(Minghui.org)
Bahagia Memperoleh Dafa
Sebelum berlatih Falun Dafa, saya menderita berbagai penyakit
termasuk gangguan jantung, radang kantong empedu, penyakit rongga
panggul dan penyakit lainnya. Saya telah pergi ke banyak dokter dan
tabib, memakai banyak obat dan ramuan serta telah menghabiskan
banyak uang, tetapi semuanya tidak menolong. Penderitaan dari
berbagai penyakit tersebut, membuat saya mudah marah. Pikiran saya
tidak terbuka, dan saya merasa lebih baik mati daripada hidup.
Tahun 1994 ketika saya merasa tiada lagi harapan, saya
berkesempatan mengenal Falun Gong. Saya segera mengetahui bahwa
Falun Gong sangat bagus, tetapi saya tidak segera mulai berlatih.
Hingga Maret 1995, ketika saya memperoleh buku Zhuan Falun, saya
menyadari betapa berharganya Falun Dafa. Ketika saya belajar Fa,
berkultivasi hati dan berlatih gerakan, Shifu kita yang terhormat
secara terus menerus memurnikan tubuh, pikiran dan jiwa saya.
Segera saya merasa sangat nyaman dan seluruh penyakit hilang.
Saya, seseorang yang secara
langsung telah memperoleh manfaat dari Falun Gong. Saya memberi
tahu seluruh anggota keluarga, teman, rekan kerja, dan teman
sekelas tentang keajaiban dan keindahan Falun Gong melalui
pengalaman pribadi saya. Ibu, kakak perempuan, kolega, teman kelas
dan tetangga saya berhasil memperoleh Fa.
Tahun 1997 saya dengan inisiatif secara sukarela mengajarkan
latihan gerakan Falun Gong di lokasi latihan setempat. Setiap hari
saya datang tepat waktu membawa kaset ke tempat latihan. Angin dan
hujan tidak pernah menghentikan saya. Shifu telah memberikan saya
begitu banyak, sehingga saya tidak pernah dapat mengutarakan rasa
terima kasih saya yang tidak terhingga, bahkan jika saya gunakan
seluruh bahasa manusia. Saya berkeinginan untuk mengabdikan seluruh
yang saya miliki untuk Dafa, dari lubuk hati yang paling dalam.
Agar lebih banyak orang memperoleh Fa, akhir tahun 1998 saya
mengoordinasikan empat tempat latihan yang berdekatan; termasuk
diantaranya tempat latihan di Sekolah Menengah No. 3. Pada awalnya
hanya ada sedikit praktisi, tetapi tidak lama kemudian lebih dari
100 orang datang berlatih Falun Gong. Saya juga mendorong beberapa
praktisi lama untuk membantu praktisi baru, dan membentuk lebih
dari 10 kelompok belajar Fa di daerah kami.
Saya sering pergi ke beberapa kelompok untuk belajar Fa dan berbagi
pengalaman dengan rekan praktisi. Kami saling memberi dorongan.
Sehari-hari, lingkungan yang baik di tempat latihan disediakan bagi
lebih banyak praktisi, baik untuk berlatih maupun belajar Fa. Para
praktisi yang memiliki waktu luang lebih banyak bahkan dapat
tinggal lebih lama untuk mendengarkan ceramah Shifu setelah
berlatih gerakan setiap pagi. Praktisi yang harus pergi bekerja dan
tidak memiliki lingkungan rumah yang nyaman dapat datang ke tempat
latihan pada malam hari untuk membaca Zhuan Falun bersama-sama.
Setiap hari Minggu saya pergi ke daerah pedesaan bersama rekan
praktisi untuk menyebarkan Fa. Kami mengoordinasi praktisi di
pedesaan untuk menonton video ceramah Shifu, begitu pula
mengajarkan latihan gerakan serta memperbaiki gerakan praktisi
baru. Setiap kali setelah melakukan penyebaran Fa, pulang ke rumah
saya merasa sungguh terhormat dan bahagia dapat terlahir pada saat
Dafa disebarkan secara luas, di mana saya dapat melakukan kewajiban
saya untuk Dafa. Suatu ketika setelah pulang dari menyebarkan Fa,
saya memutar video satu ceramah Shifu serta belajar Fa. Shifu
memperlihatkan kepada saya bahwa setiap kata di halaman buku
menyerap masuk ke dalam pori-pori saya dan seluruh jiwa dan raga
saya melebur ke dalam Fa. Keajaiban dan kegembiraan seperti itu
tidak dapat dilukiskan dengan bahasa manusia.
Memohon di Beijing
Tanggal 25 April 1999, saya mendengar praktisi Falun Gong telah
ditahan di Tianjin. Saya merasa ini bukan hanya masalah Tianjin
saja. Tidak ada seorangpun yang memiliki hak untuk menghentikan
kami berubah menjadi orang yang lebih baik serta mengkultivasi
pikiran dan sikap belas kasih. Seorang praktisi Dafa harus
menegakkan Fa. Saya memberi tahu rekan praktisi bahwa semua
praktisi harus diberitahu tentang apa yang telah terjadi di
Tianjin, dan kami semua harus pergi ke Beijing untuk menghimbau,
mengutarakan pendapat kami kepada pemerintah.
Keadaan menjadi sulit setelah 25 April 1999. Seorang petugas polisi
bermarga Li, dari kantor polisi kota Zhangjiakou sering datang ke
tempat latihan untuk mengganggu kami dan mencoba mencari tahu siapa
pembina di sana. Saya hanya memiliki satu pikiran: Dafa adalah
prioritas utama. Jika saya ditangkap, tempat latihan harus tetap
berlanjut. Saya juga sepakat dengan praktisi lain, bahwa tape akan
dibawa tepat waktu ke tempat latihan setiap harinya, dan kita harus
teguh berkultivasi Dafa. Selama saya masih ada di sana untuk satu
hari lagi saja, saya akan membawa tape rekorder tepat waktu pada
dua tempat latihan yang menjadi tanggung jawab saya. Setiap hari
saya juga terus memperhatikan tempat latihan, mengajarkan praktisi
baru latihan gerakan, memperbaiki gerakan mereka dan menjaga
pikiran tetap tenang. Baik polisi berseragam maupun berpakaian
sipil, begitu pula anggota dari kantor administrasi lingkungan
mengawasi tempat latihan setiap hari dan membaurkan diri di antara
praktisi. Saya menutup mata saya untuk hal
tersebut. Saya hanya akan mengikuti Shifu. Saya memandang semua
yang datang ke tempat latihan sebagai kehidupan yang datang untuk
memperoleh Fa. Saya membuat kesempatan untuk membantu mereka
mengenal Falun Gong. Saya hanya mengikuti ajaran Shifu, “dengan
satu hati anda yang tidak tergoyah, akan dapat mengatasi puluhan
ribu yang berkecamuk” (“Menyingkirkan Keterikatan Terakhir” -
Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju – II). Karena saya selalu
menjaga hati tetap belas kasih, mereka tidak pernah dapat menemukan
siapa pembina di sana.
