(Minghui.org)
Pada kesempatan ini, saya ingin menceritakan pengalaman dan
pemahaman saya berkultivasi Falun Dafa selama 7 tahun
terakhir.
Berkultivasi Falun Dafa saya lalui dengan jatuh bangun. Sejak mulai
berkultivasi, saya dapat merasakan perubahan yang besar pada tubuh
dan juga pemahaman, saya juga merasakan peningkatan spiritual yang
terus-menerus membumbung tak terkatakan, semuanya sungguh luar
biasa, tetapi di banyak aspek saya juga telah melakukan kesalahan
yang disebabkan karena berbagai keterikatan hati yang tidak mampu
saya sadari dan tidak mampu saya lepaskan, yang kemudian hanya
menjadi penyesalan, menghadapi berbagai konflik yang sungguh
mengiris, hati tergerak seolah konflik tersebut muncul untuk
melihat bagaimana keteguhan hati saya dalam kultivasi. Tetapi
bagaimanapun saya tertatih-tatih dalam kultivasi, saya memilih
untuk tetap teguh menempuh jalur kultivasi saya dalam Falun Dafa,
karena saya tahu persis betapa sungguh berharganya berkultivasi
Falun Dafa pada masa ini.
Saya pun berusaha sebaik mungkin
dalam melakukan tiga hal, ikut membantu semampu saya dalam berbagai
kegiatan Dafa yang diadakan oleh para praktisi secara bersama-sama,
seperti kegiatan mengungkap penganiayaan di Bundaran HI, latihan
skala besar pada acara Car Free Day, memancarkan pikiran lurus di
depan Kedubes China, menjadi pembicara pada beberapa kegiatan
memperkenalkan Falun Dafa di Jakarta, melakukan klarifikasi fakta
melalui internet ataupun bertatap muka langsung dengan orang-orang
yang saya temui dalam berbagai kesempatan, membuat software untuk
mengirimkan email klarifikasi fakta ke masyarakat luas, juga
menjadi nara sumber Falun Dafa dalam acara di radio swasta atau
liputan TV swasta, serta membagi-bagikan brosur ataupun tabloid
Minghui. Sejak 2009, saya juga membentuk tempat latihan Gong,
termasuk membuka kelompok belajar Fa di rumah saya.
Namun demikian dalam perjalanan kultivasi saya, ada hal yang
rasanya sulit sekali saya lewati saat itu, yaitu istri saya - yang
pada bulan Desember 2011 yang lalu telah meninggal dunia - semasa
hidupnya sering berkonflik dengan saya sejak saya berspesialisasi
tunggal pada jalan Falun Dafa ini. Saya telah berusaha menjelaskan
sebaik mungkin kepadanya, latihan ini tidak bertentangan dengan
kepercayaannya, tetapi hasilnya memang belum seperti yang saya
harapkan, namun demikian bila saya renungkan kembali saya mesti
akui kebocoran saya adalah keterikatan hati saya terhadap Qing
keluarga cukup besar, sehingga konflik berkepanjangan. Ditambah
lagi sejak tahun 2003, istri saya menderita kanker indung telur
stadium tinggi, beban psikologis dan ekonomi yang harus saya
tanggung juga semakin berat, sehingga terkadang di bawah tekanan
yang demikian membuat saya sulit berpikir jernih. Saya tahu dengan
berkultivasi Falun Dafa mungkin adalah merupakan jalan keluar bagi
permasalahan ini, namun demikian saya pun menjadi terikat lagi,
yaitu menginginkan istri saya untuk berlatih Falun Dafa, seolah
memandang Falun Dafa sebagai obat mujarab untuk menyembuhkan
penyakitnya. Tentu saja letak kesalahan saya di sini adalah saya
salah memosisikan hati saya dalam menyikapi semua ini.
Walaupun demikian, secara perlahan istri saya masih mau untuk
mengikuti saya berlatih 5 perangkat gerakan Gong walau terhitung
jarang berlatihnya. Juga pernah akhirnya mau membaca buku Zhuan
Falun walaupun tidak selesai dibacanya secara keseluruhan. Dan
akhirnya di tahun 2009 istri berobat ke Australia. Pada pertengahan
tahun 2011 sakitnya semakin parah dan hanya bisa terbaring di
tempat tidur. Saya mendampinginya terus selama 5 bulan dalam
hari-hari terakhir kehidupannya. Pada kesempatan itu saya juga
mengajaknya berlatih 5 perangkat Gong dan dia mau ikut berlatih.
