(Minghui.org)
Saya menjadi praktisi Falun Dafa pada 1997. Kehidupan saya berubah
ketika memperoleh Falun Dafa, dari sebagai mahasiswi menjadi
karyawan dan ibu. Selama bertahun-tahun saya mengalami banyak
kesengsaraan dan dengan bimbingan Guru, saya melewati ujian ini.
Saya berterima kasih kepada Guru dari lubuk hati saya.
Saya adalah anak tunggal dan
tinggal bersama dengan ibu setelah orangtua saya bercerai. Pada
tahun 2010, ibu meninggal dan saya sangat tertekan karena kedekatan
saya dengan ibu. Ibu merupakan satu-satunya pendukung dan
perlindungan saya.
Juga, karena tidak rajin belajar Fa, pemahaman saya terhadap Fa
sangat dangkal. Maka itu, saya tidak dapat menghadapi kesengsaraan
ini dan kehilangan kesempatan untuk melewati ujian ini.
Kesengsaraan saya diperparah oleh kerabat saya mengambil semua
benda milik ibu saya, dari benda terkecil hingga terbesar, termasuk
rumah dan tanah. Saya menghadapi keserakahan orang lain dan sangat
menderita.
Suami dan saya tinggal bersama dengan orangtuanya. Hati saya penuh
kebencian dan dendam. Saya percaya bahwa ibu saya menderita
sepanjang hidupnya karena orang-orang di sekitar kami. Saya tidak
ingat sebagai seorang praktisi. Sifat manusia saya berperan. Saya
membenci orang-orang ini, bertengkar dengan suami, menyumpahi
mertua, bahkan mengutuk ayah dan bibi saya.
Ini berlangsung selama enam bulan. Satu hari, saya tidak dapat
bernapas dan merasakan sangat kesakitan di dada. Suami membawa saya
ke rumah sakit dan dokter tidak dapat menemukan apa yang salah.
Sakitnya terus berlanjut dan saya harus duduk ketika tidur. Saya
masih tidak menyadari apapun.
Bangun dari Tidur Lelap
Ketika saya kembali ke rumah semula, saya bertemu dengan seorang
praktisi. Kami belajar Fa dengan rajin. Selama masa itu saya
mendengar kata-kata Guru di dalam hati saya,
“Selalu
berpikir secara demikian, pikiran pertama adalah berpikir pada diri
sendiri, berpikir pada masalah yang terjadi, barang siapa yang
tidak mematut diri secara demikian maka dia bukanlah seorang
praktisi Xiulian Dafa yang sejati.” (“Apa yang Disebut Sebagai
Pengikut Dafa, 2011”)
Saya tiba-tiba menyadari bahwa
saya tidak benar-benar berkultivasi karena saya tidak pernah
mencari ke dalam. Ketika terjadi konflik, saya menyalahkan orang
lain, saya menggunakan prinsip Fa untuk mengkritik orang lain. Saya
selalu berpikir bahwa saya lebih baik dari orang lain dan tidak
pernah memeriksa diri sendiri berdasarkan Fa. Itulah sebabnya
mengapa hidup saya begitu tertekan.
Guru tidak pernah melepaskan saya. Beliau berulang kali memberi
petunjuk dan akhirnya saya terbangun dari tidur lelap. Waktu itu
saya berpikir, ”Saya ingin menjadi kultivator sejati.”
Saya mulai mencari ke dalam dan menemukan banyak konsep manusia.
Saya berusaha untuk melenyapkannya. Satu hari, saya mengalami
gelombang panas yang bergerak melalui tubuh saya. Saya merasa dada
saya sakit, sakitnya mengembang ke luar seperti urat kayu pohon dan
kemudian perlahan-lahan lenyap. Waktu itu, saya benar-benar
merasakan keagungan Guru.
Memahami Fa Setelah Belajar Fa dengan Rajin
Dengan bantuan dari rekan-rekan praktisi dan belajar Fa, saya
menyadari banyak kebenaran Fa. Setelah membaca artikel “Pengikut
Dafa Harus Belajar Fa,” saya mengerti bahwa pengikut Dafa adalah
luar biasa karena mereka ingin menolong makhluk hidup. Kita
membersihkan diri sendiri dengan prinsip Fa yang lurus. Ini adalah
kultivasi sejati, ini adalah kebajikan perkasa dari praktisi Dafa
yang tersadarkan. Sekarang, saya mengerti betapa seriusnya
kultivasi itu dan betapa sulitnya menyelamatkan makhluk hidup.
Seorang praktisi hanya bisa menyelamatkan manusia, bagaimana saya
bisa membenci orang-orang?
Guru menyauk kita keluar dari neraka dan menyingkirkan banyak karma
kita. Kemudian, beliau dengan sabar membimbing kita, selangkah demi
selangkah, seperti orang tua mengajari anaknya berjalan. Beliau
membuat kita seperti sekarang ini. Beliau memberikan semua yang
kita perlukan untuk berubah dari seorang praktisi menjadi dewa dan
semua yang kita perlukan untuk menjadi seorang dewa.
Saya menangis ketika berpikir betapa besar penderitaan Guru dalam
menyelamatkan makhluk hidup. Penderitaan Guru karena keinginannya
untuk menyelamatkan makhluk hidup, melampaui kata-kata dan
penjelasan. Kata-kata “Karunia Besar Buddha” tidak cukup untuk
menggambarkan kemuliaan Guru. Saya tiba-tiba merasa begitu kecil,
tidak berarti dan tidak berguna.
Guru turun dari berbagai lapis untuk datang ke tempat paling rendah
dan kotor di alam semesta untuk menyelamatkan makhluk hidup. Beliau
dipermalukan, diolok-olok dan difitnah. Menghadapi makhluk hidup
seperti itu, Guru masih ingin menyelamatkan mereka dan membawa
mereka ke tingkat tinggi. Dari hal ini saya memahami bahwa hati
saya makin lapang, makin banyak makhluk hidup yang dapat saya
selamatkan dan itu menentukan dimana tingkatan saya.
Saya pergi menemui mereka yang melukai hati ibu saya dan saya.
Tidak perduli apapun, saya menemukan di mana kesalahan saya
terhadap mereka, maka saya minta maaf kepada mereka satu persatu.
Ini membantu saya untuk mengenali di mana saya dapat meningkat.
Akhirnya saya menempatkan Falun Dafa sebagai pertama dan juga
membuka hati mereka. Mereka tidak lagi berpikiran buruk terhadap
Falun Dafa setelah melihat perubahan saya.
Tubuh saya seringan bulu. Saya menjadi berbelas kasih seperti
praktisi yang telah belajar toleran. Saya sepenuhnya berubah.
Sekarang, beberapa kerabat saya yang memahami fakta kebenaran
tentang penganiayaan Falun Dafa membantu saya untuk klarifikasi
fakta Falun Dafa.
Rekan-rekan praktisi, Falun Dafa tak tertandingi dan mahakuasa.
Semakin saya berlatih, semakin saya rasakan bahwa saya masih jauh
dari apa yang Guru inginkan. Saya harus bekerja keras untuk
mengejarnya, mencari ke dalam dan berasimilasi dengan Fa. Hanya
ketika saya melepaskan diri sendiri dan menyelamatkan lebih banyak
makhluk hidup baru saya layak diselamatkan oleh Guru dan bergelar
sebagai praktisi Falun Dafa.
Chinese version click here
English
version click here