereka untuk
tinggal di Hong Kong selama tujuh hari. Mereka berhenti di Shenzhen
agar paspor mereka dicap sebagai bukti telah memasuki China.
Seorang praktisi ditahan pada pintu masuk Shenzhen, nomor paspornya
ada di daftar hitam. Para praktisi lain yang telah berhasil
melewati pos pemeriksaan tidak ingin meninggalkan dia, menghadapi
deportasi, jadi mereka pergi ke kantor pemeriksaan paspor Shenzhen
untuk membantu rekan mereka. Mereka juga turut ditahan. Petugas
paspor mengklaim bahwa mereka harus memeriksa paspor-paspor
tersebut. Sambil menunggu, petugas menggeledah, mengambil foto dan
menginterogasi seluruh grup. Mereka menyita buku-buku Falun Gong
dan materi klarifikasi fakta tentang Falun Gong. Kemudian, para
praktisi menerima paspor mereka dan dikawal secara pribadi ke pintu
masuk Hong Kong.
Setelah itu, nomor paspor para praktisi dimasukkan dalam daftar
hitam PKC dan selanjutnya mereka ditolak masuk ke China. Pemerintah
China juga menolak untuk memperpanjang atau memperbarui paspor
mereka setelah habis masa berlakunya.
Gao Shanshan dan praktisi lainnya ditahan ketika hendak terbang ke
Shanghai atau Beijing menjelang Tahun Baru 2000. Mereka dikenakan
tahanan rumah semalam di sebuah kamar hotel dan dideportasi dengan
penerbangan berikut ke Jepang esok harinya. Sebelum Tahun Baru
China 2000, Gao mencoba untuk kembali ke China, tapi ia dan dua
praktisi lainnya dikembalikan ke pesawat Pakistan yang mereka
gunakan untuk datang ke China.
Paspor praktisi Lu Yong berakhir pada 2002. Para pejabat PKC
menolak untuk memperbarui paspor, membuatnya menjadi orang tanpa
kewarganegaraan. Lu berkata, "Tidak memiliki paspor telah
menciptakan banyak masalah bagi saya. Saya tidak bisa kembali ke
negara asal saya. Saya tidak bisa pergi dan merawat ibu mertua
ketika ia sakit. Hal ini juga menciptakan masalah bagi pekerjaan
saya. Sebuah perusahaan ingin mempekerjakan saya untuk mengelola
beberapa bisnis dengan China. Ketika mereka mendengar bahwa saya
tidak memiliki paspor yang masih berlaku, mereka terkejut, dan saya
tidak bisa dilibatkan dalam urusan bisnis antara China dan Jepang.
Kontrasnya, pemerintah Jepang telah membantu praktisi China yang
telah kehilangan paspor mereka."
Penganiayaan Serupa Terhadap Praktisi oleh Petugas Shenzhen
pada 2001
Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Hong Kong 2001
diadakan tanggal 13 dan 14 Januari 2001. Seribu dua ratus praktisi
dari lebih 23 negara menghadiri konferensi dan berpartisipasi dalam
pawai, latihan Gong, dan kegiatan lainnya. Praktisi Yang Ruowei dan
Zhang Yu tiba di Hong Kong dari Australia. Mereka diberitahu oleh
kantor pemeriksa paspor Hong Kong pemegang paspor China harus pergi
ke Shenzhen sebelum mereka bisa tinggal di Hong Kong. Pada pagi
hari 11 Januari, mereka membeli tiket kereta api pulang-pergi ke
Shenzhen.
Yang berkata, "Ketika saya melalui pemeriksaan paspor, saya melihat
bahwa aplikasi saya telah dicap dan disetujui. Ketika petugas
hendak mencap paspor saya, alarm komputer berbunyi. Dia meletakkan
cap, memaki, menelepon polisi, dan meninggalkan tempat kerjanya
untuk mencengkeram saya dan praktisi lainnya yang baru saja melalui
pemeriksaan. Mereka menyeret kami ke dalam sebuah ruangan kemudian
ke ruang interogasi. Mereka mencoba menggeledah kami, tapi kami
menolak. Kami dibawa ke dua kantor terpisah dan ditahan di sana. Di
sana mereka melakukan 'pemeriksaan keamanan' dan menyita tape
recorder, ponsel, tiket pesawat, dan notebook. Mereka menahan
paspor saya terlebih dahulu."
Yang melanjutkan, "Saya adalah warga negara China, sekaligus
penduduk tetap Australia, dan pengunjung Hong Kong. Pemeriksa
paspor Shenzhen tidak punya hak untuk mencegah warga China memasuki
China. Mengapa tidak bisa seperti staf imigrasi negara besar
lainnya yang menyikapi warga negara mereka sendiri secara benar?
Mengapa mereka tidak berani memberikan kami alasan mengapa
menghentikan kami pada gerbang masuk ke China? Sebaliknya, mereka
menahan kami selama lebih dari tujuh jam. Staf imigrasi Shenzhen,
tanpa prosedur hukum, diam-diam mengawal kami ke pintu masuk Hong
Kong dan mendeportasi kami ke Hong Kong pada malam harinya."
Selain mencekal praktisi pada saat kedatangan di China, Bea Cukai
Shenzhen juga menangkap para praktisi.
