Konferensi Berbagi Pengalaman via
Internet Ke Delapan Bagi Para Praktisi Di China
(Minghui.org)
Salam kepada Shifu!, Salam kepada rekan-rekan praktisi!
Hanya sekejab mata sudah 16 tahun memasuki pintu kultivasi Falun
Dafa. Dengan perlindungan belas kasih Shifu, saya berhasil lulus
ujian masuk sebuah perguruan tinggi ternama. Di bawah ini saya
ingin berbagi pengalaman kultivasi selama masa-masa awal di
perguruan tinggi.
1. Kultivasi di
Kampus
Seorang Praktisi Harus Rajin Belajar Fa Sebanyak Mungkin di
Lingkungan Manapun
Meninggalkan rumah untuk pergi ke perguruan tinggi adalah
pengalaman pertama kali dalam hidup mandiri, dan saya tiba-tiba
dikelilingi oleh orang-orang yang bukan praktisi. Meskipun tidak
ada praktisi di kampus, Shifu yang belas kasih selalu menjagaku dan
menyemangati saya untuk belajar Fa sebanyak mungkin.
Karena merasa khawatir terhadap teman-teman kampus, saya tidak
belajar Fa secara terbuka pada masa-masa awal di perguruan tinggi.
Setiap malam, saya hanya berbaring di atas tempat tidur sambil
mendengarkan ceramah Shifu melalui pemutar musik MP3, tetapi saya
selalu tertidur sebelum mendengarkannya sampai selesai. Menyadari
bahwa saya telah berbuat tidak hormat terhadap Shifu dan Fa,
setelah dua minggu, saya memutuskan untuk membawa buku-buku Dafa ke
sekolah. Bagaimanapun juga, di asrama mahasiswa selalu sangat
berisik tiap kali baru duduk dan ingin belajar Fa. Saya berusaha
untuk melenyapkan unsur-unsur jahat yang menggangguku, tetapi
kelihatannya mereka terlalu banyak. Merasa kesal dengan kondisi
itu, saya pun memutuskan untuk belajar Fa di asrama ketika saya
tidak ada kuliah, karena saya rasa hanya Dafa-lah yang dapat
memberikan dukungan terhadap apa yang kubutuhkan. Perlahan-lahan
saya merasakan perubahan besar di lingkunganku. Kini semuanya mulai
tenang ketika saya membuka buku-buku Dafa.
Mengidentifikasi Jati Diri Sendiri yang Asli
Selama satu tahun itu, saya mengalami banyak kendala dalam menjalin
hubungan dengan orang-orang lain. Kadang-kadang semua yang
kupikirkan adalah betapa buruknya orang lain. Saya bahkan pernah
berusaha untuk menghindar interaksi dengan rekan-rekan satu kampus,
dimana hal ini membuat mereka tidak dapat memahami saya. Saya pun
merasa sangat terganggu.
Dengan belajar Fa, saya menyadari bahwa unsur-unsur negatif itulah
yang membuatku sulit untuk menjalin hubungan dengan orang-orang
lain, kenyataannya, konsep manusia dan karma pikirankulah yang
selalu berperan, seperti yang Shifu ajarkan:
“Konsep yang terbentuk akan menghambat dan mengendalikan hidup
anda. Konsep manusia biasanya mementingkan diri sendiri atau bahkan
lebih buruk, sehingga ia akan menimbulkan karma pikiran, dan
kemudian manusia juga dikendalikan oleh karma. Manusia dikuasai
oleh Zhu Yuanshen-nya. Bila Zhu Yuanshen anda tidak kuat dan
digantikan oleh konsep-konsep itu, itu berarti bahwa anda telah
menyerah tanpa syarat, dan hidup anda dikendalikan oleh hal-hal
tersebut.” (“Sifat Kebuddhaan,” Zhuan Falun jilid II versi
draft)
Saya secara khusus memancarkan pikiran lurus yang ditujukan kepada
pikiran-pikiran negatif itu. Segera stelah mengenalinya, saya
berusaha keras untuk melenyapkannya. Kini faktor-faktor ini menjadi
semakin sedikit, dan saya benar-benar merasakan jati diri saya yang
asli sedang berperan lebih dominan.
Memposisikan Dasar Fundamental Saya Dengan
Baik
Ketika saya masih berada di bangku sekolah menengah, perhatian
paling besar dariku adalah ditujukan pada belajar mata pelajaran
sekolah dengan lebih efektif. Dengan belajar Fa, saya menjadi sadar
bahwa sebetulnya seorang murid Dafa harus berusaha untuk menjadi
seorang yang baik dalam berbagai macam lingkungan. Seperti
contohnya, sudah merupakan tanggung jawab dan misiku dalam
membuktikan keindahan Dafa melalui prestasi sekolah. Dengan
pemahaman ini, saya mengalami mukjizat di mana Shifu membantuku
mengembangkan kebijakan dan membuat saya dapat menyelesaikan
tugas-tugas sekolah yang paling sulit sekalipun seperti, “Perbankan
Moneter.” Saya sangat gugup setelah profesor memberitahu kami bahwa
soal-soal ujian akhir disusun untuk memisahkan murid-murid terbaik
dari yang lain. Saya terus belajar Fa dan perlahan-lahan menjadi
tenang. Tetapi, saya menjadi takut lagi pada pagi hari saat ujian,
saya cemas soal-soal ujian akan sangat sulit. Pada waktu itu, Shifu
memberikan isyarat sekali lagi kepada saya bahwa segala sesuatu
yang kutemui adalah untuk dikultivasikan dan saya harus
memposisikan dasar fundamentalku dengan baik. Akhirnya saya bisa
menyelesaikan ujian tersebut dengan mudah dan tiga hari setelah itu
saya diberitahu bahwa saya mendapatkan nilai tertinggi.
