1. Cheng Huizhong
Meninggal Dunia Karena "Penyakit Mental" Sebagai Akibat dari
Penganiayaan
Cheng Huizhong, pria, adalah praktisi Falun Gong berusia 71 tahun
dari Kabupaten Chengan, Kota Handan. Sebelum berlatih Falun Gong,
ia memiliki banyak penyakit. Setelah berlatih Falun Gong pada 20
Februari 1999, semua penyakitnya hilang.
Pada 31 Agustus 2002, Cheng ditangkap ketika ia berpartisipasi pada
konferensi Fa yang diselenggarakan di daerah itu. Karena
diperlakukan begitu brutal, Cheng menderita tekanan mental dan
kemudian mengalami gangguan mental. Dia tidak bisa mengurus dirinya
sendiri. Tidak ingin bertanggung jawab, para pejabat PKC
membebaskannya setelah memeras uang dari keluarganya. Setelah Cheng
dibebaskan, ia tidak pernah dapat memulihkan kesehatannya. Pada 9
Februari 2005, dia meninggal dunia.
2. Yang Baochun Mengalami Gangguan Mental Setelah Dikirim
ke Rumah Sakit Jiwa
Yang Baochun pernah bekerja di Pabrik Pelanel Jinhang di Kota
Handan. Pada tahun 1999, ia pergi ke Beijing untuk mengajukan
permohonan bagi Falun Gong. Dia ditangkap dan dikirim ke kamp kerja
paksa, di mana dia berada di sana selama dua tahun. Pada musim
dingin 2002, kaki kanannya diamputasi dan dia menjadi cacat
permanen akibat penyiksaan di Kamp Kerja Paksa Handan. Agar tidak
disalahkan, kamp kerja paksa mengirim Yang ke Rumah Sakit Jiwa
Ankang. Direktur Rumah Sakit Jiwa Ankang sering secara diam-diam
memasukkan obat yang tak diketahui jenisnya ke dalam mangkuk
nasinya. Setelah itu, ia merasa sangat lemah dan tidak berdaya. Dia
meneteskan air liur tak terkendali. Dia tidak bisa berbicara dengan
jelas dan lidahnya menebal.
Pada tahun 2004, setelah menghabiskan banyak uang, istri Yang
akhirnya bisa membawanya keluar dari rumah sakit jiwa. Pada Juni
2005, Yang pergi lagi ke Beijing, kali ini untuk mengadukan tentang
bagaimana dia dianiaya di rumah sakit. Pada tahun yang sama, ia
ditangkap dan dikirim kembali ke Rumah Sakit Jiwa Ankang untuk
kedua kalinya. Selama lebih dari dua tahun, dokter di rumah sakit
memberinya obat yang tidak diketahui jenisnya dan tidak perlu. Pada
sore hari, 17 Februari 2008, bahkan hanya dengan satu kaki, Yang
melarikan diri dari rumah sakit jiwa.
Sekitar pukul 11 malam itu, direktur Rumah Sakit Jiwa Ankang dan
lima atau enam dokter berkendaraan ke rumah Yang dan dengan paksa
membawanya kembali ke rumah sakit jiwa. Ini adalah ketiga kalinya
di rumah sakit jiwa. Setelah penganiayaan dalam jangka waktu yang
lama, dia mulai menderita gejala penyakit mental. Pada 20 Januari
2009, ketika keluarga membawanya pulang, mereka melihat bahwa dia
benar-benar telah sakit jiwa. Sedih dan putus asa, keluarganya
membawanya kembali ke rumah sakit jiwa.
3. Liu Yong Diperlakukan Seperti Penderita Gangguan Jiwa
oleh PKC selama 11 Tahun
Selama penganiayaan sewenang-wenang terhadap praktisi Falun Gong,
PKC jahat sering mencap praktisi normal sebagai sakit mental untuk
menghancurkan mereka. Banyak praktisi terluka sangat parah.
Pada Juni 2001, seorang pejabat PKC mengirim Liu Yong (pria) dari
Kota Handan ke Rumah Sakit Jiwa Boding. Sejak itu Liu terus berada
di sana.
Liu berusia 30 tahun ketika dirawat di rumah sakit jiwa. Begitu
sampai di sana, para dokter memaksa dia menelan obat yang merusak
sistem saraf pusat. Mereka bahkan memaksa membuka mulutnya untuk
melihat apakah ia telah menelan obat atau tidak. Salah satu dokter
mengatakan kepadanya, "Kami tahu bahwa Anda tidak sakit. Kami
melakukan ini untuk Anda karena tekanan dari atasan kami. Kami
tidak bisa tidak mematuhi." Dengan tujuan untuk menyakiti Liu
secara mental, para dokter juga menyuntiknya dengan obat yang tak
diketahui jenisnya. Setelah itu, Liu menderita sakit luar biasa,
dan hampir mati. Mengandalkan keyakinan teguhnya pada
Sejati-Baik-Sabar, dia selamat dan masih sehat meskipun
dianiaya.