Pada tanggal 10 Mei 2001, penduduk tetap Kanada dan mahasiswa
Universitas Concordia Zhu Ying dalam perjalanan mengunjungi orang
tuanya di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong. Ibunya mengalami dua
kali operasi dan sakit parah. Zhu pertama-tama berhenti di Hong
Kong untuk menghadiri Hong Kong Fortune Forum dan berpartisipasi
dalam aksi damai Falun Gong. Ketika ia melintasi pemeriksaan paspor
Shenzhen, ia ditangkap. Ini adalah penangkapan kedua warga Kanada
karena berlatih Falun Gong, korban pertama adalah Prof. Zhang
Kunlun.
Pada 8 Mei 2002, Zhang Yucang, 58, seorang praktisi dari Hong Kong,
ditemukan membawa materi klarifikasi fakta Falun Gong ketika
digeledah di pintu masuk Bea Cukai Luohu di Shenzhen. Ia ditangkap
dan dijatuhi hukuman penjara tiga tahun. Sembilan hari kemudian,
Sun Zhongwen, seorang penduduk tetap Hong Kong yang sering
melakukan perjalanan bisnis antara Hong Kong dan Shenzhen,
ditemukan membawa VCD klarifikasi fakta Falun Gong selama
pemeriksaan pabean. Ia ditangkap oleh polisi keamanan negara dan
dijatuhi hukuman empat tahun penjara.
Pada bulan April 2003, Wan Zhengtian dari Hong Kong melarikan diri
dari pemeriksaan Kantor Keamanan Negara dan mencoba untuk kembali
ke Hong Kong dari China. Tapi, polisi Keamanan Negara Shenzhen
menangkap dia di Pos Pemeriksaan Bea Cukai Shenzhen.
Izin Pulang Disita Secara Ilegal dan Praktisi Dideportasi
Kembali
Sejak akhir 1999, lebih dari tiga puluh izin pulang (ke daratan
China) milik praktisi Hong Kong telah disita ketika mereka memasuki
China untuk memohon keadilan bagi Falun Gong, melakukan kunjungan
bisnis, atau mengunjungi keluarga.
Pada malam 14 Desember 1999, sekitar lima puluh praktisi berkumpul
di rumah seorang praktisi Shenzhen untuk belajar Fa dan berbagi
pengalaman. Hari berikutnya, tiga warga AS, dua warga Hong Kong dan
dua praktisi Shenzhen ditangkap. Izin pulang praktisi Hong Kong
Chen dan istri dicabut. Pasangan ini dideportasi.
Zhou Sheng, dari Provinsi Guizhou, menikah dengan penduduk Hong
Kong dan tinggal di Hong Kong. Dia sembuh dari epilepsi setelah
berlatih Falun Gong. Dia memutuskan pergi ke Lapangan Tiananmen di
Beijing untuk mengatakan "Falun Dafa Baik." Pada tanggal 5 Maret
2000, dia ditangkap di Shenzhen. Ijin pulang disita dan dia
dideportasi ke Hong Kong.
Penangkapan dan Penahanan Ilegal
Pada tanggal 15 Desember 1999, praktisi AS Feng Lili, Zhao Chen dan
Huang Yun ditangkap di Shenzhen, dan secara ilegal ditahan selama
tiga belas hari. Insiden ini dilaporkan oleh media luar
negeri.
Ahli biologi Feng Lili mulai berlatih Falun Gong setelah permohonan
damai 25 April 1999. "Kebebasan begitu mahal di China," ujar Feng
Lili. "Saya menangis dua kali di penjara, sekali untuk anak
saya dan kedua kalinya karena perlakuan tidak manusiawi terhadap
para praktisi di penjara China." Dalam sebuah wawancara, Feng
menceritakan pengalamannya dalam tahanan. Laporan itu menyebutkan,
“Feng Lili, yang hidup nyaman, menunjukkan tangan dan kakinya. Ada
bekas luka pada semua jari-jarinya dan di telapak kakinya, yang
menceritakan tiga belas hari panjang penderitaannya." Feng Lili
diusir oleh pemerintah yang dikuasai PKC dan tidak diizinkan
kembali ke China. Dia tidak bisa lagi mengunjungi ibu dan ayahnya
yang berumur 69 dan 78 tahun, atau mengunjungi kuburan adiknya.
Begitu turun dari pesawat, ia memeluk putranya dengan erat dan
berkata bahwa untuk beberapa saat ia berpikir tidak akan bisa
melihatnya lagi.
Zhao Chen, seorang manajer perempuan usia 29 tahun dari sebuah
perusahaan elektronik, mengatakan, "Saya ditahan dengan lebih dari
40 pelacur dan pecandu narkoba di sebuah sel yang sangat kecil. Ada
toilet yang kami tidak bisa siram. Kami tidur di lantai dan tiga
orang berbagi sebuah selimut di malam musim dingin. Kami dipaksa
melakukan kerja berat selama empat belas jam sehari membuat sikat
plastik untuk ekspor. Jika kami tidak memenuhi kuota 70 kuas setiap
hari, kami dipukuli, diteriaki oleh penjaga dan dilarang tidur."
Karena Huang Yun dan dia memegang kartu hijau (penduduk tetap) AS,
mereka tidak dipukuli.
