(Minghui.org)
Saya menjadi praktisi Falun Dafa sejak tahun 1995. Selama 17 tahun
berkultivasi, saya dapat mengerti tujuan hidup sesungguhnya, dan
belajar pentingnya menjadi orang baik.
Sebelum kultivasi Dafa saya
berwatak sangat jelek. Jika sedang bertengkar tak sedikitpun saya
mau mengalah; saya akan melawan dan harus menang tak peduli apapun
jadinya. Hampir setiap tiga hari saya selalu bertengkar hebat
dengan suami saya, dan setiap hari selalu ada pertengkaran kecil.
Suatu saat saya pernah menampar mertua perempuan saya dan
bertengkar selama tiga jam. Pertengkaran itu baru berhenti setelah
suami saya bersikeras akan pulang ke rumah orang tuanya. Sekarang
saya sangat menyesal akan hal ini. Orang mengatakan bahwa kebaikan
hati paling tinggi itu adalah menghormati yang lebih tua. Tidak
hanya tidak menghormati mertua, saya juga menyalahkan sikapnya yang
lebih menyayangi anak-anaknya yang lain. Waktu itu saya belum
mengerti kalau kebersamaan antara ibu dan anak-anak dalam kehidupan
itu karena hubungan karma, yaitu tentang masalah pembayaran hutang
karma. Karena ketidak tahuan itu saya menumpuk banyak sekali karma.
Penulisan artikel ini memberi kesempatan kepada saya untuk
menyatakan rasa penyesalan saya yang dalam kepada ibu mertua saya.
Saya berharap ibu dapat mengerti bahwa saya telah minta maaf atas
perlakuan saya yang tidak terhormat itu, dan berharap ibu memberi
maaf atas kebodohan saya itu.
Bagi saya, kultivasi di Falun Dafa itu adalah suatu proses yang
merubah pandangan saya. Sebelum menjadi praktisi saya termasuk
orang yang licik dan banyak akal. Tak pernah terpikir bahwa ada
yang salah dengan hal ini, alih-alih menganggap saya termasuk
seorang yang cerdas. Sejak berkultivasi, saya melihat hal itu dari
sisi perspektif yang jauh berbeda.
Pada tahun 2007 saya bekerja di suatu rumah makan paruh waktu.
Setiap hari dari pukul 11.00 hingga pukul 1.00, saya bekerja dua
jam dan hanya menerima 10 yuan. Rumah makan itu terletak dekat
sekolah, jadi pelanggannya banyak dari murid-murid sekolah itu.
Saya menceritakan kepada majikan saya (wanita), kalau saya adalah
praktisi Falun Dafa, dan menceritakan kepada yang lain-lain di
restoran itu fakta tentang Dafa. Saya menceritakan kalau Falun Dafa
mengajarkan tentang Sejati-Baik-Sabar. Saya ceritakan bahwa hal ini
artinya seseorang harus berkata dan bersikap benar, berbaik hati
kepada siapapun, dan tawakal serta sabar melakukan kewajiban
sehari-hari. Setelah majikan saya mendengarkan hal itu dia sangat
senang, dan katanya: “Ibu, maukah anda tetap di sini, bekerja
dengan saya.” Saya hampir berumur 50 waktu itu, tetapi dia menaruh
saya di meja resepsionis. Dia mengerjakan orang yang sepuluh tahun
lebih muda bekerja membasuh piring di belakang. Setiap hari saya
datang lebih awal, dan pulang agak lambat, dan saya mengerjakan
pekerjaan saya dengan penuh perhatian, dan membantu lainnya tanpa
minta imbalan. Kadang-kadang ada murid yang tertinggal uangnya atau
barang miliknya ketika meninggalkan rumah makan. Jika saya
menemukannya ketika sedang bersih-bersih, saya serahkan kepada
majikan, bukan saya ambil sendiri. Kemudian salah seorang anggota
keluarga majikan akan mengembalikan kepada pelanggan itu. Ketika
gajian pada akhir bulan, majikan selalu mencoba memberikan tambahan
uang kepada saya, tetapi dengan sopan saya selalu menolak. Saya
katakan bahwa saya hanya menerima uang, sesuai dengan hak saya. Dia
sangat senang dan merasa tersentuh.