Menyadari bahwa mereka tidak bisa membuat Liu menjadi gila, para
dokter memaksanya untuk melakukan tugas yang sama setiap hari. Liu
mencoba melarikan diri dari rumah sakit sebanyak dua kali namun
gagal. Setelah itu, ia benar-benar diisolasi. Dia bahkan tidak bisa
meninggalkan koridor. Tugasnya adalah membersihkan bangunan dan
semua kamar mandi. Namun demikian, Liu tetap teguh pada
keyakinannya dan pernah berkata, "Tidak peduli di mana saya, saya
akan memberitahu orang tahu bahwa Falun Gong adalah baik."
Khawatir Liu akan membocorkan rincian perawatannya kepada dunia
luar, rumah sakit tidak membolehkan dia memegang pena atau kertas.
Mereka juga melarangnya menulis surat ataupun menelepon. Kunjungan
keluarga tidak diperbolehkan. Mereka mencoba untuk mengisolasi dia
sepenuhnya. Ketika teman-temannya yang peduli pada Liu dan
kerabatnya mencoba untuk menelepon dia di rumah sakit, para dokter
tidak pernah membiarkan dia menerima pangggilan tersebut. Liu telah
disiksa di rumah sakit jiwa selama 11 tahun.
Kita tidak bisa membayangkan bagaimana seorang pemuda bersemangat
seperti Liu bisa menghabiskan 11 tahun di rumah sakit jiwa di mana
ia selalu dianiaya. Selama 11 tahun terakhir ini, tidak ada
sesaatpun Liu tidak ingin meninggalkan rumah sakit jiwa dan
menjalani kehidupan normal. Dokter pengawas rumah sakit pernah
memerintahkan seseorang dari unit kerja Liu untuk menjemputnya,
tapi tak seorang pun di perusahaannya bersedia membantunya.
Sedihnya, ibu Liu masih tidak ingin mendengar kebenaran tentang
penganiayaan Falun Gong atau tentang anaknya. Dia masih tidak ingin
menyelamatkannya. Hatinya dipenuhi dengan kebohongan, kebencian,
dan fitnahan yang ditanamkan dalam dirinya oleh PKC jahat. Dia
dengan keras kepala percaya bahwa anaknya menderita penyakit mental
dan pemerintah sedang memberi "perawatan yang baik”
kepadanya.
4. Zhang Runsheng Mengalami Gangguan Mental setelah
Penganiayaan di Kamp Kerja Paksa Handan
Zhang Runsheng, 30 tahun, pernah bekerja di Pabrik Baja Handan.
Pada tahun 2009, ia ditangkap dan dikirim ke Kamp Kerja Paksa
Handan. Dari bulan Juni sampai Agustus, petugas Ge Qingxi dan Jia
Yingjun mendirikan pusat "transformasi" bagi praktisi Falun Gong.
Para petugas memukul praktisi dengan tongkat karet setiap hari dan
menekan mereka untuk menulis tiga pernyataan untuk melepaskan Falun
Gong.
Aparat kepolisian juga memerintahkan tahanan untuk memukul dan
menendang praktisi. Akibatnya, Zhang dan praktisi lainnya memiliki
luka memar di sekujur tubuh. Beberapa praktisi terluka begitu parah
sehingga mereka tidak bisa berjalan. Meski begitu, para petugas
tidak mengampuni mereka. Para praktisi dipaksa bekerja lebih dari
12 jam setiap hari tanpa istirahat. Tidak ada sarapan bagi praktisi
pada hari Minggu. Jika mereka tidak menyelesaikan kuota, mereka
harus bekerja sampai jam 2 pagi keesokan harinya. Karena pemukulan
dan ancaman yang berulang-ulang, Zhang menjadi depresi dan
mengalami disorientasi mental. Dia kehilangan akal dan menjadi
mengompol. Menjadi sakit jiwa akibat penganiayaan, ia akhirnya
dibebaskan bersyarat dengan asalan medis.
Kesimpulan
Kasus-kasus yang tercantum di atas bahkan tidak terhitung sebagai
satu dari 10.000 kejahatan PKC terhadap praktisi Falun Gong. Fakta
dan bukti memberitahu kita bahwa PKC yang menyebabkan “penyakit
mental” ini. Dengan tujuan untuk menganiaya Falun Gong, PKC telah
mencap praktisi normal sebagai sakit mental. Hal ini adalah salah
satu cara yang paling kejam dan keji yang digunakan PKC jahat dalam
menganiaya Falun Gong. Kita tidak bisa membayangkan berapa banyak
praktisi tidak bersalah telah ditangkap dan dikirim ke pusat
pencucian otak atau rumah sakit jiwa, di mana sistem saraf pusat
mereka dihancurkan oleh obat-obatan. Ketika digunakan pada orang
normal, obat ini dapat memiliki efek samping merugikan yang sangat
serius.
Chinese version click here
English
version click here