(Minghui.org)
Salam hormat kepada Shifu, Salam kepada teman-teman praktisi.
Nama saya Ni Wayan Eka Angga Sari, praktisi Bali usia 17
tahun.
Setelah berlatih Falun Dafa, saya mengikuti Sekolah Minghui, di
sana saya mendapatkan banyak pelajaran seperti belajar melukis,
menyanyi, dan salah satunya adalah menari. Sejak saya berusia 13
tahun saya banyak mengikuti kegiatan publik Falun Dafa seperti
pawai, pameran lukisan di daerah setempat, konferensi berbagi
pengalaman. Saat menari, saya hanya berpikir untuk mengingat setiap
tarian yang akan ditampilkan tanpa mengetahui tujuan saya menari.
Pemahaman saya tentang menari sangat dangkal, tidak mengerti
bagaimana cara untuk tersenyum dan menghayati tarian. Saya tidak
pernah melakukan pemanasan sebelum menari, dan hal terpenting yang
jarang saya lakukan dengan baik, yaitu belajar Fa dan memancarkan
pikiran lurus.
Berlangsung selama 3 tahun,
saya juga belum melakukan hal-hal terpenting tersebut. Saat saya
dan teman-teman pentas, seorang praktisi dari Australia
melihat tarian kami. Ia berkomentar bahwa kami tidak menari dengan
baik. Tidak ada semangat, dan penghayatan. Selang beberapa
minggu ia mengajarkan sebuah tarian kepada kami. Usai
melakukan latihan Gong dan membaca ceramah di tepi pantai, kami
mulai belajar tarian baru tersebut. Saat beliau memutar lagu sambil
memeragakan tarian tersebut, saya melihat tarian itu sangat
bagus. Tetapi untuk menarikannya perlu melakukan pemanasan
sebelumnya. Di sana saya dan teman-teman diberitahu apa saja yang
perlu dilakukan saat pemanasan. Ini pertama kalinya saya
melakukan pemanasan. Ternyata sangat sulit untuk mempraktekkan
tarian tersebut. Harus cepat menghafalnya karena gerakan dan
formasi tariannya banyak. Kami melatihnya berulang-ulang hingga
letih, namun saya dan teman-teman tetap semangat untuk
mempelajarinya. Saat beristirahat, rekan praktisi mengajak kami
sharing bersama dan menceritakan pengalamannya saat menari. Usai
waktu beristirahat kami melanjutkan latihan lagi sampai
selesai. Selama seminggu kami mempelajarinya. Kami sudah bisa
menangkap dan mengingat tarian tersebut. Praktisi ini tidak lama
lagi di Bali, karena waktu liburannya sudah habis. Saya dan
teman-teman berterima kasih padanya karena sudah meluangkan waktu
berliburnya untuk mengajari kami tarian yang baru.
Karena ia bukan pelatih tari yang tetap, maka seterusnya saya dan
teman-teman melakukan latihan menari sendiri. Seminggu sekali kami
melakukan latihan karena terbentur hari sekolah. Sebelum melakukan
latihan kami membaca ‘Petunjuk Penting untuk Gigih Maju’ dan
melanjutkannya dengan pemanasan. Usai tersebut kami mulai latihan
menari. Hanya 2 kali menarikannya kami sudah beristirahat.
Sepanjang istirahat kami hanya membicarakan hal-hal manusia biasa.
Disamping itu juga memutar lagu-lagu manusia biasa. Waktu terbuang
karena lebih banyak mengobrol dari pada latihannya. Setelah itu
kami lanjut untuk latihan. Hanya beberapa kali saja kami sudah
mengakhiri latihan tari, karena waktu sudah hampir malam dan
melanjutkan minggu depan lagi. Berselang 2 tahun tetap begitu.
Sampai-sampai teman dari praktisi kami yang menginap di rumahnya
berkomentar: “Lebih banyak mengobrolnya dari pada latihan
menarinya.” Walaupun ada yang berkomentar demikian, kami tetap saja
mengikuti kebiasaan buruk tersebut.