Huang Yun, 37, mengatakan bahwa pengalaman penjaranya selama Natal
1999 sangat menyakitkan. Selain membersihkan toilet, ia juga
dipaksa untuk membersihkan kandang babi. "Saya memiliki keluarga
dan anak di California. Istri saya sangat khawatir. Untungnya
teman-teman saya mengatakan kepada media tentang situasi saya! Saya
berada di sebuah sel yang sangat kecil, dingin dan kotor,
mengenakan pakaian penjara yang sangat tipis, dengan empat belas
orang digabung bersama-sama ketika tidur. Saya mungkin akan ditahan
lebih lama jika tidak mendapat bantuan dari pemerintah AS dan
teman-teman saya. Di China, banyak praktisi telah menghilang dan
keluarganya tidak tahu keberadaan mereka."
Meskipun surat tuntutan menyebutkan jangka waktu banding enam puluh
hari, para praktisi yang ditangkap bahkan tidak bisa menelepon,
yang menyebabkan istri Huang Yun di Bay Area dan orang tua Zhao
Chen di China menjadi panik. Kemudian, setelah pembebasan mereka,
penjaga memerintahkan mereka untuk membayar beberapa ratus Yuan
untuk biaya administrasi dan kamar.
Sebagai perbandingan, Dai Meiling, perempuan warga negara Australia
berusia 66 tahun mengalami pengalaman yang lebih memilukan dan
pahit di China. Dai berimigrasi ke Australia dari daratan China
pada tahun 1989. Dia punya penyakit tak tersembuhkan yang disebut
clerosis sistemik progresif. Dia berkata, "Saya telah banyak kali
dibawa ke rumah sakit dengan ambulans untuk perawatan darurat. Saya
pincang, organ-organ internal dan sistem otot tidak berfungsi
akibat penyakit saya dan saya hanya menunggu ajal. Setelah berlatih
Falun Dafa saya menjadi sehat dan memperoleh kehidupan baru. Namun,
selama empat kali saya memohon keadilan bagi Falun Gong di Beijing,
polisi menangkap dan menahan saya. Pada bulan Maret 2000, saya
melanjutkan mogok makan selama dua puluh tiga hari untuk memrotes
penahanan ilegal dan hampir kehilangan nyawa saya di Pusat
Penahanan No 1 Shenzhen. Polisi China menganggap hidup manusia
tidak berharga. Setelah 45 hari ditahan, saya dibebaskan dengan
bantuan pejabat Konsulat Australia di China dan kembali ke
Australia. Saya warga negara Australia, tetapi secara brutal
disiksa oleh rezim yang dikendalikan PKC. Penderitaan praktisi
China jauh lebih buruk daripada yang saya alami."
Zhang Cuiying mengenang, "Selama tujuh bulan, saya tidak diijinkan
ke luar sel penjara. Saya makan, tidur, dan menggunakan toilet
dalam sel yang sama dan menderita ruam dan bisul di seluruh tubuh.
Mereka memukuli, menghina saya, dan memercikkan air pada saya,
tetapi saya mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada yang salah
dengan berlatih Falun Dafa. Mereka menarik saya dengan brutal dari
tempat tidur, menendang dan meninju sampai tubuh memar biru dan
ungu. Di malam hari rasa sakit terus membangunkan saya, diperburuk
oleh rantai-rantai baja berat yang dikenakan secara paksa. Saya
dilemparkan ke dalam sel laki-laki, dan saat kami mandi, narapidana
laki-laki dan polisi mengawasi dan mencoba mempermalukan saya
dengan kata-kata keji. Saya terpaksa tidur di lantai beton membeku
dengan kepala di samping toilet. Makanan yang saya makan adalah
sisa dari mangkuk narapidana lain, dan tidak diizinkan untuk
menyentuh ember minum. Mereka mengambil semuanya dari saya,
termasuk 2.000 Yuan. Saya tidak punya uang untuk membeli sesuatu,
bahkan kertas toilet. Setelah konsul Australia tahu tentang ini, ia
melakukan perjalanan selama enam jam dari Kota Guangzhou ke Kota
Shenzhen untuk membawa kertas toilet. Para penjaga penjara juga
menyita semua pena dan kertas, jadi saya hanya bisa menggunakan
pasta gigi untuk menulis kata-kata, "Falun Dafa baik, Kultivasi
Sejati-Baik-Sabar” pada baju saya. Di depan kamera pengintai
dilihat oleh penjaga pria, mereka merobek baju atas saya, dan saya
hanya bisa menggunakan tangan untuk menutupi diri.
"Para petugas memerintahkan para napi untuk memukuli saya dengan
imbalan pengurangan hukuman. Seorang tahanan bernama Zhang telah
menggelapkan lebih dari 10 juta Yuan dan dia seharusnya dihukum
5-15 tahun. Karena dia memukuli saya, dia dibebaskan setelah satu
tahun.
"Berbaring di samping saya adalah seorang narapidana dengan
penyakit mental berat, yang buang air besar sepanjang waktu. Setiap
kali saya membuka mata, saya melihat keadaannya yang kotor.
Bagaimana saya bisa hidup seperti ini? Saya berkata kepada sipir,
"Anda menyiksa saya seperti ini, bagaimana saya bisa menjalani
kehidupan neraka ini? Lihatlah diri saya, kulit sedang membusuk.
Demi kemanusiaan, Anda harus membiarkan saya kembali ke Australia.”
Dia tertawa, “Anda harus melepaskan Falun Gong, jika tidak, anda
akan tinggal di sini selamanya, menjalani kehidupan neraka
ini."
Pada 20 Juni 2001, praktisi Li Xiuqin, Zhang Yulan dan Zhao Yayun
disiksa sampai mati di Kamp Kerja Paksa Wanjia di Kota Harbin.