Tanggal 20 Juli 1999, Jiang Zemin dan kaki-tangannya mulai secara
resmi menindas Falun Gong. Saya mengajak ibu saya, berusia 80
tahun, yang juga seorang praktisi dan seorang rekan praktisi yang
telah berusia lebih dari 70 tahun. Kami pergi ke Beijing untuk
membuktikan kebenaran Dafa. Kami ditahan sesampainya di Beijing.
Polisi mengirim kami ke kota Baoding dan menahan kami selama dua
hari satu malam. Kemudian mereka memaksa para praktisi Dafa masuk
ke mobil, memperlakukan kami dengan kasar, kemudian mengirim kami
ke berbagai tempat. Beberapa petugas polisi menarik rambut saya dan
memasukkan saya ke dalam mobil, sementara mereka terus menendang
dan memukuli saya. Ibu saya yang sudah lanjut usia dan saya dikirim
ke Shalingzi di kota Zhangjiakou, tanpa persetujuan kami. Mereka
memaksa kami menonton video yang menyerang Dafa dan memfitnah
Shifu. Seorang praktisi begitu ketakutan dan bertanya kepada saya,
apa yang harus dilakukan. Saya berkata, “Shifu bersama kita. Fa
berada di sini. Shifu segera berada di samping kita, jangan
takut!”
Melindungi Buku-buku Dafa
Mereka segera membagi kami ke dalam kelompok kecil dan membawa kami
ke sekolah dasar di jalan Jianguo, kota Zhangjiakou. Belasan polisi
menyerang praktisi Dafa. Mereka memaksa kami untuk berdiri
sehari-semalam, menonton video yang memfitnah Shifu dan Dafa,
menulis surat “Pernyataan jaminan” untuk melepaskan Falun Dafa, dan
memerintahkan kami untuk menyerahkan buku-buku Dafa. Saya berkata
kepada rekan praktisi, “Buku-buku Shifu adalah harta yang tak
ternilai; bahkan lebih berharga daripada nyawa kita. Jangan
sekali-kali kita menyerahkan buku-buku tersebut dan jangan
sekali-kali menulis ‘Pernyataan jaminan’” Saya merasa bahwa
seseorang akan masuk jurang yang tanpa dasar jika ia meninggalkan
Shifu dan Dafa. Saya mempertahankan pikiran bahwa saya tidak akan
pernah bekerjasama dengan kejahatan.
Kemudian, saya berpikir, “Saya harus keluar dari sini.” Masih
banyak buku Shifu dan foto Shifu di rumah yang tidak boleh jatuh ke
tangan penganiaya kami. Hanya dengan pikiran ini dan dengan
perlindungan Shifu yang belas kasih, keluarga saya datang dan
menjamin saya agar dapat keluar. Ketika tiba di rumah, kakak saya
berkata, “Saya yang menjamin kamu keluar. Mereka meminta saya untuk
menyerahkan buku-buku tersebut. Bahkan jika itu hanya satu buku,
kamu masih harus menyerahkannya.” Saya berkata sambil menangis,
“Shifu telah memberikan kita begitu banyak! Kamu juga tahu bahwa
saya lebih baik mati daripada menyerahkan buku-buku ini; saya
bahkan tidak akan menyerahkan satu kata pun!” Karena pikiran ini,
selama penganiayaan lima tahun terakhir, kecuali satu jilid buku
Zhuan Falun saya yang ditemukan oleh para pelaku penganiayaan di
rumah rekan praktisi dan disita, seluruh buku saya yang lainnya
selamat dan terlindungi.
Melakukan Latihan Bersama dan Membuktikan
Dafa
Menjelang akhir Agustus 1999, penganiayaan penguasa terhadap
praktisi semakin menjadi-jadi. Seorang praktisi dan saya menyadari
bahwa kami tidak seharusnya berdiam di rumah menanggung seluruhnya
dengan pasif, melainkan keluar untuk melakukan latihan bersama
untuk membuktikan Dafa. Menghadapi tekanan besar, saya mengunjungi
sesama rekan praktisi untuk memberi dorongan kepada mereka agar
melangkah keluar menegakkan Fa. Saya bersama puluhan rekan praktisi
pergi ke Taman Rakyat untuk melakukan latihan bersama. Hari
pertama, orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran melaporkan
kami kepada polisi, akibatnya 2 praktisi pria ditahan. Malam itu
saya berbagi pengalaman dengan rekan praktisi lainnya. Kami
berpikir harus tetap pergi ke taman untuk latihan bersama, sebagai
bentuk protes atas penahanan ilegal terhadap rekan praktisi. Hari
berikutnya, setibanya 4 rekan praktisi dan saya di taman, polisi
telah mengelilingi tempat latihan. Petugas bersenjata memandang
kami sebagai musuh besar, membawa senjata lengkap dan mengendarai
kendaraan pengangkut. Mereka secara berkelompok bergegas masuk ke
taman. Polisi dan petugas keamanan bersenjata berada di mana-mana,
di luar maupun dalam taman. Mereka menculik tujuh praktisi dan
membawa kami ke kantor polisi Mingdenan. Sore hari, polisi dari
Departemen Kepolisian Qiaodong memindahkan kami ke Sekolah Partai
Qiaodong, di sana kami dipukuli dengan kejam.
Papan tulis di pintu masuk sekolah penuh dengan tulisan yang
mencemarkan Shifu dan Dafa. Mereka mencoba memaksa kami untuk
menulis “Tiga Pernyataan,” untuk melepaskan Falun Dafa. Saya
berkata kepada rekan praktisi, bahwa jangan pernah kita menulis ini
dan jangan pernah mencemarkan nama baik Shifu. Para penjahat
melarang kami tidur. Siang hari kami dijemur, malam hari mereka
memaksa kami berdiri, menonton video yang menyerang Shifu dan Dafa,
dan kemudian mencoba memaksa kami menulis “Tiga Pernyataan.” Setiap
hari, polisi, petugas dari pusat administrasi dan kepala distrik
Qiaodong mencoba mengindoktrinasi kami dan memaksa kami untuk
menulis “Tiga Pernyataan.” Kami juga harus menghadapi gangguan dari
ceramah palsu yang dibawa oleh rekan praktisi. Tambahan lagi, lebih
dari belasan anggota keluarga saya datang membujuk saya untuk
melepaskan Falun Dafa. Saya menyadari ini semua terjadi agar saya
dapat melepas keterikatan emosional kepada keluarga dan tidak
seorangpun yang mampu merubah pikiran saya. Tiga hari kemudian,
karena saya dengan tegas menolak membuat pernyataan, kepala polisi
Yan Zhiyou memerintahkan untuk mengurung saya di Pusat Tahanan
Shisanli. Sepuluh hari kemudian saya ditarik kembali ke kantor
polisi, komandan Deng dan polisi Li kembali memaksa saya menulis
Pernyataan Jaminan. Saya dengan tegas menolak. Beberapa jam
kemudian mereka membebaskan saya.
Kembali Pergi ke Beijing Untuk Membuktikan
Dafa
Tanggal 8 Oktober 1999 saya kembali pergi ke Beijing dengan rekan
praktisi untuk membuktikan Dafa. Polisi menahan saya di Lapangan
Tiananmen dan tanpa dasar hukum menyeret saya ke kendaraan polisi.
