(Minghui.org) Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Indonesia tahun 2012 diadakan di Jimbaran, Bali pada 28 Oktober 2012. 17 praktisi dari berbagai wilayah Indonesia berbagi pengalaman mereka dalam berkultivasi Falun Dafa di hadapan lebih dari 1.100 praktisi termasuk puluhan praktisi dari Korea, Taiwan, Malaysia dan Singapura.
Praktisi dari seluruh Indonesia
dan mancanegara menghadiri Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi
Falun Dafa Indonesia 2012 di Bali
Praktisi sedang membacakan pengalaman kultivasi mereka
Wayan berbagi pengalamannya
mengatasi rintangan mabuk perjalanan yang dideritanya sejak lama.
Rintangan tersebut selama ini membatasi lingkup kegiatan yang dapat
diikutinya. Dengan memperkuat pikiran lurus dan berdasarkan
keinginan untuk membuktikan Dafa dan menyelamatkan makhluk hidup,
dia akhirnya dapat mengatasi rintangan ini.
Ibu Amik berbagi pengalamannya menganjurkan para turis China agar
mengenali kejahatan Partai Komunis China dan mundur dari partai
jahat. Selama proses melakukan klarifikasi fakta pada para turis
China, dia dan rekan-rekan praktisi juga mengklarifikasi kepada
warga, para tokoh setempat tentang fakta kebenaran dari Falun Gong.
Melalui koordinasi dan kerjasama tubuh kesatuan serta peningkatan
Xinxing, berbagai tekanan, kesulitan dapat diatasi.
Ibu Hariyani menceritakan pengalaman kultivasinya bersama NTD,
mengatasi berbagai kritikan pedas dan tetap bertahan. Melalui
belajar Fa bersama dan berkat dukungan dari rekan lain, dia dapat
melewati ujian Qing yang pernah memisahkan dirinya dari tubuh
kesatuan selama beberapa waktu.
Sukayana memperoleh Fa pada 2003, saat itu kondisi kesehatannya
sangat buruk. Maka pada saat bergabung, awalnya dia hendak mencari
penyembuhan bagi penyakit-penyakit yang dideritanya. Namun saat
memahami lebih mendalam makna ‘Qigong adalah Xiulian’ , dia mulai
memahami bahwa peningkatan Xinxing (moralnya) baru benar-benar
dapat menuntunnya pada kesehatan yang sejati. Setelah merasakan
sendiri keajaiban Dafa, dia mulai memperkenalkan Falun Dafa kepada
para warga di desanya. Berkat upaya bersama, saat ini di desanya
sudah ada sekitar 70 orang yang secara aktif belajar Fa, berlatih
Gong serta menyebarkan Dafa bersama.
Ibu Yati berbagi pengalamannya mengklarifikasi fakta penganiayaan
Falun Gong secara rutin di depan kedubes China dan merasakan
perubahan sikap dari khalayak maupun petugas kepolisian, yang dari
waktu ke waktu semakin memahami mengapa para praktisi bertahan
dalam panas dan hujan, bermeditasi secara damai di depan
kedubes.
Purnawerdi menceritakan tentang keajaiban Dafa yang telah
menyelamatkan istri dan kedua putrinya dari kecelakaan fatal.
Disaat kritis, mobilnya yang sudah tidak dapat dikendalikan, dapat
berbelok sendiri ke tempat yang sepi. Melalui kejadian ini, dia
merasa harus lebih gigih maju melakukan tiga hal.
Willy yang telah mengalami kelumpuhan sebelum berkultivasi Dafa,
menceritakan bagaimana dia tetap berupaya menyelamatkan orang-orang
Tionghoa di daratan China melalui klarifikasi melalui telepon.
Demikian pula Ibu Hui juga menceritakan pengalamannya menelepon ke
China, menganjurkan orang-orang di sana agar mundur dari PKC.
Mengklarifikasi fakta via telepon bagaikan berkelana, dapat
berjumpa berbagai macam orang, yang mencaci, yang setuju, yang
mengancam. Namun dengan meneguhkan pikiran lurus dan dengan belas
kasih di hati mereka, para praktisi dapat meyakinkan orang-orang
daratan China untuk memisahkan diri dari kejahatan PKC, demi
kebaikan mereka sendiri.
Totok, praktisi baru dari Putussibau, Kapuas Hulu adalah
satu-satunya praktisi Dafa di kotanya. Dia berharap rekan-rekan
yang memiliki lingkungan belajar Fa dan latihan bersama agar dapat
menghargainya, karena dirinya yang berkultivasi sendirian –
kadangkala merasakan keputusasaan, serta sulitnya menjaga Xinxing
di tengah masyarakat manusia biasa.
Sudira memiliki pengalaman yang menyentuh. Saat itu hujan turun
tanpa henti, namun dia dan dua rekan praktisi memutuskan tetap
mengklarifikasi fakta kepada para turis daratan China di sebuah
tempat wisata. Tanpa diduga, saat memasang poster-poster
klarifikasi, beberapa turis daratan China malah membantu para
praktisi memasang poster di tengah hujan dan mengambil foto-foto
poster. Dia menyadari Guru tengah memberinya semangat, lalu berkata
dalam hati, “Guru, saya akan terus mengklarifikasi fakta, saya akan
terus gigih maju.”
Praktisi Bambang berbagi pemahamannya akan pentingnya berkoordinasi
dan bekerjasama, serta menyingkirkan sifat egois.
Ibu Harum menceritakan bagaimana mengatasi berbagai keterikatan
hati dan konsep manusia sebagai seorang istri pejabat, untuk secara
gigih mengklarifikasi fakta terutama kepada orang-orang Tionghoa
yang teracuni propaganda PKC. Sementara praktisi Rudi menceritakan
pengalamannya, bersama rekan-rekan memperkenalkan Dafa ke
sekolah-sekolah.
Sukendro menceritakan mimpi yang baru-baru ini dialaminya. Dalam
mimpi dia melihat jalan akhir dari pelurusan Fa bagaikan rel
berwarna biru yang sempit dan lurus, dan di ujungnya terdapat
sebuah gerbang. Banyak praktisi yang gigih maju, menjelang tahap
akhir dari pelurusan Fa justru berbelok dari rel dan membiarkan
diri mereka kembali larut dalam masyarakat manusia biasa. Hal mana
dipahaminya sebagai hardikan tongkat agar segera melepaskan
berbagai keterikatan hati.
Beberapa praktisi yang mengikuti konferensi Fa mengatakan kepada
koresponden Minghui, bahwa mereka telah mengenali jarak
kesenjangan, kekurangan diri mereka dari sharing rekan-rekan, serta
merasa terdorong untuk lebih gigih maju, memanfaatkan waktu yang
terbatas untuk lebih banyak menyelamatkan makhluk hidup. Konferensi
Fa tersebut dibuka pada 8.30 pagi dan ditutup pada pukul 16
sore.