Saat liburan sekolah, praktisi dari Australia datang ke Bali lagi.
beliau ingin mengajarkan 3 tarian sekaligus dalam waktu 3 minggu.
Waktu yang sangat singkat dan memerlukan keseriusan dalam menghafal
gerakan dan formasi yang lebih banyak. Awalnya saya dan teman-teman
banyak mengeluh dan pesimis nantinya apakah bisa menghafal. Tetapi
seiring latihan yang dilakukan setiap hari, dari pagi hingga malam,
Fa Zheng Nian, Lian Gong, belajar Fa 1 ceramah, kami dapat
menghafal semua tarian walau belum menguasai 100%. Saya pernah
merasa sangat lelah untuk mengikuti pemanasan, sangat tidak tahan
mengikutinya karena harus mempunyai kelenturan. Jadi saya sengaja
mengulur waktu untuk menghindari pemanasan. Saat sampai di tempat
latihan, ternyata semua masih menunggu agar semuanya datang dan
melakukan belajar Fa bersama. Saya menyadari prilaku saya itu
sangat buruk dan tidak mengulanginya lagi. Setelah belajar
selama 3 minggu saya dan teman-teman pentas di acara pameran. Di
sana kami dibimbing untuk melakukan pemancaran pikiran lurus, tidak
bermain-main atau mengobrol sebelum pentas dimulai.
Satu bulan sudah berlalu, guru tari kami pergi ke Australia lagi,
dan kami pun harus latihan sendiri lagi. Tetapi setelah itu
kebiasaan buruk terulang lagi. Lebih banyak mengobrol daripada
membaca ceramah dan menari.
Setelah itu kami berencana untuk mengajarkan salah satu tarian
kepada adik-adik Sekolah Minghui. Saya dan teman-teman yang
mengajar saja belum bagus latihan menarinya, tetapi sekarang sudah
mau mengajarinya kepada adik-adik Minghui yang lain. Hasilnya saat
latihan, banyak keterikatan hati saya yang muncul. Ada salah
seorang gerakannya kurang bagus walau sudah belajar berkali-kali.
Saya menjadi tidak sabar. Berkali-kali mengajarinya. Timbul juga
rasa tidak suka. Sangat geram mengajarinya. Setelah waktu lama baru
saya menyadari dan mencari ke dalam. Sebelum mengajar nari, saya
tidak pernah belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus. Saya juga
tidak bisa melewati ujian xinxing. Lalu rasa tidak suka saya hilang
perlahan dan saya perbanyak luangkan waktu untuk banyak belajar Fa,
memancarkan pikiran lurus dan berlatih Gong.
Saat praktisi dari Australia datang ke Bali lagi untuk mengajarkan
tarian baru lagi untuk Konferensi Fa di Bali. Kali ini hanya saya
dan adik-adik Minghui saja yang bisa mengikuti latihan nari. Waktu
beliau di Bali juga sangat terbatas, jadi beliau menunjuk saya
untuk menghafalkan penuh tarian tersebut lalu mengajarinya kepada
yang lainnya. Sebelum latihan nari, saya sempatkan belajar Fa dan
Fa Zheng Nian di rumah. Lalu saya pergi ke tempat latihan nari. 4
hari saya bisa menghafal tarian tersebut. Setelah hafal saya diberi
tanggung jawab untuk mengajarkan kepada adik-adik Sekolah Minghui.
Esoknya sebelum mengajar, saya sempatkan belajar Fa di rumah. Saat
belajar nari saya mengalami kesulitan karena personil melebihi dari
yang dibutuhkan. Harus ada seleksi baru bisa membuat formasi.