Bersama seorang rekan praktisi lainnya, saya melompat keluar dari
kendaraan pengangkut dan melarikan diri. Tanggal 27 Nopember 1999
tiga rekan praktisi dan saya merencanakan pergi ke Lapangan
Tiananmen untuk melakukan meditasi dan seorang lainnya hendak ikut
untuk berseru bagi Dafa. Ketika kami sedang mendiskusikan hal ini,
polisi Beijing menahan kami dan mengirim kami ke kantor polisi
Tiananmen. Kemudian mereka memindahkan kami ke Pusat Tahanan
Shisanli di kota Zhangjiakou. Hari kedelapan tengah malam seorang
petugas memerintahkan rekan praktisi dan saya untuk menulis
“Pernyataan Jaminan.” Saya berkata, “Jika untuk menyatakan kebaikan
Falun Gong maka akan saya lakukan. Tetapi jangan berpikir untuk
meminta yang lain.” Saya menulis, bagaimana lurusnya Falun Gong. Ia
mengacungkan jempolnya dan berkata, “Anda menulis dengan sangat
baik dengan pemahaman yang mendalam, pada tingkat seorang lulusan
universitas.”
Ketika saya memprotes penahanan ilegal dengan mogok makan, petugas
kantor polisi dan Biro Tekstil [Catatan redaksi: mungkin yang
dimaksud adalah perusahaan tempat penulis bekerja] terus mengirim
orang-orangnya ke pusat tahanan untuk memaksa saya makan. Saya
memberi tahu mereka, bahwa tidak ada seorang pun yang dapat
mengubah ketulusan dan keteguhan saya terhadap Falun Dafa. Setelah
saya dikirim balik ke sel, kaki saya terasa begitu ringan dan saya
hampir tidak merasakan apapun ketika melakukan meditasi. Lima belas
hari kemudian wakil kepala Departemen Kepolisian Qiaodong, Ma
Fuwei, membawa dua kepala unit datang ke pusat tahanan dan mencoba
memaksa saya menulis “Pernyataan Jaminan dan mengancam akan
menghukum saya bila menolak melakukannya. Pada waktu hampir
bersamaan, petugas kepolisian telah mendesak delapan hingga
sembilan anggota keluarga saya, bahkan termasuk cucu saya yang
berusia dua tahun untuk mengunjungi saya. Saya segera mengerti
bahwa semua ini adalah gangguan dari kedua belah pihak. Segera saya
berkata kepada anggota keluarga saya, “Kalian semua pulanglah.
Tidak ada seorangpun dari kalian yang harus terlibat dalam masalah
ini.”
Setelah pukul 2 sore, petugas kepolisian terus merubah metode
mereka untuk memaksa saya menyerah, tetapi hingga pukul 6 sore
mereka masih belum berhasil mencapai tujuannya. Saya melihat
anggota keluarga saya masih berdiri di ruang sidang menunggu
keputusan. Mereka begitu kedinginan sehingga terus menggerakkan
kaki agar tetap hangat. Cucu saya yang berusia dua tahun berada di
pelukan kakeknya. Saya memandang mereka dan berpikir, bahwa saya
harus bertahan dan teguh memegang Dafa, dan tidak membiarkan emosi
merubah pikiran saya. Saya akan mengikuti Shidu dan tidak akan
pernah merusak reputasi Dafa. Saya tahu, saya harus menyingkirkan
gangguan ini. Jika saya mengikuti pengaturan kekuatan lama, itu
akan mendorong anggota keluarga saya ke dalam neraka dan saya
sungguh-sungguh akan kehilangan mereka. Bila saya melepas
keterikatan hati ini, mereka akan memiliki masa depan yang cerah.
Karena sikap saya teguh, saya tidak akan pernah menulis “Pernyataan
Jaminan.” Setelah pukul 7 malam kepala unit Meng melaporkan kepada
atasannya. Ketika ia masuk ruangan, ia berkata, “Baiklah, saya
sungguh mengagumi Shifu anda yang telah mengajar pengikut
sedemikian teguh.” Pukul 7:30 malam mereka membebaskan saya. Sejak
itu, saya jarang menemui orang-orang yang mencoba memaksa saya
untuk menulis “Pernyataan Jaminan.”
Kembali ke rumah, saya kembali menggunakan waktu untuk belajar Fa
dan menyiapkan kesempatan berikut untuk keluar membuktikan Dafa.
Saya menyadari pentingnya belajar Fa, terutama setelah 25 April
1999. Seorang praktisi tidak dapat melakukan dengan baik kecuali ia
mengerti prinsip Fa. Bahkan di dalam lingkungan yang begitu jahat,
jika seseorang dapat dengan teguh mengingat satu kalimat ajaran
Shifu, seseorang mampu menerobos kesulitan apapun. Anggota keluarga
saya melihat saya belajar dan menyalin Fa dengan tekun. Suami saya
berkata, “Lihat, kamu segera akan pergi keluar lagi.” Setiap kali
saya keluar membuktikan Dafa, saya menyalin ajaran Shifu ke dalam
sebuah buku kecil dan menyimpannya di balik baju, mendampingi saya,
memberi pengarahan melewati kesulitan di penjara. Saya belum
menyadari, bahwa praktisi tidak seharusnya ditahan untuk
membuktikan Dafa. Saya hanya berpikir bahwa kami seharusnya
diizinkan berlatih secara terbuka dengan penuh martabat, bila tidak
Dafa tidak akan menyebar dengan luas di dunia manusia.
Menghadapi Penganiayaan Dengan Pikiran Lurus; Bersama-sama
Meninggalkan Penjara
Bulan Februari 2000 saya berencana pergi ke Beijing dengan rekan
praktisi lainnya untuk membuktikan kebenaran Dafa. Meskipun
demikian, karena timbul rasa takut ditahan dan mengalami penyiksaan
kembali, kejahatan pada dimensi lain mengambil kesempatan dari
kebocoran saya. Sekitar pukul 11 malam, petugas dari kantor
kepolisian setempat masuk ke rumah secara paksa dan membawa saya
serta beberapa rekan praktisi ke kantor polisi. Tiga hari kemudian
kami dikirim ke Pusat Tahanan Shisanli, di mana sekitar duapuluh
rekan praktisi telah ditahan.
Seorang praktisi membawa sebuah buku Zhuan Falun. Kami belajar Fa
bersama. Pejabat Pusat Tahanan memerintahkan kami untuk menyerahkan
buku tersebut. Kami menolak. Seorang sipir naik ke ranjang kami
dengan ikat pinggang di tangan, mencoba mengambil buku tersebut.
Kami menutupi buku dengan tubuh kami, mengatakan padanya, kami
tidak akan menyerahkannya kecuali mereka mengambil nyawa kami! Kami
melafalkan Hong Yin (kumpulan puisi Shifu) bersama,
Hidup dengan tidak ada yang dicari.
Meninggal pun tidak menyesali yang ditinggalkan.
Padamkan semua pikiran yang berlebihan,
Tidak sulit berkultivasi Buddha.
(“Tidak Tersisa”, 20 Oktober 1991)
Pikiran lurus kami yang murni dan kekuatan Dafa mengejutkan polisi.
Mereka tidak pernah lagi menghentikan kami belajar Fa atau latihan
gerakan.