Karena rumah makan tutup saat liburan sekolah di musim panas atau
musim dingin, saya biasanya bekerja di tempat lain, dan kembali
lagi jika rumah makan telah dibuka. Suatu ketika saya bekerja di
sebuah hotel, tugas saya membersihkan kamar. Saya sering menemukan
uang atau barang-barang lain yang tertinggal ketika penghuninya
keluar. Kadang-kadang barang itu sangat berharga. Saya selalu
menyerahkan barang-barang tertinggal itu ke bagian penerima tamu.
Sebelum mulai bekerja di hotel itu saya ceritakan tentang
kepercayaan saya dan saya harus kembali ke rumah makan jika telah
dibuka. Mereka mengerti akan hal ini, karena itu dapat menerima
saya bekerja. Mereka memperhatikan kalau saya seorang pekerja yang
baik, menjalankan semua perintah tanpa mengeluh, dan membantu yang
lain bila diperlukan. Begitulah, waktu saya telah kembali bekerja
di rumah makan, ada utusan dari hotel meminta saya kembali bekerja
di hotel bila sekolah sedang libur. Pihak rumah makan juga
menyatakan menghendaki saya. Mereka mengatakan: “Praktisi Falun
Dafa itu sangat baik. Bukankah masyarakat akan menjadi lebih baik
jika semua orang menjadi praktisi Falun Dafa? Menganiaya
orang-orang yang begitu baik menandakan kalau Partai Komunis China
itu akan segera jatuh.”
Saya bekerja di sini selama dua tahun. Di samping untuk membeli HP
180 yuan, satu MP3 player 80 yuan, dan 120 yuan untuk dua kartu
pulsa, saya mendonasikan sisa uang dari hasil kerja itu untuk
tempat produksi materi Dafa. Saya ingin membantu produksi bahan
klarifikasi fakta untuk menyelamatkan manusia. Saya melakukan hal
ini, karena ajaran Guru untuk menjadi orang yang tidak egois, dan
mendahulukan orang lain. Dari watak baik ini memungkinkan orang
lain dapat melihat kemuliaan Dafa melalui saya.
Di rumah, saya juga berperilaku sesuai dengan standar yang diminta
Dafa. Suami saya, anak tertua dari keluarganya, mempunyai seorang
adik laki-laki dan dua orang adik perempuan. Tahun yang lalu mertua
saya menyatakan keinginannya untuk membagi-bagikan harta warisan.
Kepada anak laki-laki kedua akan diberi rumah milik keluarga yang
baru. Jadi adik laki-lakinya itu beserta tiga orang anggota
keluarganya pindah ke apartmen baru berukuran 80 meter persegi,
sedangkan apartemen yang lama, 60 meter persegi, tetap ditinggali
oleh mertua. Menurut mertua saya, rumah lama itu nanti akan
diwariskan kepada anak tertua (suami saya). Suami saya merasa tidak
enak, karena adik-adik perempuannya tidak diberi warisan, maka ia
mengatakan kepada ayahnya: “Pa, jika ayah memberikan apartemen itu
kepada saya, akan saya jual dan akan saya bagi dengan adik-adik
perempuan saya.” Ketika adik laki-lakinya mendengar hal ini, ia
menginginkan bagian juga. Suami saya pulang dan berkonsultasi
dengan saya. Saya katakan kepadanya: “Saya yakin bahwa kita akan
menyerahkan itu semuanya, kita tidak akan mengambilnya sama
sekali.”