Tetapi di sana timbul keterikatan hati saya. Jika saya menyeleksi,
saya takut yang tidak terpilih akan kecewa. Perlahan saya
menghilangkan keterikatan tersebut dan saya mulai membicarakannya
secara baik-baik kepada mereka. Akhirnya mereka mengerti, tidak ada
rasa sedih di wajah mereka. Ada gerakan yang perlu keseimbangan,
gerakan berputar-putar, saat mencobanya keluhan sangat banyak.
Tetapi saya tetap bersabar untuk mengajarinya, mempraktekkan
terus-menerus dan mencari tahu cara agar bisa mengikuti gerakan
tersebut. Disamping itu saya memberikan semangat agar terus
mencoba. Hasilnya mereka bisa mengikutinya walaupun belum sempurna.
Tetapi saya ingatkan terus untuk belajar di rumah sendiri, akhirnya
mereka bisa melakukannya dengan baik. Latihan berlangsung dengan
baik dan formasi yang banyak pun bisa kami coba sampai selesai.
Setelah 2 minggu mereka bisa menghafal tariannya.
Saat akan pergi ke tempat latihan, saya lupa untuk belajar Fa di
rumah. Hasil latihan menari menjadi kurang bagus. Formasi yang
sebelumnya telah dicoba dengan baik, sekarang malah berantakan.
Walaupun mengulangnya terus-menerus tetap tidak bagus. Saat membaca
Jingwen sebelum menari, saya mendapat pemahaman. Dalam Jingwen,
‘Melangkah Menuju Kesempurnaan,’ Guru berkata: “Masih ada lagi
pekerja Dafa dalam waktu panjang tidak membaca buku dan belajar Fa,
dengan begini bagaimana dapat melakukan pekerjaan Dafa dengan baik.
Secara tidak sengaja kalian telah mengakibatkan banyak kerugian
yang sulit dipulihkan. Pelajaran yang lalu seharusnya membuat anda
semakin matang. Tidak membiarkan kekuatan jahat yang lama menyusup
celah kekosongan pikiran kalian, cara satu-satunya adalah dengan
ketat mengatur waktu belajar Fa.” Dari ceramah tersebut saya
menyadari kekurangan diri. Dulu saya tidak pernah belajar Fa
sebelum latihan menari. Hasilnya banyak keterikatan hati yang
muncul dan lingkungan menjadi tidak baik. Saya sangat sedih bila
mengingat lingkungan latihan menari yang dulu, namun tidak patut
juga untuk disedihkan terus-menerus.
Sebelumnya jadwal latihan nari tidak teratur, bahkan kadangkala
saat akan pentas saja baru latihan. Sekarang saya membuat jadwal
nari seminggu dua kali. Saya mengganti bahan bacaan menjadi belajar
Zhuan Falun. Melakukan Fa Zheng Nian dan menyempatkan waktu untuk
Lian Gong. Setelah Lian Gong kami melakukan pemanasan. Sambil
melakukan pemanasan saya hidupkan musik-musik Dafa. Saat latihan
menari saya tegaskan untuk tidak banyak bercanda dan mengobrol.
Saat istirahat juga begitu, ada yang mulai membicarakan topik
manusia biasa, saya mengingatkan untuk tidak membicarakannya
terlalu berlarut. Guru berkata dalam Zhuan Falun, “Yang kita sebut
Xiu Kou adalah hal-hal yang menyangkut nama dan kepentingan di
tengah manusia biasa yang tidak sanggup dilepas dan sesuatu yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan nyata praktisi Xiulian dalam
masyarakat, atau sesuatu yang tidak berguna yang dipergunjingkan di
antara pengikut sesama aliran, atau dikarenakan dorongan
keterikatan hati sehingga menonjolkan diri sendiri, atau
menyebarkan sejumlah berita selentingan, atau terhadap sejumlah
hal-hal lain di masyarakat yang bila dibicarakan jadi sangat
bersemangat, sangat ingin dibicarakan, menurut saya ini semua
adalah keterikatan hati manusia.”