Limabelas hari kemudian saya dipindahkan ke penjara Xuanhua yang
diperuntukkan bagi tahanan kriminal yang belum divonis hukumannya.
Polisi menggeledah badan saya setibanya saya di penjara, dan
menemukan satu lembar kertas pada saya dengan daftar isi Hong Yin.
Petugas polisi kemudian mengambilnya, walaupun saya mencoba
mendapatkan kembali darinya. Kemudian, ketika saya dikirim ke
ruangan lain, saya melihat daftar isi itu di atas meja. Saya dengan
cepat mengambilnya, memasukkannya ke dalam mulut dan memakannya.
Polisi kemudian bertanya, mengapa saya memakannya. Saya beritahu
dia, “Fa dari Shifu kami adalah sakral dan tidak ada seorang pun
yang diperbolehkan untuk menodainya. Saya mencegah anda melakukan
dosa besar.”
Saya dipenjarakan dengan duabelas rekan praktisi. Saya berbagi
pengalaman dengan mereka dan memutuskan untuk tidak bekerjasama
dengan para penganiaya kami. Kami memutuskan untuk melakukan mogok
makan dan meninggalkan penjara bersama-sama. Kami belajar Fa
bersama dan meyakinkan para praktisi yang semula tidak setuju
dengan mogok makan. Hari berikutnya, Wakil Pengawas Sun dan
beberapa sipir menginspeksi sel kami dan mencoba memaksa kami untuk
melafalkan peraturan penjara. Kami menolak. Sun menampari wajah
kami, menendangi kami sambil terus mencoba memaksa kami melafalkan
setiap peraturan. Ia memborgol praktisi Zhang Yonghui karena
menolak melafalkan peraturan dan mengancam kami dengan berkata,
besok siapa pun yang menolak untuk melafalkan peraturan, akan
diborgol dan dibelenggu. Beberapa rekan praktisi yang baru pertama
kali keluar untuk membela Dafa menjadi ketakutan. Kami belajar Fa
dan melafalkan Hong Yin bersama, dan berbagi pemahaman, bahwa kita
tidak seharusnya bekerjasama dengan penjahat dalam kondisi apapun;
melalui cara ini kami dapat menciptakan suatu lingkungan yang baik
bagi seluruh praktisi.
Esok harinya Sun datang dengan sekelompok petugas. Ia bertanya,
“Siapa yang berani menolak untuk melafalkan peraturan penjara hari
ini? Maju ke depan dan saya akan memborgolnya.” Kami bertigabelas
semuanya melangkah maju dan berkata, “Kami semuanya menolak.” Sun
sangat marah dan memborgol kami semua, perbuatan lurus kami telah
mengejutkan mereka!
Dua hari setelah pemborgolan, kepala pusat tahanan dan asistennya
memberitahukan kami, “Kami akan melepas borgol asal kalian mau
makan.” Kami katakan pada mereka, “Adalah ilegal menahan orang yang
patuh hukum di sini. Kami menggunakan hak untuk berunjuk rasa. Kami
memohon anda mengembalikan reputasi baik Shifu dan Dafa.” Pikiran
lurus kami yang kuat menyelimuti kepala penjara. Sesuai permintaan
kami, ia memberikan kertas dan pena untuk menulis surat himbauan.
Kami memberi tahu mereka, jika kami tidak mendapat jawaban dari
pemerintah pusat dalam tiga hari, kami akan melanjutkan mogok
makan. Ketika kami menyelesaikan surat himbauan, kepala polisi kota
mengunjungi penjara. Kami menyerahkan petisi kami kepadanya. Tiga
hari kemudian kami tidak mendapat jawaban, jadi kami melanjutkan
mogok makan. Suatu pagi ketika saya sedang duduk bersila melakukan
latihan, saya melihat ada celah terbuka di langit-langit dan sinar
merah menyelubungi saya. Saya menyadari, Shifu memberi saya
semangat. Karena pikiran lurus kami yang kuat sebagai satu
kelompok, tidak hanya kami semua bertigabelas yang dibebaskan dalam
waktu satu bulan, tetapi tiga praktisi lain yang sudah ditahan di
sana selama setengah tahun menunggu pelaksanaan hukuman turut
dibebaskan.
Penyiksaan Kejam yang Saya Derita di Pusat Tahanan
Yanqing
Tanggal 24 Desember 2000, tigabelas rekan praktisi dan saya kembali
pergi ke Beijing untuk membuktikan Dafa. Kami membawa merpati,
spanduk Dafa dan materi klarifikasi fakta. Kami ditahan oleh polisi
kota Zhangjiakou di Xiahuayuan dan dipulangkan ke kantor polisi
setempat. Petugas bernama Li menginterogasi saya sepanjang malam.
Hari berikut asisten kepala polisi membawa saya ke divisi kriminal.
Mereka menyatakan saya sebagai perencana aksi unjuk rasa tersebut.
Mengikuti perintah dari kepala polisi Li Jingyun, pejabat
administrasi kepolisian, asisten administrator, dan beberapa
petugas polisi menginterogasi saya selama 9 hari 9 malam tanpa
henti, memaksa saya untuk memberikan informasi tentang rekan
praktisi. Mereka tidak mengizinkan saya tidur. Saya juga mengalami
penyiksaan kejam lainnya seperti duduk di “Bangku Harimau.” Selama
interogasi saya dapat merasakan kekuatan Fa dan Shifu yang
senantiasa menjaga pikiran teguh saya, dan tidak ada yang dapat
menggoyahkan hati saya.
Ibu saya yang berusia 82 tahun berada dalam kondisi kritis karena
penganiayaan, sedangkan saya satu-satunya yang dapat merawatnya.
Polisi berusaha membujuk saya dengan perasaaan manusia seperti,
“Jika kamu memberi tahu siapa yang merencanakan ini, kami akan
membebaskanmu dan kamu dapat melihat ibumu, sebelum ia meninggal.”
Saya mengingatkan diri saya bahwa tidak ada yang lebih penting
selain membuktikan Fa. Sebelum membagikan materi klarifikasi fakta,
saya telah bersumpah, tidak peduli apa yang terjadi, saya tidak
akan pernah membocorkan informasi tentang rekan praktisi maupun
sumber materi Dafa. Walaupun yang lain memberikan informasi,
sehingga saya dianggap sebagai perencana dan sumber dari materi
klarifikasi fakta, saya tidak memberikan informasi apa pun kepada
polisi. Mereka sangat terkejut dengan keteguhan saya terhadap Dafa
dan Shifu. Mereka menghentikan interogasi. Saya menyadari,
sepanjang saya tetap teguh, Shifu tidak akan membiarkan kejahatan
mengganggu saya.
Pada hari kedelapan penahanan saya, petugas polisi Li Quanfu dan
lainnya mengirim saya ke RS Kota Ketiga, di mana saya diikat pada
tempat tidur dan dipaksa makan melalui selang serta diinjeksi
dengan berbagai obat-obatan yang tidak diketahui. Sembilan hari
kemudian saya dipindahkan ke Pusat Tahanan Shisanli. Selama 49 hari
melakukan mogok makan, polisi dan petugas rumah sakit memaksa saya
makan sebanyak sembilan kali. Setiap kali, enam pria kekar
memegangi kepala, tangan dan kaki saya, menjepit lubang
hidung dan memasukkan selang sebesar jari ke dalam perut melalui
hidung saya. Ini menyebabkan pendarahan hebat dan rasa sakit pada
dada. Ketika saya sudah sangat lemah setelah 49 hari menderita
seperti ini, Li Quanfu memberi tahu saya akan dipindah ke Pusat
Tahanan Xuanhua.
