Untuk meningkatkan "hasil" dan
menjilat para pejabat PKC yang lebih tinggi, Bo Xilai diam-diam
memerintahkan kampanye penganiayaan kejam terhadap Falun Gong
diperluas. Di bawah perintah Bo, Wang Lijun, mantan wakil walikota
dan kepala polisi dari Chongqing, menerapkan kebijakan genosida
sistematis terhadap praktisi Falun Gong. Ia memerintahkan setiap
cabang departemen polisi secara agresif menganiaya praktisi,
melalui penangkapan, penahanan ilegal, penyiksaan, persidangan, dan
hukuman. Sangat banyak praktisi yang terluka, cacat, atau bahkan
meninggal akibat penganiayaan brutal. Chongqing dikenal sebagai
kota di mana para praktisinya dianiaya dengan brutal.
Menurut statistik belum lengkap yang dikumpulkan oleh situsweb
Minghui, sejak Olimpiade Beijing 2008, lebih dari 240 praktisi
Falun Gong Chongqing ditangkap dan ditahan.
Pada tahun 2009, setidaknya 188 praktisi ditahan. Enam dari mereka
dianiaya hingga meninggal, 18 dijatuhi hukuman penjara, 76 dihukum
kerja paksa, dan lima dikirim ke rumah sakit jiwa untuk
dianiaya.
Pada tahun 2010, 193 praktisi dianiaya. Dua orang dari mereka
dianiaya hingga meninggal, 13 di antaranya dijatuhi hukuman
penjara, 50 orang dijatuhi hukuman kerja paksa, 123 ditangkap, dan
lima orang dilecehkan.
Sejak 2011 hingga saat laporan ini disusun, 324 praktisi telah
dianiaya. Di antara mereka, delapan dianiaya hingga meninggal, lima
dijatuhi hukuman penjara, 23 dijatuhi hukuman kerja paksa, 243
ditangkap, dan 45 praktisi diganggu. Mayoritas rumah praktisi telah
digeledah.
Selain memanfaatkan departemen kepolisian, pemerintah Chongqing
juga merekrut banyak orang yang disebut “asisten petugas" untuk
memonitor beberapa praktisi “kunci” sepanjang waktu. Mereka bahkan
menargetkan praktisi lanjut usia dan anak-anak, dengan mayoritas
praktisi manula yang ditangkap berusia antara 60-an dan
70-an.
Beberapa praktisi dipukuli demikian brutal sehingga mereka
menderita kerusakan otak, yang lain menderita hukuman diberi makan
paksa dan injeksi dengan obat-obatan yang merusak saraf, dan
sejumlah praktisi langsung meninggal akibat dari penyiksaan dan
penganiayaan tersebut. Beberapa praktisi meninggal akibat
konsekuensi penganiayaan mental maupun fisik jangka panjang.
Banyak yang ditahan secara ilegal dalam waktu yang lama, sementara
yang lainnya terpaksa meninggalkan rumah. Beberapa praktisi
"menghilang" secara misterius. Kehidupan praktisi Falun Gong dan
keluarga mereka sangat terganggu akibat penganiayaan di
wilayah Chongqing.
Berikut adalah beberapa contoh kasus penganiayaan yang terjadi
sewaktu kekuasaan Bo Xilai dan Wang Lijun.
1.Jiang Xiqing Dikremasi Saat Masih Hidup
Praktisi Falun Gong, Jiang Xiqing, 66, adalah pensiunan pegawai
Kantor Pajak Tanah Kota Jiangjin di daerah Chongqing. Pada tanggal
28 Januari 2012, pejabat Kamp Kerja Paksa Xishanping mengumumkan
kematiannya. Enam jam kemudian, keluarganya tiba. Ketika mereka
melihat tubuh ayah mereka di lemari es pembeku, mereka merasakan
dada dan perutnya masih hangat. Mereka berteriak, "Ayah kami masih
hidup, tolong selamatkan dia." Mereka mencoba untuk melakukan CRT
padanya tapi penjaga menghentikan mereka. Lebih dari 20 penjaga
secara paksa membawa Jiang pergi dan mengkremasinya.
2. Xu Zhen Dicekik Hingga Meninggal
Xu Zhen, 46, adalah seorang praktisi perempuan dari Distrik Hechuan
di Chongqing. Pada tanggal 20 September 2011, dia ditangkap secara
ilegal, dan pada tanggal 26 September dia dikirim ke Kamp Kerja
Paksa Wanita Chongqing.
Karena ia menolak untuk melepaskan Falun Gong, para penjaga
menyeretnya ke lantai empat, di mana tidak ada perangkat pemantauan
yang dipasang, dan memukulinya. Pejabat kamp kemudian memerintahkan
seorang penjaga laki-laki, Yu Xiaohua, untuk mengatur dan memonitor
sekelompok tahanan dan menyiksa Xu di lantai empat. Mereka mengikat
mulut dan kaki, memukul dan menendang, dan menyiksanya dengan
berbagai cara. Xu kehilangan kesadaran selama pemukulan
berkali-kali. Para tahanan menuangkan air dingin pada dirinya untuk
membangunkannya kemudian pemukulan dilanjutkan. Narapidana Tang
Hongxia dan Zhou Yi memasukkan kardus yang dipadatkan ke dalam
vagina dan memaksanya untuk berulang kali bangun dan jongkok.