Saya pernah bercerita kepada suami saya seperti ini. “Dahulu kala
ada dua keluarga yang juga bertetangga. Mereka berselisih tentang
sebidang dinding yang akan dibangun. Salah seorang dari mereka
mempunyai sanak yang bekerja di pengadilan kerajaan; dia menulis
kepada sanaknya itu meminta bantuan. Sanak itu menjawab: ‘Mengirim
surat dari jarak ribuan mil jauhnya hanya untuk perkara sepotong
dinding! Apakah ada masalah jika mengalah memberikan 3 feet
(kira-kira 90 cm) kepada yang lain?’ Coba lihat Tembok Besar masih
berdiri di sana, tetapi kaisar pertama Qin Shihuang tidak ada
sekarang.’” Selesai berbicara saya menepuk pelan dinding sambil
berucap: “Seratus tahun dari sekarang, apakah dinding keluarga ini
masih menjadi milikmu atau milikku? Setelah meninggal kita tidak
bisa membawanya serta. Setelah anak perempuan kita menikah dan
meninggalkan rumah ini apartemen dengan dua kamar dan satu dapur
ini lebih dari cukup untuk kita? Sebagai anak sulung di keluarga
apakah kamu paham akan hal ini? Dia memandangi saya sambil
menggelengkan kepala. Saya katakan lagi: “Sebagai anak sulung
laki-laki itu hampir seperti orang tua yang harus melindungi
keluarga. Jika kedua orang tua sudah tidak ada, perlukah kita
bertikai dengan saudara-saudara kita tentang warisan dan tidak
mempedulikan adik-adik? Kita tidak akan bahagia kendatipun memiliki
uang jutaan dan harta benda yang bagus, jika keluarga tidak dalam
keadaan harmonis dan persaudaraan rusak. Guru Li mengajar kita di
Zhuan Falun, “yang semestinya milik anda tidak akan hilang, yang
bukan milik anda juga tidak akan dapat direbut.”
Keesokan harinya suami saya mengunjungi orang tuanya. Ketika telah
pulang dia menceritakan bahwa ayahnya bertanya kepadanya: “Apakah
yang dikatakan isterimu tentang masalah ini?” Saya katakan kepada
ayah, ‘Isteri saya mengalah. Dia tidak mau saya menerimanya, dan
mengatakan jangan sampai saya bertengkar dengan adik-adik saya.’
Dengan cepat ayah menjawab: ‘Dia benar-benar menantu perempuan
tertua yang paling baik. Seseorang yang berkultivasi Falun Dafa
sungguh mulia.’”
Saya sering mengingatkan suami saya agar mencari sifat-sifat yang
baik dari orang lain. Saya menyarankan dia menengok kembali apa
saja yang telah dia perbuat pada hari ini, melihatnya apakah telah
melukai hati orang lain. Orang lain boleh berbuat salah kepada
kita, tetapi dengan pasti kita harus tidak berbuat salah kepada
mereka. Jika kita tidak dapat membayar hutang pada kehidupan ini,
kita akan membayarnya pada kehidupan yang akan datang.
Dari melihat sikap saya itu orang lain dapat mengatakan Dafa itu
baik, dan untuk ini saya sangat senang. Jika saya tidak
berkultivasi Falun Dafa, pastilah saya tidak memilih melepaskan
apartemen itu.
Setelah menjadi praktisi Falun Dafa selama sepuluh tahun lebih,
pikiran saya menjadi lebih luas, dan saya tidak mencari ketenaran
maupun keuntungan. Pikiran saya makin lama makin jauh dari sifat
jahat Partai Komunis. Karena aturan-aturan Partai Komunis China
(PKC) selama beberapa puluh tahun ini, cara berpikir manusia
menjadi kacau balau, mereka tidak bisa membedakan antara yang benar
dan yang salah. Mereka yang bergabung dengan Partai, Liga Pemuda
atau Pionir Muda harus bersumpah bekerja sepanjang hidupnya untuk
partai. Mereka bahkan diharapkan menyerahkan nyawanya demi Partai.
Alangkah buruknya hal itu. Semoga setiap orang terlepas dari sekte
ini secepat mungkin, keluar dari PKC dan organisasi afiliasinya,
sambutlah masa datang yang cemerlang.
Chinese version click here
English
version click here