Petugas di kantor jaksa penuntut meminta saya mengisi formulir.
Saya mengisi setiap pertanyaan dengan isi yang mengklarifikasi
fakta. Seorang rekan praktisi menunjukan saya, “Kamu seorang
praktisi Dafa. Kenapa kamu menunggu mereka untuk menghukummu?” Saya
menyadari bahwa praktisi Dafa adalah mulia! Para penjahat tidak
memiliki kekuatan untuk menghukum saya, juga pusat tahanan bukanlah
tempat yang layak bagi praktisi Dafa. Saya memohon di dalam hati
kepada Shifu agar membantu saya keluar dari sana, sehingga saya
dapat terus membuktikan Dafa. Begitu saya memiliki pikiran lurus
ini, Shifu memberi tahu tanggal kapan saya akan dibebaskan! Hari
berikutnya, belasan orang datang untuk menangani kasus saya.
Setelah melihat kondisi tubuh saya yang sekarat, tidak ada seorang
pun yang mau mengambil saya. Sebagai hasilnya, saya meninggalkan
penjara dengan bantuan Shifu. Kakak lelaki saya membawa saya pulang
pada sore harinya. Sebaliknya mereka yang telah membocorkan
informasi tentang praktisi lain, semuanya dikirim ke kamp kerja
paksa. Beberapa bahkan menyeberang ke sisi lain dan merangkul jalan
iblis. Kejadian ini semakin menguatkan keyakinan saya dalam
membantu Shifu meluruskan Fa, mengikuti sumpah saya yang
semula.
Sepuluh hari setelah saya pulang ke rumah, sebelum saya benar-benar
pulih, saya telah memulai pekerjaan Dafa kembali. Tanggal 25 April
2001 saya sekali lagi ke Lapangan Tiananmen dengan rekan praktisi
lain dan membentang spanduk Dafa. Polisi menyeret saya ke kantor
polisi Tiananmen dan kemudian mengirim 21 rekan praktisi dan saya
ke Yanqing. Polisi menjambak rambut saya, menendangi dan memukuli
saya sepanjang perjalanan. Petugas kantor polisi Yanqing bergiliran
menginterogasi saya. Mereka melarang saya tidur siang dan malam,
mencoba memaksa saya memberi tahu asal saya. Ketika saya menolak,
mereka memukuli saya lebih lanjut, memaksa saya harus berdiri dalam
waktu yang lama dan bahkan menyundut wajah saya dengan rokok.
Hari berikutnya, seorang pria besar datang untuk mencuci otak saya.
Ia bahkan tidak mengizinkan saya memejamkan mata, dan memukul saya
dengan tongkat polisi begitu saya memejamkan mata sejenak. Hari
selanjutnya, saya masih menolak untuk bekerjasama. Ia menampar
wajah saya sedemikian keras sehingga saya hampir pingsan,
meninggalkan memar berdarah pada wajah. Ia juga memukul wajah saya
dengan gagang sapu hingga patah. Wajah saya segera membengkak.
Setelah menyiksa saya sepanjang pagi, ia hampir ditabrak mobil pada
saat hendak menjemput anaknya di siang hari. Saya tahu ini adalah
pembalasan karma. Kemudian seorang petugas polisi lainnya tiba. Ia
mulai membakar wajah saya dengan pemantik api begitu tiba di
lokasi. Kelopak dan bulu mata saya terbakar. Namun pikiran saya
tidak berubah, bagaimana pun mereka menyiksa saya. Saya bahkan
tidak merasakan sakitnya. Ketika ia hendak membakar wajah saya
kembali, pemantik api tidak mau menyala lagi. Saya tahu adalah
Shifu yang melindungi saya. Segera setelah itu, saya dikirim ke
Pusat Tahanan Yanqing.
Tengah malam, polisi membawa 21 rekan praktisi dan saya ke RS
Yanqing untuk dipaksa makan. Saya tidak dapat bergerak, diborgol ke
ranjang dan diikat agar dapat diinfus serta diberi makan secara
paksa. Direktur divisi internis Zhang membantu polisi untuk
menyiksa kami. Malam itu saya dua kali berada dalam kondisi kritis,
tetapi mereka tidak peduli dengan nyawa kami sama sekali. Tanggal
30 April, mereka memanggil belasan narapidana pria dari pusat
tahanan untuk membantu memaksa kami makan. Mereka memegang kepala,
kaki, bahkan duduk di dada saya, membuat saya sulit untuk bernafas.
Mereka mengikat saya dengan tambang. Direktur Zhang dan seorang
perawat memasukkan selang ke dalam tubuh saya. Selang dimasukkan ke
dalam paru-paru saya beberapa kali, yang hampir mengakibatkan
kematian saya. Saya mengalami pendarahan berat.
Kemudian saya dikirim balik ke pusat tahanan dengan selang karet
tetap berada di dalam perut saya selama lebih dari sepuluh hari.
Sakitnya amat sangat. Setiap hari polisi memerintahkan tahanan
lainnya untuk memaksa saya makan tujuh hingga delapan kali, mengisi
perut saya sedemikian banyak sehingga saya merasa perut akan
meledak. Saya berdiskusi dengan rekan praktisi, bahwa kita tidak
seharusnya menahan semua ini dengan pasif, kami harus menarik
selang keluar. Segera setelah kami mencabut selang keluar, lebih
dari sepuluh petugas polisi meloncat ke ranjang dan mengikat kami
ke kursi. Tambang diikat sedemikian ketat sehingga saya sulit
bernafas. Polisi menggunakan tongkat listrik, tahanan lainnya
menyumbat kami dengan kaos kaki yang berbau menyengat. Mereka tidak
melepas selang makan hingga selang itu menembus daging di
kerongkongan saya dan menyebabkan demam. Kantor polisi kabupaten
Yanqing tetap menginterogasi saya waktu itu, untuk mencari tahu
alamat saya. Mereka terus menyiksa saya selama 23 hari, dan saya
tetap mogok makan sebagai wujud protes sepanjang periode tersebut.
Saya akhirnya dibebaskan, ketika tubuh sudah sedemikian lemah dan
dalam kondisi kritis.
Segera setelah saya pulang ke rumah di bulan Mei dan Juni 2001,
penganiayaan terhadap Falun Dafa memuncak. Beberapa praktisi
mendiskusikan hal ini dan memutuskan untuk membuat selebaran yang
ditulis tangan, mengirimnya via pos dan membagikannya di daerah
kami. Kami juga bepergian dengan kereta api ke lokasi terdekat
untuk mengirim selebaran tersebut dengan pos, juga mengirim materi
klarifikasi tulisan tangan tersebut ke berbagai tempat. Belumlah
lama kami kembali ke kota Zhangshi. Kami membawa materi klarifikasi
fakta, kemudian pergi ke kabupaten lain untuk menjelaskan fakta
kebenaran kepada keluarga dan saudara, juga kawan-kawan kami. Pada
perjalanan pulang, kami menempuh 24 mil dengan berjalan kaki tengah
malam dengan materi klarifikasi fakta dan lem dan kami menempelkan
serta membagikan materi tersebut di sepanjang perjalanan.