Melalui pengalaman ini, saya merasa bahwa tidak ada yang kebetulan.
Selama kita mau melepaskan keterikatan hati dan menggunakan pikiran
lurus serta perbuatan lurus, apa yang menjadi milik kita tidak akan
hilang.
Melepaskan Keterikatan Hati terhadap Qing
Kami diharuskan mengikuti wajib militer pada tahun pertama memasuki
perguruan tinggi. Selama masa itu, saya merasa sangat lelah setiap
hari dan juga menjadi sangat rindu pada rumah. Akhirnya, saya
menelepon orangtuaku setiap hari. Setelah kami kembali ke jadwal
normal kampus, saya menggunakan waktu luang di setiap akhir minggu
untuk pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama kedua
orangtuaku. Saya marah ketika jadwal kegiatan kampus dilaksanakan
pada hari Jumat malam, yang berarti saya tidak dapat pulang ke
rumah. Saya menelepon ibuku, menangis dan mengeluhkan situasi
semacam itu. Beliau berkata, “Kamu harus mencari ke dalam dan
cobalah untuk tidak melawan lingkungan kultivasimu lagi.” Saya
berpikir dalam hati, “Apa yang salah dengan diriku, kenapa saya
selalu ingin pulang ke rumah?”
Keterikatan hatiku untuk pulang ke rumah juga menimbulkan salah
paham dan prasangka buruk di antara teman-teman kampus. Suatu
malam, saya mengalami mimpi di mana saya diberitahu bahwa
teman-teman kampus benci pada saya karena saya selalu ingin pulang
ke rumah dan terlalu bergantung diri pada ibuku dalam segala hal.
Setelah bangun, saya sadari bahwa itu adalah isyarat dari Shifu
yang belas kasih. Saya pun mencari sebab yang membuatku ingin
pulang ke rumah dengan belajar Fa dengan baik untuk menyingkap
keterikatan-keterikatanku. Pertama, saya merasa cemas kultivasiku
akan tertinggal jika saya menghabiskan banyak waktu dengan
teman-teman yang bukan praktisi, di mana hal ini memperlihatkan
bahwa saya kurang percaya pada Shifu dan Fa. Kedua, saya selalu
mencari nasehat dari ibuku ketika saya menghadapi kesulitan dalam
berkultivasi, di mana hal ini merupakan manifestasi dari
ketergantunganku pada praktisi lain. Saya kemudian menyadari bahwa
saya terlalu terikat pada Qing (sentimentil).
2. Kultivasi Pada Liburan Musim Panas
Mematut Diri dengan Ketat di Rumah
Sudah lama saya selalu berpikir bahwa saya tidak perlu mematut
diriku dengan standar tinggi yang sama ketika pulang ke rumah.
Lagipula, orangtua saya tidak pernah mengkritik saya bagaimanapun
saya berperilaku. Maka dari itu, saya menjadi kendur dalam mematut
diri ketika pulang ke rumah.
Segalanya tampak cukup berbeda pada liburan musim panas pertama di
tahun pertama kuliah. Ibu saya menjadi pekerja tetap dan ayah saya
menjadi semakin sibuk. Sehingga, saya adalah satu-satunya orang
yang ada di rumah pada hari itu. Apa yang paling membuatku kesal
pada hari itu adalah tidak ada orang yang memasakkan makanan siang
untukku. Saya menjadi sangat marah sampai saya bertengkar dengan
ayah pada suatu hari. Ayahku, yang biasanya adalah diam dan ramah,
pun tidak dapat tahan menghadapiku. Ibu memanggilku, dan berkata,
“Kamu adalah seorang kultivator. Bagaimana boleh kamu jadi marah?”
Saya mencoba untuk membela diri dengan berkata, “Saya tidak
disiapkan makanan siang dan tidak ada orang yang bisa diajak bicara
setiap hari. Saya merasa sangat kesepian dan frustasi.” Beliau
membalas, “Kamu harus mencari ke dalam dan memikirkan keadaannya.