Penyiksaan itu menyebabkan Xu mengeluarkan darah deras sampai
kondisinya kritis. Penjaga Yu memuji narapidana yang menyiksa Xu,
mengatakan kepada mereka bahwa mereka mengumpulkan pahala dengan
berbuat demikian; dan semakin parah, semakin baik. Dia juga memberi
hadiah buah-buahan kepada mereka.
Para tahanan secara terus-menerus menyeret Xu ke lantai empat untuk
terus menyiksa dirinya selama siang hari dan menguncinya di sel
isolasi pada malam hari. Xu harus tidur di lantai karena tidak ada
apa pun di sel isolasi. Dia menjadi sangat lemah dan kurus sebagai
akibat dari penyiksaan.
Penjaga Zhu Yan memerintahkan para tahanan untuk membangunkan Xu
jam 5:00 pagi dan membuatnya tetap terjaga sampai jam 1:00 pagi
keesokan harinya. Sekitar 19 Oktober 2011, Qin Fang, seorang
narapidana pecandu narkoba, mencekik Xu dengan selimut hingga
meninggal. Tidak ada yang dimintakan pertanggungjawaban atas
kematian praktisi Xu.
3. Seorang Anak Kecil Tidak Diketahui Keberadaannya Setelah
Dua Kali Penangkapan
Kampung halaman Zhang Yuanyuan adalah Kecamatan Xintong, Chongqi.
Ayahnya, Zhang Hongxu, dan ibunya, Wu Yongmei, keduanya adalah
praktisi Falun Gong. Pada Desember 2003, Zhang Liang, direktur
Divisi Keamanan Domestik di Tongnan, menangkap ibu Yuanyuan. Dia
dibawa ke sebuah pusat tahanan dan diinterogasi. Wu melakukan mogok
makan untuk memprotes penangkapan ilegal. Dia dibebaskan ketika ia
berada di ambang kematian.
Pada tanggal 1 Januari 2004, dalam upaya untuk menangkap orang tua
Yuanyuan, pejabat dari Kantor Polisi Tongnan pertama-tama menculik
Yuanyuan, yang baru berusia empat tahun saat itu.
Sekitar pukul 11.00 pada tanggal 7 Agustus 2010, petugas dari
Departemen Kepolisian Tongnan menangkap beberapa praktisi, termasuk
Yuanyuan, sekarang 11 tahun. Mereka menempatkannya di sel isolasi
dan mencoba untuk mengintimidasi dirinya. Kemudian, mereka
mengirimnya ke seorang kerabat jauh. Pada tahun 2011, setelah
ayahnya, Zhang Hongxu, dikirim ke Kamp Kerja Paksa Xishanping,
Yuanyuan meninggalkan rumah untuk menghindari penganiayaan lebih
lanjut. Keberadaannya tidak diketahui hingga saat ini.
4. Pensiunan Guru Liu Jianhua Meninggal Setelah Trauma
Jangka Panjang
Istri praktisi Liu Jianhua, Gu Ziyi; putri mereka, Liu Zhilan; dan
menantu laki-laki, Zhang Quanliang telah dianiaya beberapa kali. Gu
dihukum tiga tahun kerja paksa pada tahun 2000; putrinya, Liu
dihukum satu tahun kerja paksa di tahun 2005, Zhang dihukum tiga
tahun kerja paksa pada tahun 2000 dan secara brutal disiksa selama
penahanan. Pada tahun 2005, Zhang dijatuhi hukuman lima tahun
penjara dan selalu dianiaya di Penjara Yongchuan di Chongqing.
Putri mereka yang lain pernah mengidap penyakit mental. Setelah dia
mulai berlatih Falun Gong, ia sembuh. Namun, setelah penganiayaan
Falun Gong dimulai pada tahun 1999, kondisinya memburuk. Praktisi
Liu begitu trauma karena penganiayaan jangka panjang terhadap
keluarganya, dimana, pada tahun 2000, ia menjadi lumpuh.
Sekitar pukul 7:40 pagi pada tanggal 3 Agustus 2011, pejabat dari
Kantor 610 setempat berusaha menangkap tuan Liu tapi gagal. Pukul
8.00 pagi pada tanggal 11 Oktober 2011, saat putri Liu dan Zhang
sedang dalam perjalanan untuk bekerja, petugas dari Komite
Lingkungan Jalan Shancun menangkap mereka. Ketika praktisi Liu
mendengar berita itu, ia tidak dapat menanggungnya dan hampir
meninggal. Sementara ia sedang memulihkan diri di rumah, petugas
Kantor 610 setempat dan komite lingkungan, lebih dari selusin
orang, masuk ke rumahnya dan menangkap Gu, yang tengah merawatnya.
Kondisi Liu memburuk setelah itu, dan ia meninggal pada Januari
2012.
Kasus-kasus di atas hanya beberapa contoh dari ribuan praktisi
Falun Gong yang dianiaya di Chongqiong.
Chinese version click here
English
version click here