Sepanjang malam tanggal 25 Oktober 2001, rekan praktisi dan saya
menggantungkan spanduk-spanduk besar dan tulisan vertikal serta
menempelkan materi klarifikasi fakta di sepanjang jalan-jalan utama
maupun gang-gang kecil di seluruh kota. Pada hari ketiga,
kepolisian meningkatkan usahanya untuk menangkap saya. Polisi
berpatroli di mana-mana dengan motor dan mobil, mencari saya. Saat
saya pulang dari luar kota, tiga orang petugas polisi mengendarai
sepeda motor berhenti di depan saya, memandangi saya, dan bertanya
satu sama lain dengan berbisik, “Apakah dia orangnya?” Ketika saya
melihat ini, saya berbalik dan segera jalan menjauh. Saya
memancarkan pikiran lurus ketika berjalan dan berkata, “Shifu,
kuatkanlah saya – praktisi Falun Dafa ini. Saya tidak bisa ditahan
oleh penjahat ini karena banyak pekerjaan di sini yang harus saya
lakukan demi penyelamatan orang-orang. Saya juga sedang membawa
beberapa ribu Yuan dari tabungan para praktisi Dafa yang mengirit
makanan dan pengeluaran mereka sehari-hari. Uang tersebu
t tidak boleh jatuh ke tangan para penganiaya.” Keitka saya
membalikkan kepala lagi untuk melihat, polisi-polisi itu telah
pergi. Saya berterima kasih atas perlindungan Shifu yang belas
kasih.
Rekan praktisi dan saya terus-menerus pergi ke pedesaan sepanjang
malam untuk membagikan materi klarifikasi fakta. Saya telah
mendiskusikan dengan rekan praktisi, bahwa kami harus ke daerah
pinggiran. Kami telah menyebarkan banyak materi klarifikasi fakta
di kota, tetapi di daerah pinggiran banyak orang yang belum pernah
melihatnya. Kami sepakat bahwa kami harus mendistribusikan materi
yang berisikan informasi di mana-mana. Suatu kali, rekan praktisi
dan saya pergi ke sebuah daerah beberapa ratus li (1 li = 0,31 mil)
jauhnya untuk membagikan materi klarifikasi fakta. Rekan praktisi
di daerah tersebut khawatir mengenai bagaimana menjalankan
klarifikasi fakta, dan tidak memiliki materi apa pun, sehingga
mereka sangat gembira melihat kami. Kami mengadakan kegiatan
berbagi pengalaman skala kecil di sana. Selama diskusi dan berbagi
pengalaman, kami menyadari bahwa kita tidak hanya harus
mengklarifikasi fakta secara individu dengan baik, tetapi juga
sebagai satu kelompok. Kami harus saling membantu satu sama lain
dan memberi dorongan kepada para praktisi di sekitar kita untuk
melepaskan hati manusia biasa, dan ambil bagian dalam pekerjaan
menyelamatkan manusia. Pada hari yang sama kami pulang ke kota asal
kami dan kemudian balik kembali membawa banyak materi klarifikasi
fakta kepada mereka. Tidak lama kemudian praktisi setempat di
daerah tersebut mendirikan tempat produksi materi klarifikasi
sendiri. Sekarang orang dapat melihat materi klarifikasi fakta di
tempatkan di mana-mana, dan kata-kata “Falun Dafa Baik” dan
“’Sejati-Baik-Sabar’ Baik” terpampang di tiang-tiang listrik di
seluruh daerah itu.
Menerobos Rintangan Perasaan
Saya mengendurkan kultivasi diri berkenaan dengan perasaan terhadap
anggota keluarga saya, yang memungkinkan kejahatan
memanfaatkan kelemahan saya. Sebagai akibatnya, saya dipaksa
meninggalkan rumah untuk menghindari penganiayaan. Tanggal 9
Februari 2002, polisi Li dari kantor polisi setempat datang ke
rumah untuk mengganggu, dan ia hendak membawa saya pergi. Anggota
keluarga saya menolong saya meloloskan diri agar tidak mengalami
penganiayaan lagi. Polisi Li menipu putri dan menantu saya agar
datang ke kantor polisi setempat, dan kemudian mengirim mereka ke
pusat tahanan. Semasa penganiayaan anak-anak saya, karma hitam
secara terus menerus keluar mengganggu, dikarenakan ikatan perasaan
yang terlalu berat terhadap anggota keluarga saya.
Saya pikir sebagai praktisi Falun Dafa yang telah memperoleh
bimbingan Fa, saya dapat menerobos penganiayaan, tidak peduli
bagaimana kejamnya. Namun, anak-anak saya bukanlah praktisi Falun
Dafa, dan walaupun mereka mendukung dan memahami saya, saya takut
dihadapi penganiayaan yang begitu kejam, mereka mungkin gagal
menahannya dan ini mungkin dapat menghancurkan masa depan mereka.
Saya sangat menderita karena pikiran emosional tersebut. Konsep
saya yang salah juga membuat penganiayaan terhadap anak-anak saya
semakin berat. Melalui belajar Fa, saya menyadari, jika saya pergi
ke polisi untuk ditukar dengan kebebasan anak-anak saya, saya
berarti bekerjasama dengan penganiayaan, dan sebagai praktisi Dafa
saya tidak seharusnya berbuat demikian. Saya juga mengerti bahwa
perasaan sedih dan emosi yang berat adalah keterikatan, dan saya
harus menyadari serta melepaskan keterikatan tersebut berdasarkan
Fa. Begitu banyak orang menunggu saya datang memberikan
penyelamatan. Saya seorang praktisi Dafa dengan misi penting.
Pandangan saya terhadap situasi ini harus berlandaskan Fa!
Anak-anak saya juga makhluk hidup yang Shifu ingin selamatkan.
Mereka telah melindungi praktisi Falun Dafa, dan telah melakukan
hal dengan belas kasih yang tak terhingga. Karenanya, Shifu akan
memberikan jalan keluar yang penuh belas kasih bagi situasi mereka.
Kemudian saya menenangkan diri, terus-menerus memancarkan pikiran
lurus, dan belajar Fa. Keitka saya sedang memancarkan pikiran
lurus, saya tiba-tiba melihat dengan mata ketiga saya sebuah
kandang kayu yang mengurung putri saya hancur berkeping-keping dan
putrid saya berdiri di ruangan yang luas. Saya kemudian tahu, bahwa
Fashen Shifu sedang melindunginya.
Sekitar duabelas hari kemudian saya berpikir, saya tidak seharusnya
menahan penganiayaan ini dengan pasif. Saya harus keluar
menyelamatkan orang-orang. Setiap hari, disamping belajar Fa,
berlatih gerakan Falun Gong, dan memancarkan pikiran lurus, saya
pergi ke jalan untuk mengklarifikasi fakta kepada orang-orang.
Kadangkala saya menjelaskan kebenaran kepada beberapa orang sehari.