Delapan praktisi yang berada dalam keadaan koma diam-diam dibawa ke
rumah sakit dan empat dimasukkan ke dalam sel isolasi. Karena kamp
kerja paksa ketat memblokir informasi, lima belas praktisi wanita
ini dianggap telah mati karena penyiksaan. Setelah "pembantaian
Wanjia" dipublikasikan, juru bicara Departemen Luar Negeri China
Zhang Qiyue memfitnah Falun Gong dan menyatakan bahwa para praktisi
ini telah bunuh diri.
Praktisi Hong Kong, Zhou Sheng mengetahui tindakan tidak manusiawi
rezim diktator dan pembunuh PKC. Kesaksiannya juga memberikan
catatan penderitaan para praktisi selama penahanan ilegal. Pada
tanggal 5 Maret 2000, polisi menangkap Zhou Sheng di Shenzhen saat
ia sedang dalam perjalanan ke Beijing untuk memohon keadilan bagi
Falun Gong.
Zhou mengatakan, "Pertama-tama, polisi menahan saya di Pusat
Penahanan Yantian di Shatoujiao, Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong.
Setiap tahanan ditelanjangi dan digeledah sebelum dibawa ke
sel. Mereka bahkan memeriksa rambut panjang saya untuk melihat
apakah ada sesuatu yang tersembunyi. Polisi seperti tengah mencari
bahan berbahaya dan mencabik-cabik pakaian. Ritsleting, kancing dan
logam apa pun dipotong. Mereka memeriksa saya secara menyeluruh
beberapa kali, dan kemudian menempatkan saya dalam sel."
Dia melanjutkan, "Kemudian, saya dipindahkan ke Pusat Penahanan No
1 Shangmeilin di Distrik Futian, Kota Shenzhen. Ketika saya
memasuki pusat penahanan, saya melihat dua gerbang logam dengan
tinggi sekitar lima meter dan pagar tembok sekitar sepuluh meter.
Setiap sel dapat menampung 35 sampai 40 tahanan. Seorang penjaga
berpatroli di setiap sel setiap jam. Setidaknya dua tahanan
bertugas pada malam hari, bergantian setiap jam. Mereka memantau
tahanan untuk mencegah bunuh diri. Setiap sel dan ruang kegiatan
dipantau melalui jaringan televisi berawak sepanjang waktu. Begitu
praktisi melakukan latihan atau berbicara dengan para tahanan
tentang Falun Gong, para penjaga berteriak melalui interkom.
Kemudian mereka memasuki sel dan memukul atau menyiksa
praktisi."
Dihukum Penjara
Menurut statistik yang belum lengkap, setidaknya 8 praktisi dari
Hong Kong, Taiwan dan luar negeri telah secara ilegal dijatuhi
hukuman oleh pengadilan Shenzhen.
Yang pertama dihukum adalah warga negara Australia, pelukis Zhang
Cuiying. Dia diculik dan dibawa ke Shenzhen pada Maret 2000 dan
dipenjara selama 8 bulan. Zhang berkata, "Saya kembali ke China
pada tanggal 5 Maret 2000 dan bermaksud meminta para wakil Kongres
Rakyat agar berbicara adil bagi Falun Gong. Namun, begitu saya
menjejakkan kaki di tanah China, polisi menggeledah tas saya dan
menemukan surat kepada Perdana Menteri Zhu Rongji dan beberapa buku
Falun Gong. Karena itu, mereka memukuli dan menampari wajah saya.
Saya kehilangan pendengaran selama beberapa hari. Saya secara
ilegal dipenjara selama lima bulan. Penahanan saya diperpanjang
selama tiga bulan karena telepon dari Jiang Zemin."
Zhang Cuiying tidak menerima putusan, jadi dia mengajukan banding
ke pengadilan tinggi. Pada surat banding dia berkata, "Saya tidak
bersalah. Apa salahnya berkultivasi Falun Gong? Jiang Zemin yang
bersalah. Dia akan dikutuk sepanjang zaman karena menganiaya para
praktisi." Satu bulan kemudian pengadilan tinggi menguatkan putusan
dan memintanya untuk menandatangani putusan, dia menolak. Akhirnya,
polisi harus menulis putusan "Zhang Cuiying tidak bersalah." Baru
ia bersedia menandatangani dokumen.
Cheng Xi, seorang ibu rumah tangga dari Taiwan, Zhang Yuchang,
petugas satpam asal Hong Kong, dan Sun Zhongwen, pengusaha Hong
Kong ditahan di Shenzhen dan masing-masing dihukum empat, tiga dan
empat tahun hukuman penjara.
Putri Sun Zhongwen, Sun Wanzhen, seorang mahasiswi di Hong Kong,
menulis surat kepada Pengadilan Banding Shenzhen, meminta untuk
memperbaiki ketidakadilan. Dia mengatakan dalam suratnya, "Saya
rindu ayah dan mengkhawatirkannya. Saya berharap pengadilan atau
hakim China yang masih berani berbicara kebenaran akan membebaskan
ayah. Penahanan ayah merupakan pukulan berat bagi saya dan
keluarga, dan membuat kami sakit, khawatir dan marah. Bagaimana
kami bisa percaya bahwa masih ada hukum di China? Saya bukan
seorang praktisi, tetapi saya memiliki pendidikan yang baik dan
telah diajarkan standar moral sejak saya masih kecil, jadi saya
bisa membedakan yang baik dari buruk serta kebaikan dari kejahatan.