Kenapa ayahmu dan saya menjadi semakin sibuk ketika kamu memulai
liburan msim panas? Bukankah ini sebuah kesempatan bagi kamu untuk
meningkatkan diri? Tidakkah kamu sadar bahwa kamu tidak pernah
memperlakukan diri sebagai seorang kultivator saat berada di
rumah?” Beliau meneruskan, “Lebih-lebih lagi, kamu bukan seorang
anak kecil lagi. Murid Dafa harus membawa diri dengan baik di
manapun mereka berada. Ayahmu bukanlah kultivator. Jika kamu
berkelakuan buruk di depannya, kesan apa yang akan kamu berikan
kepadanya?” Kata-kata ibuku ini membuat pikiranku menjadi makin
jernih.
Mendapatkan Manfaat dari Belajar Fa Bersama
Shifu yang belas kasih telah mengatur seorang bibi, praktisi, untuk
mencariku begitu saya memulai liburan musim panas, dan saya pun
menghadiri kelompok belajar Fa bersama pada hari kedua liburanku.
Saya tahu harapan dari Shifu adalah kita sebagai murid-murid muda
Dafa tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan lebih banyak belajar
Fa.
Saya sadari bahwa harus memainkan peranku sebagai murid Dafa dan
membantu murid-murid Dafa muda lainnya untuk meningkat
bersama-sama. Shifu telah mengatur saya untuk bisa belajar Fa
dengan seorang murid Dafa cilik yang berusia sembilan tahun. Dia
sangat nakal dan kadang-kadang berkelakuan tidak pantas. Saya
berbicara kepada ibunya mengenai dirinya, “Saya rasa tidak bisa
membantunya lagi?” Ibunya menjawab, “Jangan lupa bahwa sesama rekan
praktisi adalah bagaikan cermin. Tidakkah kamu lihat bahwa
perilakunya tidak jauh berbeda dengan perilakumu di rumah?” Saya
sadar bahwa Shifu telah mengaturnya untukku, saya tidak berhak
untuk menepisnya, karena masih banyak yang harus saya kultivasikan
juga.
Kadang-kadang saya tidak dapat tahan untuk menegur gadis kecil itu
karena berperilaku bandel, tetapi cacian juga tidak membawakan
hasil. Melalui belajar Fa, saya sadari bahwa hasilnya tidak bagus
karena saya tidak cukup berbelas kasih padanya. Lalu saya mulai
merubah nada bicaraku dan perlahan-lahan dia menjadi lebih
perhatian dan menurut. Kini dia telah berubah banyak dan tidak
bandel lagi saat belajar Fa. Pada waktu yang bersamaan, saya mulai
menaruh perhatian pada kultivasi diri sendiri saat berada di
rumah.
3. Pengalaman Klarifikasi Fakta kepada Teman-teman
Kampus
Saya sebelumnya selalu ragu untuk membicarakan Falun Gong pada enam
bulan awal masuk perguruan tinggi. Lalu saya putuskan untuk memulai
membicarakannya kepada teman-teman satu asrama. Suatu kali, seluruh
murid di asrama pergi keluar untuk makan dan saya berencana untuk
memanfaatkan kesempatan ini menceritakan kepada mereka apa
sebenarnya Falun Gong itu, hanya saja saya tidak tahu bagaimana
untuk memulainya. Anehnya, tidak ada orang yang ingin kembali ke
asrama setelah selesai makan malam, dan semuanya terus berkeliaran
meskipun tidak ada banyak yang dibicarakan. Saya tahu mereka
menungguku untuk bicara, jadi saya akhirnya memberanikan diri untuk
berbicara fakta mengenai Falun Gong. Saya terkejut, ternyata mereka
semua memberi tepuk tangan ketika saya selesai berbicara, dengan
mengatakan, “Kamu tidak usah cemas. Kami semua mendukung latihanmu.
Kamu sangat baik.“ Saya merasa malu setelah mendengarnya,
bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa membutuhkan waktu begitu
lama untuk berbicara kepada mereka. Saya sadari bahwa, sebagai
murid Dafa pada masa pelurusan Fa, saya harus menggunakan setiap
kesempatan untuk berbicara kepada orang-orang mengenai fakta
kebenaran Falun Gong dalam kehidupan sehari-hari maupun saat
bekerja.
Kata-kata Penutup
Setelah menyelesaikan kultivasi tahun pertama di perguruan tinggi,
saya menjadi sadar bahwa tidak peduli betapa rumit dan kacaunya
lingkungan kita, tidak perlu cemas mengenai gangguan dari
lingkungan apapun. Di bawah pengaturan Shifu yang belas kasih,
semuanya akan diluruskan selama murid-murid Dafa memiliki keinginan
tulus untuk menyelamatkan makhluk hidup. Selama kita memiliki Fa di
hati kita, tidak ada rintangan yang dapat menghalangi kita. Kita
semua datang demi Fa, khususnya murid-murid Dafa yang lebih muda.
Kita tidak boleh mengendurkan diri dan harus saling menyemangati
untuk lebih gigih dalam babak terakhir dari perjalanan kultivasi
kita.
Di atas hanya pengalaman pribadi saja. Mohon tunjukkan jika ada
yang tidak tepat.
Chinese:
http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/11/明慧法会--青年弟子-我们都是为法而来-249014.html
English:
http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/20/129587.html