Pada saat yang lain dengan pengaturan Shifu, saya bertemu lebih
dari 20 orang yang saya kenal sebelumnya. Saya ceritakan pengalaman
pribadi saya memperoleh manfaat dari berkultivasi Falun Dafa dan
bagaimana saya disiksa. Saya juga memberitahukan mereka, bahwa
praktisi Falun Dafa adalah orang baik, yang ingin mengkultivasi
jiwa mereka menjadi belas kasih, bahwa praktisi Falun Dafa tidak
terlibat dalam politik, dan yang kami tentang adalah penganiayaan
ini. Saya memberitahukan orang-orang yang mempunyai jodoh pertemuan
agar dengan jelas membedakan yang lurus dan yang jahat, mendukung
keadilan, dan memahami bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan
dan kejahatan akan diganjar dengan pembalasan karma.
Tempat Produksi Materi Klarifikasi Fakta Falun
Dafa
Awal tahun 2003, kejahatan sering menghancurkan tempat-tempat
pembuatan materi Dafa di kota di mana saya tinggal. Hal tersebut
menimbulkan banyak kerugian bagi pekerjaan klarifikasi fakta
setempat. Situs Clearwisdom.net telah berulang kali menganjurkan
tempat pembuatan materi Falun Dafa seharusnya “muncul di
mana-mana.” Saya sungguh ingin melakukan pekerjaan ini tetapi
frustrasi karena tidak mengerti teknologi komputer. Pada satu
konferensi berbagi pengalaman, saya bertemu rekan praktisi dari
kota lain, dan dengan praktisi yang terbiasa dengan teknologi
penting ini. Mereka ingin melakukan pekerjaan ini tetapi tidak
kenal lokasi dan orang-orang setempat, dan karenanya menghadapi
kesulitan memulai pekerjaan ini di daerah setempat. Kami bersyukur,
Guru telah mengatur pertemuan kami. Saya bekerja dengan mereka dan
mengatur beberapa praktisi Dafa gigih setempat untuk belajar
bagaimana menggunakan komputer. Setelah kami pelajari, kami
kemudian mengajari lebih banyak lagi praktisi. Kami terus belajar
Fa dan teknologi tersebut, dan kami berhubungan dengan rekan
praktisi dari berbagai tempat. Kami mengadakan konferensi berbagi
pengalaman skala kecil, dan mendiskusikan di antara kami sendiri
bagaimana meningkatkan pemahaman kami terhadap prinsip-prinsip Fa.
Ketika kondisi tersebut berkembang, kami dapat mendirikan sebuah
tempat pembuatan materi Falun Dafa.
Ketika kami pertama kali melakukan pekerjaan ini, pikiran para
praktisi sangat tulus, dan kerjasama antar praktisi juga baik.
Kemudian praktisi yang belajar menggunakan komputer dan internet
semakin terserap ke dalam teknologi ini, dan praktisi yang
membagikan materi harus keluar ke beberapa tempat dalam sehari.
Kami tidak dapat menenangkan diri dalam belajar Fa. Setelah ini
berlanjut beberapa waktu, gangguan mulai datang. Beberapa praktisi,
yang semula tidak terlibat dalam pekerjaan ini, tidak melihat
keadaan dari sudut kultivasi. Dengan pikiran manusia biasa, mereka
berpikir, kita tidak cukup mampu melakukan pekerjaan ini, dan
mereka ingin terlibat serta ambil bagian dalam pekerjaan Dafa
tersebut. Saran-saran mereka sangatlah berharga, tetapi kekuatan
lama yang jahat telah memanfaatkan sikap mereka yang mengganggu,
yang malahan menimbulkan hambatan serta gangguan terhadap pekerjaan
Dafa.
Pada awalnya saya tidak berpikir tentang masalah ini dari sudut
pandang Fa dan saya merasa tersinggung. Saya tidak ingin berhadapan
dengan para praktisi tersebut, dan tidak ingin para praktisi yang
sering bekerjasama dengan saya untuk menghubungi mereka juga. Hal
ini menimbulkan gangguan terus-menerus. Melalui belajar Fa, saya
mengerti prinsip Fa pada tingkat saya. Saya kemudian mulai berbagi
pengalaman dan mendiskusikan pemahaman saya dengan beberapa
praktisi lainnya. Kami sepakat bahwa kami harus mengikuti ajaran
Shifu dan harus bertoleransi, baik hati terhadap orang lain,
melakukan hal ini dengan baik untuk mewujudkan Fa. Kami pergi ke
rumah praktisi dengan pikiran untuk mencapai kerjasama yang baik
diantara sesama praktisi sebagai satu kelompok di kota kami.
Bertujuan menghindarkan kerugian bagi pekerjaan Dafa, dan dengan
pikiran tidak akan memberikan kesempatan bagi kekuatan lama untuk
membuat kerugian bagi pekerjaan Dafa dan demi kepentingan orang
lain, kami bersedia untuk memulai lagi. Pertama, kami dengan tulus
melihat ke dalam diri sendiri, mencari kekurangan diri sendiri dan
kemudian mengadakan diskusi yang belas kasih. Kami menyadari bila
kami tidak dapat melepas keterikatan hati kami, kejahatan akan
memanfaatkan keterikatan ini untuk menimbulkan kerugian bagi Dafa.
Kami juga menyadari bahwa setiap orang memiliki jalur kultivasi
yang berbeda. Shifu telah mengatur jalur kultivasi kita, dan
sepanjang hati dan pikiran kita difokuskan pada penyelamatan
orang-orang, Shifu akan membantu kita untuk mencapai tujuan. Kita
harus mengikuti ajaran Shifu ketika melakukan pekerjaan kita.
Para praktisi sangat tersentuh. Anggota keluarga mereka yang tidak
berkultivasi Dafa memperhatikan insiden ini dan berkata dengan
gembira, “Dari lubuk hati yang paling dalam saya mengagumi kalian,
praktisi Falun Gong! Tidak peduli berapa besar kerugiannya, kalian
tetap bertahan, dan kalian masih terus mencari ke dalam diri
sendiri untuk segala kekurangan. Ini sangatlah baik!” Setelah itu
gangguan jenis ini tidak pernah terjadi lagi.
Tanggal 15 Oktober 2003, Shifu menerbitkan beberapa komentar pada
sebuah artikel di situs Clearwisdom.net, “Menyingkap Kejahatan Yang
Terjadi di Daerah Setempat Pada Orang Setempat.” Karena berbagai
alasan kami tidak dapat memulai bekerja pada aspek ini. Akhir tahun
2003 rekan praktisi di kota Zhangjiakou ingin melakukan pekerjaan
ini. Saya mengambil inisiatif untuk bekerja dengan mereka dan
segera menuliskan fakta-fakta penyiksaan diri saya oleh petugas
polisi maupun divisi kepolisian setempat.
Pada awal tahun berikutnya, kami mulai mengumpulkan data statistik
kejahatan yang dilakukan oleh divisi kepolisian dan petugas polisi
setempat dalam penganiayaan mereka terhadap praktisi Falun Dafa.
Setelah kami pasang data tersebut, banyak orang membacanya. Ini
memiliki efek penting dan mendorong bagi penyelamatan para makhluk
serta membuat takut para pelaku kejahatan.