Saya tahu bahwa ayah tidak melakukan sesuatu yang buruk atau apa
pun yang berlawanan dengan hati nuraninya. Namun, saya tidak
mengerti mengapa pemerintah China mengurung ayah saya bersama para
penjahat, pembunuh dan memperlakukannya seperti kriminal. Tidak
bisakah dunia sekarang ini membedakan hitam dari putih, baik dari
yang buruk?"
Tak lama setelah Fu Xueying, 28 tahun tinggal di Hong Kong, dia
pergi ke sebuah gedung perumahan bertingkat tinggi dekat
Universitas Shenzhen untuk membagikan materi tentang Falun Dafa
pada tanggal 29 Oktober 2002 dan ditahan. Dia ditahan dan
mengalami cuci otak. Suaminya menanyakan dalam sebuah surat terbuka
kepada pemerintah Hong Kong untuk membantu menyelamatkan istrinya,
"Istri saya adalah orang yang tidak bahagia. Dia berasal dari
keluarga miskin. Sejak kecil dia telah menderita lapar dan dingin.
Ketika dia berusia 12 tahun, ia menderita sindrom Meniere. Dia
sering kehilangan kesadaran dan bergantung pada pengobatan infus.
Ketika usia 25 tahun, ia dijangkiti penyakit lain yang aneh. Kulit
seluruh tubuhnya menjadi hitam dan keras, seperti sisik ikan. Oleh
karena itu, dia tidak bisa memakai celana pendek dan rok. Dia
berobat ke dokter di rumah sakit besar di Hong Kong dan Shenzhen.
Mereka tidak bisa memberikan diagnosa. Dia menderita dua penyakit
yang tak tersembuhkan, termasuk rhinitis. Istri saya mengandalkan
obat-obatan untuk terus hidup. Dia memiliki sifat pemarah dan
kondisinya sangat menyedihkan.”
"Dia mulai berlatih Falun Gong pada tahun 2001. Tak terduga kurang
dari enam bulan, ia merasa sangat baik. Sekarang sudah lebih dari
dua tahun berlatih dan dia tetap sehat. Dia tidak lagi minum obat
dan warna kulitnya menjadi lebih cerah dan lembut. Dia tidak lagi
memiliki temperamen yang buruk. Dia menjadi lebih tenang, mampu
memikirkan orang lain terlebih dahulu. Dia penuh harapan
menyongsong kehidupan barunya. Dia seolah-olah berubah menjadi
seseorang yang sama sekali baru. Hidup kami menjadi harmonis.
Bagaimana mungkin saya tidak berterima kasih kepada Falun
Gong?"
Namun, Pengadilan Shenzhen mengabaikan fakta dan mematuhi perintah
PKC. Fu muncul di pengadilan untuk pertama kalinya pada tanggal 9
Maret 2004 tanpa pengacara. Pada akhir April 2004, dia dijatuhi
hukuman penjara tiga tahun dalam sebuah sidang tertutup.
Keluarganya tidak dikirimi pemberitahuan mengenai jadwal sidang.
Hanya setelah permohonan berkali-kali, pihak keluarganya diberitahu
tentang waktu dan tanggal sidang. Selama persidangan, hakim
bertanya kepada suami Fu Xueying untuk meninggalkan pengadilan,
mengatakan bahwa ia adalah seorang saksi. Sekitar 20 menit memasuki
persidangan, ibu Fu juga harus meninggalkan ruang sidang karena dia
berteriak "Fu Xueying tidak bersalah! Bebaskan dia!" Hakim kemudian
meminta Fu untuk membela dirinya sendiri. Dia mulai berbicara
tentang manfaat yang dia diperoleh dari berlatih Falun Gong. Namun,
hakim menghentikannya. Ketika Fu menemukan bahwa hakim merampas
haknya untuk membela diri dan hak untuk berbicara, dia berteriak
dengan lantang, "Falun Dafa baik!" Sidang hanya berlangsung 40
menit.
Fu ditahan di Pusat Penahanan Shenzhen dan Penjara Provinsi
Guangdong lebih dari dua setengah tahun. Dia disiksa secara fisik
dan mental, dan menjalani pencucian otak. Butuh waktu lama sebelum
dia bisa duduk lagi setelah dia dibebaskan. Bekas luka masih
terlihat lebih dari setahun sejak dia dibebaskan. Trauma mental-nya
jauh lebih serius dan jauh lebih menyakitkan daripada luka
fisik.
Fu Xueying dan praktisi dari Hong Kong, Zhu Keming, mengajukan
tuntutan perdata terhadap pemimpin PKC Jiang Zemin, Li Lanqing dan
Luo Gan.
Fu mengatakan, alasan bahwa ia memiliki keberanian untuk menuntut
tiga petinggi PKC tersebut, tidak hanya demi hak asasi dasar dan
kebebasan diri sendiri, tetapi juga untuk mencari keadilan bagi
jutaan praktisi Falun Gong di daratan China. Dia berharap
pengadilan di Hong Kong berani. Jika dia, seorang wanita biasa,
tidak takut kekuasaan PKC, mengapa Hong Kong harus takut?
Lin Lixia, istri seorang warga Hong Kong, ditahan pada tanggal 18
Januari 2007 dan dijatuhi hukuman penjara tiga tahun. Chen Jinshu,
seorang praktisi dari Hong Kong, pergi melintasi perbatasan untuk
mengunjungi ayahnya yang berumur 80 tahun di Shenzhen pada tanggal
16 April, dan ditahan. Dia dijatuhi hukuman penjara enam tahun
selama persidangan tertutup oleh Pengadilan Negeri Baoan Kota
Shenzhen pada tanggal 29 Januari tahun berikutnya. Dia pernah
mengirim buku ‘Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis’ dan
beberapa buku-buku Falun Gong ke China.