Dalam hal menari bukan hanya gerakan saja yang terpenting. Seperti
yang Shifu katakan pada Ceramah Fa di Lokakarya Kreasi Seni Lukis,
Washington DC, 21 Juli 2003: “Di dalam hasil karya anda juga harus
menampilkan keindahan, menampilkan ketulusan, kemurnian, kebajikan
dan kecemerlangan.” “Saya pikir dengan adanya fondasi dari teknik
dasar, ditambah keindahan yang benar-benar baik, tulus dan murni
yang dipahami pengikut Dafa di dalam Xiulian, tentu dapat
menampilkan hal-hal yang baik.”
Dari ceramah Shifu, saya belajar bagaimana menari yang benar-benar
dari lubuk hati yang tulus. Rasanya sangat berbeda. Tidak ada beban
pikiran bagaimana cara tersenyum dan mengingat terus gerakan dan
formasi. Saat menari benar-benar melalui hati, saya menikmati
tarian tersebut dengan senyuman yang tanpa beban. Di samping itu
pikiran harus terfokus untuk mengklarifikasi fakta, bukan sekedar
pementasan tari saja. Agar orang-orang yang menonton terklarifikasi
bahwa Falun Dafa itu baik dan indah. Shifu berkata pada Ceramah Fa
di Lokakarya Kreasi Seni Lukis, Washington DC, 21 Juli 2003: “Saya
bicarakan lagi sejenak apa yang seharusnya ditampilkan oleh
kesenian manusia. Kesenian manusia adalah untuk menampilkan manusia
sendiri? Atau untuk menampilkan lingkungan alam? Atau untuk
menampilkan Dewa? Setan? Harus diketahui, kesenian manusia yang
sebenarnya pertama-tama muncul di istana Dewa. Tujuan lain dari
Dewa menurunkan kebudayaan semacam ini kepada manusia juga agar
manusia dapat melihat keagungan Dewa, memercayai hukum karma, yang
berbuat jahat akan mendapat ganjaran, orang baik akan mendapat
kemujuran, orang yang berkultivasi akan naik menuju surga.”
Saat saya mengalami pemurnian, saya coba terus untuk menerobosnya.
Sampai di tempat latihan saya tetap semangat untuk menari walau
masih mengalami pemurnian. Suatu hari saya pernah tidak bisa
melewatinya. Saya terlalu memikirkannya, terlalu terikat
sampai-sampai saya membatalkan latihan nari. Saya lalu menyadari
dan mencari ke dalam, mengapa saya terlalu memikirkannya dan tidak
bisa menerobosnya. Saat saya mengalami pemurnian lagi, saya bisa
menerobosnya. Tidak ingin karena keterikatan hati ini saya
membatalkan latihan nari.
Menyingkirkan keterikatan Hati
Dulunya saya mempunyai keterikatan yang sangat kuat, yaitu
mendengarkan musik manusia biasa dan menonton video klip manusia
biasa. Sampai- sampai saya membuat pengalaman bahwa saya sudah
melepaskannya. Karena paksaan dari Ayah saya untuk menghapusnya dan
bukan dari hati ingin menyingkirkannya, tidak lama kemudian,
keterikatan tersebut datang lagi. Sejak SMA saya sangat terpengaruh
oleh lingkungan sekolah. Apa yang paling populer sekarang entah
lagu pop dan video klip saya ikut mengoleksinya, tidak mau
ketinggalan untuk mengoleksinya. Terus mendengarkan memakai
headset. Sampai tidur pun saya mendengarkannya. Banyak
headset menjadi rusak karena terus digunakan. Tetapi saya
tidak menyadari bahwa itu isyarat Guru untuk melepaskan keterikatan
hati saya itu, saya tetap saja membeli yang baru sampai banyak
menghabiskan uang.