Menjaga Pikiran Lurus
Selama lima tahun menentang penganiayaan dan memberikan
penyelamatan kepada orang-orang, walaupun saya memiliki banyak
keterikatan dan karma yang besar, saya tidak berkecil hati. Saya
ingat saya adalah pengikut Dafa, dan saya merasa sangat terhormat
dan beruntung. Dafa menciptakan praktisi Falun Dafa, dan sebagai
praktisi Falun Dafa kita harus dengan gigih membela Dafa dan
membuktikan Dafa, dan kita harus mencurahkan segalanya sebagai
partikel Dafa. Ini adalah tanggung jawab yang diberikan kepada
seorang praktisi Dafa, bila tidak adalah tidak patut disebut
“praktisi Dafa.”
Saya tahu dari lubuk hati saya sebelum 20 Juli 1999, ketika
penganiayaan dimulai, bahwa Falun Dafa baik. Saya pernah bersumpah
kepada Shifu, bahwa jika saya tidak dapat berkultivasi mencapai
kesempurnaan, saya akan memohon Shifu untuk memusnahkan jiwa dan
raga saya. Saya akan memerankan peranan saya sepenuhnya sebagai
partikel Falun Dafa. Harapan saya selalu agar setiap praktisi Dafa
melepaskan pikiran manusia biasa, dan praktisi yang gigih, maju ke
depan dengan lebih gigih. Saya sering membicarakan ini dengan rekan
praktisi. Kami saling memberi dorongan dan berkultivasi dengan
gigih untuk menaikkan tingkat kami secara bersama sebagai satu
kesatuan kelompok, agar Shifu bahagia melihat kita. Ketika saya
melihat rekan praktisi melepas pikiran manusia biasa dan
berkultivasi dengan gigih, saya merasa gembira untuk mereka dari
lubuk hati yang paling dalam. Ketika saya melihat praktisi yang
kurang gigih dan ketika saya melihat orang-orang yang telah
menyimpang dari Dafa, saya khawatir dan merasa sedih untuk
mereka.
Saya merasa cemas terhadap mereka, dan merasa kasihan terhadap
mereka.
Selama lima tahun menentang penganiayaan, kelihatannya kita telah
melakukan pekerjaan Dafa tanpa henti, menanggung berbagai kesulitan
demi penyelamatan orang-orang. Di mata orang lain, dihadapkan
dengan penderitaan, kita telah melakukan pekerjaan yang sulit dan
kita tentu lelah. Tetapi dalam pikiran saya, saya merasa kokoh dan
yakin, serta merasa terhormat. Sepanjang pekerjaan koordinasi saya,
kapan saja ketika beberapa praktisi dianiaya, saya akan melihat ke
dalam diri sendiri untuk mencari tanda-tanda mentalitas manusia
biasa, dan untuk segala hal yang telah saya ucapkan tetapi tidak
belas kasih atau tidak berlandaskan Fa. Apakah perbuatan saya
membuahkan kesulitan bagi rekan praktisi? Saya merubah kesedihan
yang sebelumnya saya miliki menjadi kegiatan belajar Fa yang giat,
menyingkirkan mentalitas manusia biasa yang telah saya temukan,
serta meningkatkan pemahaman prinsip-prinsip Fa, sehingga saya
dapat berkultivasi maju dengan lebih gigih lagi.
Saya melihat kembali jalur saya dalam membantu meluruskan Fa
mengikuti Shifu. Semuanya seperti yang Shifu katakan, “Selama 49
tahun Dia [Sakyamuni] mengajarkan Dharma, juga terus-menerus
meningkatkan diri. Setiap kali Dia naik satu tingkat, Dia menoleh
kembali dan dilihat-Nya Dharma yang baru saja dikatakan sudah tidak
benar lagi.” (Zhuan Falun) “Sesungguhnya, proses Xiulian seutuhnya
yang dialami seseorang adalah suatu proses yang terus-menerus
menyingkirkan keterikatan hatinya.” (Zhuan Falun).
Sejalan dengan kemajuan pelurusan Fa, prinsip-prinsip Fa yang Shifu
ajarkan kepada kita menjadi semakin jelas, agung dan tinggi, dan
menjadi semakin mendalam. Saya telah menemukan pemahaman mendasar
bahwa sebagai praktisi Falun Dafa, bekerjasama dengan baik sebagai
satu tubuh membuat kita lebih kuat dan lebih efektif. Saya dengan
mendalam merasakan setiap langkah maju praktisi Falun Dafa adalah
hasil belas kasih Shifu yang tak terhingga. Tanpa perlindungan
Shifu yang belas kasih kita bahkan tidak dapat menjamin jiwa kita,
apalagi membuktikan Falun Dafa.
Selama lebih dari tiga tahun mengalami penganiayaan, dan tuna
wisma, sepanjang saya menjaga pikiran lurus, Shifu senantiasa
membantu saya – seorang praktisi Dafa – dengan segalanya. Kapan
saja saya keluar kota untuk membagikan materi klarifikasi, memberi
dorongan kepada rekan praktisi atau memberikan penyelamatan bagi
orang-orang, saya tidak merasakan dinginnya es dan salju, saya
tidak merasa lapar walaupun tidak makan sepanjang hari, bahkan
tidak merasakan kantuk walaupun tidak tidur selama tiga hari tiga
malam ketika melakukan pekerjaan Dafa. Sebaliknya saya merasa lebih
bersemangat. Kapan saja kejahatan meningkatkan usaha mereka dan
mengeluarkan surat perintah untuk menangkap saya, setiap kali
bahaya berubah menjadi keselamatan. Saya mengerti ini semua adalah
manifestasi kebesaran dan belas kasih Shifu serta keagungan dan
keajaiban Falun Dafa. Saya merasa semakin dekat dengan Shifu ketika
saya maju lebih lanjut dalam jalur Pelurusan Fa. Shifu! Anda telah
memberikan begitu banyak kepada para praktisi dan kepada semua
makhluk. Bahkan bila kita habiskan seluruh kata-kata bahasa
manusia, kita sebagai praktisi masih tidak dapat menyatakan
perasaan terima kasih kita kepada Shifu. Pada saat terakhir dalam
membantu Pelurusan Fa, saya akan teguh menjaga setiap pikiran dan
saya tidak akan memberikan kesempatan apa pun kepada kejahatan
untuk mengganggu. Saya akan sungguh-sungguh dan dengan rasional
menjadi lebih sadar, dan saya akan menyebarkan kebenaran dan
memberikan penyelamatan bagi orang-orang serta meminimalkan
kerugian bagi pekerjaan Dafa. Saya akan bekerjasama dengan baik
dengan rekan praktisi dan akan membina pikiran lurus yang lebih
kuat dengan rekan praktisi. Saya akan memberikan seluruh tenaga
saya sebagai praktisi Dafa, dan akan mengikuti ajaran Shifu, bahwa
praktisi “harus menambah daya kekuatan untuk melakukan dengan baik
hal-hal yang harus dilakukan masing-masing orang, gigih maju dengan
tanpa henti” (“Salam”, 28 September 2004)
Salam, Shifu yang Agung! Terima kasih, Shifu!
Sumber: Buku “Compassion Overcomes Evil” (Belas Kasih Mengalahkan
Kejahatan)