Belum lama ini, A dan B – dua
praktisi dalam kelompok belajar Fa kami – memiliki pengalaman
serupa, seperti disebut dalam editorial Minghui.
Praktisi A berkata bahwa dia telah menerima beberapa telepon dari
kampung halamannya, memintanya untuk menuliskan kisah nyata tentang
pengalaman kultivasinya di daratan China, yang akan dipublikasikan
secara online.
Praktisi B berkata bahwa dia pernah menerima beberapa telepon dan
email dari dua kerabat di Taiwan, memintanya untuk menyiapkan
bahan-bahan historis setempat, demikian pula mengumpulkan sejarah
penyebaran Dafa di wilayahnya – sebagai persiapan bagi sebuah arsip
sejarah.
B berkata bahwa dia telah menuruti permintaan kerabatnya (yang juga
praktisi) dan mengirim beberapa bahan melalui email. Namun, setelah
membaca editorial Minghui tersebut di atas, dia merasa tidak
nyaman. Untungnya, belum ada yang meneleponnya untuk melakukan
wawancara langsung melalui telepon.
Kita seharusnya mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman ini,
dan mencari ke dalam diri sendiri. Ketika saya awalnya mendengar
bahwa praktisi luar negeri tengah menelepon kota kami, saya
berpikir dalam hati, “Mereka seharusnya menghubungi saya terlebih
dahulu. Bukan saja saya memperoleh Fa lebih awal dari lainnya di
sekitar saya, tetapi saya juga telah dianiaya lebih parah dari
praktisi lainnya. Maka saya jelaslah lebih pantas!” Begitu saya
memiliki pikiran ini, saya menyadari bahwa saya tidak sepenuhnya
menyingkirkan keterikatan iri hati.
Praktisi B juga menemukan bahwa dia masih memiliki mentalitas
pamer. Dia berkata bahwa dia telah menghabiskan tiga hari untuk
merenungkan apa yang akan dia tulis terkait tema membuktikan
kebenaran Fa. Agar memastikan artikelnya dipublikasi – yang secara
jelas menarik perhatian praktisi lainnya betapa hebat dirinya – dia
melebih-lebihkan beberapa rincian dalam artikelnya. Dia juga ingin
Guru tahu bahwa dia telah bekerja keras di berbagai proyek serta
mengorbankan keluarga dan pernikahannya demi Dafa.
Praktisi A merasa sedikit malu ketika mengakui bahwa dia terlambat
melengkapi artikel yang para praktisi luar negeri minta, karena dia
terlalu khawatir kehilangan muka, yaitu, bila artikelnya tidak
diterima atau dipublikasikan. Dia menemukan bahwa dia masih
memiliki keterikatan sombong.
Seperti yang Guru katakan, “Bila benar-benar dapat meningkatkan
diri seperti ini, hal-hal yang kalian lakukan dalam kondisi hati
yang murni barulah merupakan perbuatan yang terbaik, yang paling
sakral.” (‘Pemahaman Lebih Lanjut,’ Petunjuk Penting untuk Gigih
Maju I)
Tak peduli apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, kita
seharusnya memeriksa apakah kita telah menambahkan pikiran manusia
atau Qing (perasaan, sentimen) pada pengalaman kita. Lebih lanjut,
kita seharusnya memeriksa diri sendiri untuk melihat apakah motif
atau tujuan kita murni atau tidak.
Hanya dengan melenyapkan semua keterikatan hati, melepas semua
unsur negatif, dan memegang teguh tujuan menyelamatkan makhluk
hidup dan membuktikan Fa, kita akan mampu membantu Guru meluruskan
Fa dan memenuhi misi prasejarah kita.
Di atas adalah pemahaman kelompok belajar Fa kami dan hanya sebagai
referensi saja.
Chinese version click here
English
version click here