Ketika diwawancarai oleh The Epoch Times, adik perempuan Chen
Jinshu, yang tinggal di Shenzhen, mengatakan, "Saudara saya tidak
bersalah. Berlatih Falun Gong seharusnya bukan kejahatan.
Pengadilan merekayasa bukti untuk menjebaknya. Mereka menuduhnya
melakukan kejahatan. Saya berharap mendapatkan perhatian atas
ketidakadilan ini." Pengacara yang disewa oleh keluarganya telah
membelanya berkali-kali.
Pengadilan Shenzhen mendakwa Chen Jinshu mengimpor buku terlarang.
Bukti bahwa seseorang dari Hong Kong bernama Li Cheng mengangkut
lebih dari dua ribu salinan buku Sembilan Komentar dan lebih dari
seratus buku-buku Falun Gong dari Hong Kong ke Shenzhen. Untuk
transportasi, Li Cheng menggunakan nama "Hong Kong Libao Company"
dan mengklaim barang yang diangkut itu lembaran plastik. Shenzhen
mengklaim bahwa Li Cheng ini sebenarnya Chen Jinshu. Namun, empat
saksi semua, para pekerja di perusahaan transportasi Li Cheng
setelah dihubungi, mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat
atau mendengar Li Cheng. Para jaksa membuat tuduhannya bahwa
Li Cheng adalah Chen Jinshu didasarkan pada beberapa pemeriksaan
telepon.
Saudara perempuan Chen Jinshu juga menunjukkan, "Apa yang paling
konyol adalah kasus ini dianggap sebagai satu kasus besar, tetapi
ditutup pada tahun 2005. Orang-orang yang mengirim dan menerima
buku telah ditahan. Bahkan seorang anak bisa melihat bahwa ini
bukan bukti nyata. Pengadilan Shenzhen menggunakan dakwaan yang
direkayasa. Penganiayaan ini sungguh-sungguh menghancurkan keluarga
kami."
Dia menambahkan, "PKC menangkap dan menghukum Chen Jinshu.
Tujuannya adalah untuk menganiaya Falun Gong di Hong Kong. Dalam
materi yang diberikan ke pengadilan oleh Kantor Keamanan Publik,
dilaporkan setiap kegiatan Falun Gong yang Chen Jinshu hadiri di
Hong Kong secara sangat rinci, termasuk pawai untuk pemunduran dari
PKC. Mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin menangkap
kakak saya karena ia mengikuti pawai Falun Gong di Hong Kong.
Mereka kemudian membuat bukti palsu untuk penangkapan."
Sambil meneteskan air mata dan saudara perempuan Chen berkata,
"Saudara saya adalah warga Hong Kong. Berlatih Falun Gong bukanlah
kejahatan. Merupakan kebebasan setiap warga negara untuk
berpartisipasi dalam pawai. Orang seperti saudara saya dianiaya. Di
mana ada 'Satu Negara Dua Sistem'? Mereka tengah melanggar hak
asasi manusia!"
Ayah Chen Jinshu, berusia delapan puluhan, sangat marah setelah
mendengar kabar bahwa anaknya tanpa kesalahan dihukum penjara. Dia
tidak dapat makan atau minum dan kesehatannya memburuk. Saudara
perempuan Chen Jinshu telah kehilangan lebih dari sepuluh kilo
sejak penangkapannya. Dia berkata, "Dalam rangka menyelamatkan
kakak saya, keluarga kami telah menulis banyak surat kepada
kejaksaan, pengadilan dan Kantor Keamanan Publik. Sejauh ini, belum
ada yang menjawab. Kami juga menghubungi media, tetapi mereka tidak
berani melaporkan kasus tersebut karena Falun Gong adalah topik
sensitif."
Juru bicara "Komite Global untuk Menyelamatkan Para Praktisi Falun
Gong Yang Dianiaya" divisi Hong Kong, Chen Ruijin telah mengikuti
kasus ini. Dia mengatakan, "Kantor Keamanan Nasional PKC
mengungkapkan bahwa mereka mulai memonitor aktivitas Chen Jinshu
sejak tahun 2003. Mereka berulang kali mengatakan kepada keluarga
Chen karena Chen Jinshu berpartisipasi dalam kegiatan Falun Gong,
ia pasti punya peran utama. Beberapa pejabat pernah mengklaim bahwa
mereka akan menangkap semua praktisi Falun Gong Hong Kong yang
masuk ke daratan China. Alasan dasar adalah mereka takut buku
Sembilan Komentar dan gelombang orang-orang yang mundur dari
organisasi PKC."
Upaya Praktisi Falun Gong Menyentuh Hati Banyak
Orang
Segera setelah penganiayaan dimulai, praktisi luar negeri berulang
kali kembali ke China untuk memohon keadilan bagi Falun Gong.