Setelah tamat SMA saya tidak terlalu terpengaruh dengan lingkungan
di sekolah sebelumnya. Tiba-tiba saya merasa sangat bosan bila
mendengarkan lagu dan menonton video klip manusia biasa yang saya
koleksi. Dengan tanpa beban saya menghapus semuanya. Saya teringat
Ceramah Fa di Lokakarya Kreasi Seni Lukis, Washington DC, 21 Juli
2003, Shifu berkata:
“Akan tetapi, inti kreasi dari karya seni manusia seharusnya adalah
Dewa. Mengapa dikatakan demikian? Coba anda sekalian pikirkan,
manusia mempunyai karma, kalian adalah pengikut Dafa semuanya tahu,
segala yang digambar oleh manusia selalu membawa unsur-unsur dari
pelukisnya sendiri. Dalam karya seorang seniman, segala keadaan
pribadinya beserta segala keadaan dari orang yang dilukis selalu
terbawa di dalam lukisan itu. Seorang manusia biasa menggambar
sebuah garis, saya akan tahu orang ini adalah orang apa, dia
mengidap penyakit apa, berapa besar karmanya, keadaan pikirannya,
keadaan keluarganya dan lain-lain. Sedangkan orang yang digambar
juga sepenuhnya menampilkan segala pikiran dan segala unsur yang
terbawa oleh tubuhnya di dalam lukisan, termasuk besar kecilnya
karma. Siapa saja yang memasang lukisan dari gambar tokoh tersebut
di rumah, maka karma dari tokoh dalam lukisan juga tersebar ke luar
dari lukisan, benda seperti ini dipasang di rumah, orang yang
memasang itu apakah mendapat keuntungan? Atau menderita kerugian?
Karma dapat tersebar, ia berkaitan dengan orang tersebut, dengan
tiada hentinya tersebar ke dalam rumah orang yang memasang lukisan.
Manusia tidak dapat melihat hubungan keterkaitan benda-benda,
sesungguhnya manusia juga dapat merasa tidak nyaman.”
Saya luangkan waktu untuk banyak belajar Fa dan menonton video Shen
Yun. Walaupun videonya sudah lama, tetapi saya tidak pernah bosan
untuk menontonnya. Saya juga sering mengunduh musik Dafa dan video
Shen Yun dari situs Zhengjian, Shen Yun Performing Arts atau
melalui Facebook dan Youtube. Saya lebih senang mengoleksinya dan
tidak pernah merasa bosan untuk mendengarkannya atau
menontonnya.
Saat saya mendengarkan lagi lagu manusia biasa, rasanya sangat
membosankan. Tetapi saat belajar Fa saya kurang, saya
mendengarkannya lagi. Walau tidak mengoleksinya tetapi saya
mendengarkannya lewat radio. Saya cepat menyadarinya dan tidak mau
lagi iblis menyusupi celah kekosongan. Saya perbanyak waktu
lagi untuk belajar Fa. Saya bisa menahan diri untuk tidak lagi
mendengarkannya.
Saat saya SMA saya mengikuti suatu organisasi kepemimpinan. Suatu
hari ada penyeleksian sebagai Pasukan Pengibar Bendera tingkat
Provinsi. Saya terpilih untuk mengikutinya. Saya sangat bersemangat
mengikuti penyeleksian tersebut. Mentalitas bersaing dan keinginan
agar diterima sangat besar. Saat saya terpilih untuk mengikuti
tahap selanjutnya, saya sangat gembira hati. Tetapi saat mengikuti
seleksi berikutnya saya tidak terpilih karena kekuatan fisik saya
dinilai kurang. Saat itu saya merasa sangat sedih.
Suatu hari ada penyeleksian lagi di tingkat kabupaten. Saya juga
terpilih untuk mewakili sekolah. Saat ikut penyeleksian, saya tidak
bisa mengikuti tes fisik karena terjatuh saat berlari. Luka di
mana-mana. Tetapi mentalitas bersaing membuat saya masuk lagi untuk
ikut seleksi. Dengan badan yang penuh luka saya mengikuti seleksi
itu. Anehnya saya terpilih walau tidak mengikutu salah satu tes.