Dan sempat terucap dia mengatakan: “Sebenarnya saya juga tidak
menentang Falun Dafa”. Dalam sakitnya ia pun sesekali mau
mengucapkan “Falun Dafa hao”. Hal tersebut membuat saya sangat
terharu karenanya. Saya juga memberikan kepadanya sekuntum Bunga
Lotus kertas yang diberikan oleh seorang rekan praktisi yang
meminta saya agar bunga tersebut diberikan untuk istri saya, saat
saya menjadi pembicara pada pengenalan Falun Dafa di toko buku
Gramedia. Tetapi, sakit istri saya memang sudah cukup parah. Di
hari-hari terakhirnya dia bersedia dibacakan lagi buku Zhuan Falun.
Saya dengan setia terus membacakannya di sampingnya, sampai
akhirnya pada tanggal 16-Desember-2011 dia menghembuskan nafasnya
yang terakhir tepat pada pukul 00:00.
Saya akui hati saya pun terguncang. Sedih atas meninggalnya istri
saya ini. Namun demikian saya tetap berusaha tegar dan tabah karena
bagaimana pun saya berpandangan bahwa istri saya telah mendapatkan
Dafa dan dengan demikian saya yakini jiwanya pun telah
terselamatkan.
Kira-kira dua minggu setelah meninggalnya istri, ketika saya baru
mulai memancarkan pikiran lurus pada jam tertentu, saya melihat
dengan Tianmu (mata ketiga), istri saya menampakkan dirinya. Istri
terlihat cantik dengan wajah yang bersih berseri mengenakan gaun
putih. Dan ternyata setelah saya perhatikan dengan seksama istri
saya ternyata duduk di atas sebuah Bunga Lotus putih besar yang
terbang melayang-layang. Istri melambaikan tangannya ke saya sambil
berulangkali melakukan gerakan tangan “kiss bye” ke arah saya.
Wajahnya tampak gembira dan senyumnya yang khas dan tulus tampak
menghiasi wajahnya. Dan setelah semua yang terlihat ini, istri saya
secara perlahan melesat naik ke langit berkendaraan Bunga Lotus
Putih itu sampai akhirnya menghilang dari pandangan.
Dari pengalaman ini akhirnya saya memahami suatu hal, bahwa apa pun
yang dilakukan dan diberikan oleh pengikut Dafa kepada manusia
biasa adalah bukan hal yang sia-sia. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan Dafa pastilah bukan hal yang sederhana. Baik itu
berupa perkataan tulus yang kita sampaikan dengan tujuan
klarifikasi, membagi-bagikan koran, membagi-bagikan tabloid
Minghui, menuliskan artikel yang ditulis di internet dengan tujuan
klarifikasi fakta, mengirimkan email klarifikasi, memainkan alat
musik dalam marching band, pukulan demi pukulan pada barisan
genderang pinggang, membagi-bagikan brosur, membagi-bagikan Bunga
Lotus kertas, atau apapun materi-materi lainnya yang diberikan oleh
pengikut Dafa kepada manusia, itu semua dapat berperan menjadi
sesuatu yang dapat menyelamatkan mereka.
Tepat seperti apa yang disampaikan oleh Shifu dalam Ceramah Fa di
Chicago, 2003 :
“Setiap hal yang dilakukan oleh pengikut Dafa juga jangan dipandang
kecil. Sepatah kata, sehelai selebaran, sebuah klik (tekanan) yang
ditekan di atas keyboard, sebuah pembicaraan telepon, sepucuk surat
dari anda, semuanya memerankan fungsi yang sangat besar …”
Melalui pengalaman tersebut saya juga memahami betapa sungguh
berharganya suatu jiwa dapat terselamatkan, dipertahankannya suatu
kehidupan adalah merupakan hal yang sangat berharga tak
terbayangkan. Oleh karena itu, hal itu pulalah yang membuat saya
untuk tetap berusaha memotivasi diri agar tetap teguh dalam
kultivasi Falun Dafa ini. Selain itu juga adalah sangat penting
sesama praktisi untuk saling mengingatkan satu sama lain agar tetap
terus gigih maju bersama-sama sebagai satu tubuh membantu Guru
meluruskan Fa dan menyelamatkan lebih banyak lagi kehidupan.
Demikian sekelumit pemahaman saya. Mohon diluruskan bila ada yang
tidak tepat.