Ahli biologi Amerika Feng Lili, yang pernah ditahan di Pusat
Penahanan Distrik Futian di Kota Shenzhen selama tiga belas hari
pada bulan Desember 1999, mengatakan, "Karena pikiran lurus kami,
polisi dari Kantor Keamanan Publik dan penjaga dari pusat penahanan
mengubah sikap mereka dari kasar menjadi diam. Beberapa meminta
maaf kepada kami dan yang lain menjadi teman kami. Bahkan diam-diam
penjaga paling ketat membolehkan kami berlatih gerakan. Para
pengedar narkoba berjanji untuk menghentikan penyalahgunaan
narkoba. Pelacur berjanji untuk berhenti menjadi pelacur. Beberapa
tahanan melepaskan rencana balas dendam. Hampir 800 narapidana
belajar latihan. Beberapa pelacur mengatakan bahwa mereka bersedia
dipenjara karena berlatih Falun Gong. Direktur itu mengatakan bahwa
ia ingin mengelola penjara dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar.
Narapidana yang saling membenci menjadi teman. Akhirnya, penjara
menjadi harmonis bagai sebuah asrama."
Seorang praktisi Kanada, seorang mahasiswa dari Universitas
Concordia, kembali ke China setelah menghadiri konferensi Fa di
Hong Kong pada Desember 1999. Dia digeledah di Bea Cukai Shenzhen,
buku-buku Falun Dafa dan koran miliknya disita. Karena usahanya
dalam mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong, ia tidak dilecehkan
atau disiksa. Sebelum ia meninggalkan Kantor Keamanan Umum, sebuah
kejadian sangat menyentuhnya.
Dia berkata, "Seorang pria muda yang bekerja di Kantor Keamanan
Umum datang menemui saya. Baginya ini adalah pertama kalinya
berhubungan dengan seorang praktisi Falun Gong. Meskipun kami tidak
berbicara terlalu banyak, ia jelas sangat tertarik dengan
pengalaman saya sejak saya mulai berlatih Falun Gong. Dia meminta
saya untuk makan malam bersamanya. Namun, direktur Kantor Politik
dan Keamanan mengetahui hal tersebut dan mengkritiknya. Saya harus
pergi. Namun, ia berpikir bahwa saya baru saja kembali dari luar
negeri dan saya tidak mengenal siapa pun di daerah ini, dan saya
mungkin agak depresi karena saya baru saja dibebaskan dari Kantor
Keamanan Publik. Dia bersikeras menemani saya ke Guangzhou. Dia
juga membantu saya mendapatkan kursi terbaik. Di bus dari Shenzhen
ke Guangzhou, kami berbicara tentang Falun Dafa sepanjang jalan.
Dia mengatakan kepada saya, "Saya mungkin akan kehilangan pekerjaan
saya karena makan malam bersama Anda dan menemani Anda ke
Guangzhou. Tapi, saya pikir Anda adalah orang yang baik. Saya tidak
berpikir saya telah melakukan sesuatu yang salah." Melihat dia
pergi, mata saya sembab. Seseorang bersedia mengambil resiko begitu
besar hanya karena saya orang baik. Ini adalah kekuatan Dafa. Ini
adalah Fa tengah meluruskan dunia manusia. Dafa belas kasih,
memberikan setiap orang kesempatan untuk memosisikan
dirinya.”
Pada tahun 2000, warga negara Australia dan pelukis Zhang Cuiying,
ditahan selama empat bulan. Dia mengklarifikasi fakta kepada
beberapa ratus polisi, penjaga dan narapidana. Begitu mereka
mengetahui kebenaran, beberapa merubah sikap mereka. Lainnya
mengatakan bahwa Guru Falun Gong sungguh mengagumkan karena ada
begitu banyak praktisi yang bersedia menghadapi penyiksaan hanya
untuk memohon keadilan bagi Falun Dafa dan Gurunya.
Lampiran:
Daftar Terpisah Praktisi Falun Gong dari Hong Kong, Taiwan, dan
Luar Negeri yang Pernah Dianiaya di Shenzhen
1. Chen Jinshu dari Hong Kong. Dia dideportasi dengan izin masuk
kembali ke China dicabut karena menghadiri konferensi berbagi
pengalaman kultivasi Falun Gong di Shenzhen pada tanggal 11
Desember 1999.
2. Chen (perempuan) dari Hong Kong. Dia dideportasi, izin kembali
ke China miliknya dicabut karena menghadiri konferensi berbagi
pengalaman kultivasi Falun Gong di Shenzhen pada tanggal 11
Desember 1999.
3. Zhu Ying adalah mahasiswa di Universitas Concordia, Kanada. Dia
ditahan dan diinterogasi pada bulan Desember 1999 ketika berkunjung
ke China. Buku-buku dan materi Falun Gong miliknya disita.
4. Feng Lili adalah seorang ilmuwan biologi AS. Dia ditangkap di
Shenzhen pada tanggal 15 Desember 1999 dan ditahan selama tiga
belas hari.
5. Zhao Chen, 41, adalah manajer perusahaan elektronik AS. Dia
ditangkap di Shenzhen pada tanggal 15 Desember 1999 dan ditahan
selama tiga belas hari.
6. Huang Yun, 49, seorang insinyur perangkat lunak AS, ditangkap di
Shenzhen pada tanggal 15 Desember 1999 dan ditahan selama tiga
belas hari.
7. Gao Shanshan, 39, lahir di Kota Changchun, Provinsi Jilin, dan
mahasiswi di Jepang. Dia ditahan, digeledah dan difoto oleh
Pemeriksa Paspor Shenzhen dalam perjalanan ke Hong Kong untuk
menghadiri konferensi berbagi pengalaman kultivasi Falun Gong. Dia
berada di daftar hitam aparat PKC dan tidak dapat kembali ke
China.