Rasa gembira hati sangat besar. Saya gembira karena saya akan
mendapatkan sertifikat penghargaan dan sejumlah uang.
Saat perjalanan ke tempat pelatihan, hujan sangat deras, tetapi
saya tetap ingin menerobosnya. Saat hujan berhenti saya melanjutkan
perjalanan. Secara tidak sengaja, saya menutup kaca helm.
Sebelumnya jika saya naik motor, tidah pernah menutup kaca helm. Di
saat perjalanan saya mengalami kecelakaan karena menabrak anjing.
Pikiran sekilas membuat kejadian itu terjadi. Saat terjatuh wajah
saya menghadap ke aspal. Tetapi tidak apa-apa karena saya sudah
menutup kaca helm. Saat itu saya tidak sadarkan diri. Saya dibawa
ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa pergelangan tangan kiri
saya patah. Saya merasa sangat sedih dan terus berpikir saya
tidak bisa mengikuti pelatihan lagi. Saya tidak tahan menahan rasa
sakit, akhirnya saya menjalani operasi. Setelah manjalani operasi
saya terus memikirkan pelatihan itu. Suatu hari ada pelatihan di
tingkat kecamatan, dengan pergelangan yang belum pulih saya memaksa
diri untuk mengikutinya. Akhirnya saya diberi kesempatan untuk
mengikutinya. Keterikatan yang sangat kuat untuk mengejar
penghargaan.
Saya mencari-cari tempat pemijatan untuk melemaskan urat-urat yang
kaku yang menyebabkan pergelangan saya tidak bisa bergerak. Saya
juga tidak bisa menari seperti biasanya. Tetapi semua tidak bisa
menyembuhkannya. Saya pernah berjanji kepada ayah akan rajin
melakukan latihan Gong. Tetapi saya tidak melakukannya. Tangan saya
tidak bisa lurus karena ada pen yang masih melekat di dalam. Selama
setahun terus begitu. Akhirnya saya menjalani operasi untuk
melepaskan pen di tangan. Setelah lepas - tangan saya susah
bergerak. Saya dianjurkan oleh dokter untuk mengikuti terapi.
Tetapi saya tidak mau. Saya mencari tempat pemijatan lagi. Tetapi
tidak ada yang bisa. Saya sangat putus asa. Tetapi tukang pijit itu
menyarankan untuk merendam tangan saya di dalam air hangat. Saya
mencobanya rasanya sangat sakit dan panas, sampai-sampai tangan
saya memerah. Setelah lama dan saya juga tidak tahan, akhirnya saya
tidak merendamnya lagi. Saya menyadari keterikatan saya agar cepat
sembuh sangat kuat.
Saat melakukan latihan perangkat ke-5, saat gerakan kedua tangan
dipisah ke samping pinggang, saya merasakan ada aliran listrik yang
menyengat tepat di bagian yang pernah dioperasi. Tetapi saya tidak
memikirkannya dan tetap tenang melakukan meditasi. Setelah meditasi
saya mencoba menggerakkan pergelangan saya. Anehnya pergelangan
saya bisa bergerak walaupun sedikit. Dulunya saya tidak bisa
menangkupkan kedua tangan di depan dada. Setelah sebulan, bukan
saja pergelangan saya bisa bergerak, saya sekarang juga bisa Heshi
tanpa menjalani terapi dan pergi ke tempat pemijatan.
Saya memahami dengan kejadian ini Shifu sekali lagi mengingatkan
saya akan keterikatan hati saya yang terlalu kuat akan nama dan
kepentingan. Setelah saya menyadarinya, Shifu mengerjakan semuanya
untuk saya sehingga tangan saya bisa normal kembali dan bisa menari
demi penyelamatan makhluk hidup.
Pemahaman Fa saya terbatas mohon tunjukan apabila ada yang tidak
sesuai Fa.
Terima kasih Guru, terima kasih rekan-rekan praktisi.