8. Ma Shuhua adalah mahasiswi China yang belajar di Jepang. Dia
ditahan oleh pemeriksa paspor Shenzhen dalam perjalanan ke Hong
Kong untuk menghadiri konferensi berbagi pengalaman kultivasi Falun
Gong. Dia berada di daftar hitam dan tidak bisa kembali ke China.
Dia semula diberikan ijin masuk ke China tapi kemudian stempelnya
dibatalkan.
9. Chen Xuejuan adalah mahasiswi China yang belajar di Jepang. Dia
ditahan oleh pemeriksa paspor Shenzhen dalam perjalanan ke
Hong Kong untuk menghadiri konferensi berbagi pengalaman kultivasi
Falun Gong. Dia dalam daftar hitam. Pengajuan perpanjangan
paspornya ditolak.
10. Lu Yong adalah seorang mahasiswa China yang kuliah di Jepang.
Dia ditahan oleh pemeriksa paspor Shenzhen dalam perjalanan ke Hong
Kong untuk menghadiri konferensi berbagi pengalaman kultivasi Falun
Gong. Dia berada di daftar hitam PKC. Pemerintah China menolak
untuk memperbarui paspornya.
11. Zhou Sheng menikah dengan seorang pria dari Hong Kong. Dia
ditangkap di Shenzhen pada tanggal 5 Maret 2000.
12. Teng Chunyan adalah pakar akupunktur AS. Dia ditangkap di
Shenzhen pada Maret 2000, dijatuhi hukuman penjara tiga tahun dan
dibawa ke pusat pencucian otak.
13. Dai Meiling merupakan warga negara Australia. Dia ditangkap
empat kali karena pergi ke Beijing untuk memohon keadilan bagi
Falun Gong dan ditahan di Pusat Penahanan Nomor Satu Shenzhen
selama 45 hari. Dia melanjutkan mogok makan selama 23 hari dan
hampir meninggal di sana.
14. Zhang Cuiying adalah pelukis dan seorang warga Australia. Dia
ditangkap di Shenzhen Maret 2000 dan dihukum penjara delapan
bulan.
15. Wang Yaoqing dari Hong Kong. Dia ditangkap di Shenzhen pada
Maret 2000. Setelah dia dibebaskan pada tanggal 4 November 2000, ia
menemukan bahwa pengadilan telah melelang apartemennya di
Shenzhen.
16. Yang Ruowei merupakan penduduk tetap Australia. Dia ditahan dan
digeledah oleh pemeriksa paspor Shenzhen pada tanggal 11 Januari
2001, dibawa ke bandara Hong Kong dan diusir. Dia dideportasi ke
Australia.
17. Zhang Yu adalah penduduk Australia. Dia ditahan, digeledah dan
dideportasi oleh otoritas Bea Cukai Shenzhen pada 11 Januari
2001.
18. Cheng Xi adalah seorang ibu rumah tangga dari Taiwan. Dia
ditangkap di Shenzhen pada tanggal 18 Januari 2002 dan dijatuhi
hukuman penjara empat tahun.
19. Zhu Ying adalah wanita, penduduk tetap Kanada. Dia ditangkap
oleh pos pemeriksaan paspor Shenzhen ketika mengunjungi kerabatnya
di Guangzhou.
20. Zhang Yucang, 66, dari Hong Kong, ditangkap di Shenzhen pada
tanggal 8 Mei 2002 dan dijatuhi hukuman penjara tiga tahun di
Penjara Sihui, Provinsi Guangdong.
21. Sun Zhongwen, 55, pengusaha Hong Kong ditangkap di Shenzhen
pada 17 Mei 2002 dan dijatuhi hukuman penjara empat tahun dan
ditahan di Penjara Sihui.
22. Wan Zhengtian dari Hong Kong ditangkap oleh polisi Keamanan
Negara Shenzhen di pemeriksaan paspor Pabean Shenzhen pada
perjalanan kembali ke Hong Kong.
23. Fu Xueying, 36, warga Hong Kong, ditangkap di Shenzhen pada
tanggal 30 Oktober 2003 dan dijatuhi hukuman penjara tiga
tahun.
24. Deng Hong, 59, pengusaha Hong Kong dan warga negara Inggris,
ditangkap ketika mengunjungi sebuah perusahaan di Shenzhen pada
tanggal 13 November 2003.
25. Lin Lixia, 38, menikah dengan seorang pria dari Hong Kong,
ditangkap beberapa kali dan dijatuhi hukuman penjara enam tahun
pada tanggal 8 Januari 2008.
26. Chen Jinshu, 52, dari Hong Kong, ditangkap di Shenzhen pada
tanggal 6 April 2007 dan dijatuhi hukuman penjara enam tahun.
27. Fu (pria) dari Hong Kong. Polisi Keamanan Negara Shenzhen
menangkapnya pada tanggal 17 Mei 2007.
28. Zhang Lihong, 40, menikah dengan seorang pria dari Hong Kong,
ditangkap beberapa kali dan ditahan di sebuah kamp kerja paksa
selama tiga tahun.
29. Yang Xiaolan, menikah dengan seorang pria dari Hong Kong,
ditangkap beberapa kali, dan dijatuhi hukuman kerja paksa selama
dua tahun. Kemudian, dia dihukum penjara tiga tahun.
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2011/7/24/ 深圳 当局 迫害 港台 与 海外
法轮功 学员-244378.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/8/22/127615.html