Saya telah menciptakan gambaran
ideal yang saya proyeksikan kepadanya agar memuaskan kerinduan saya
terhadap rasa cinta. Saya memfantasikan diri saya sendiri sebagai
seorang yang cantik, lemah lembut, dan cinta setengah mati kepada
dia, dan kami memiliki kehidupan yang penuh cinta lebih baik dari
siapapun. Walau saya membatasi diri dari tindakan yang berlebihan
karena saya praktisi Falun Dafa, di lubuk hati yang dalam, saya
enggan dan tak bisa melepaskan sama sekali perasaan-perasaan
itu.
Penulis artikel itu menyebutkan bahwa untuk praktisi pria,
menghilangkan iblis nafsu adalah kunci. Menurut pengertian saya
bahwa praktisi wanita harus menghilangkan perasaan ketergantungan
pada pria. Dari sejarah dan pembicaraan pada umumnya, pria
mengharapkan wanita bersikap patuh dan tergantung padanya, dan
wanita memercayai kebahagiaannya itu terletak pada cinta dan
keharmonisan keluarga. Oleh karena itu wanita kebanyakan merasa
puas sepanjang mereka mendapatkan pria yang dapat dipercaya dan
diandalkan.
Saya pikir praktisi wanita harus menghilangkan keterikatan pada
ketergantungan, dan konsep-konsep manusia yang berasal dari
ketergantungan itu, seperti misalnya kesepian dan ketidak
berdayaan. Wanita sering minta pengakuan dari pria. Kami ingin
menyenangkan orang lain, sampai mengorbankan diri sendiri. Ini
bukan “kesabaran,” tetapi “pengecut” yang berakar dari keinginan
untuk dicintai. Tidaklah salah bagi seorang wanita yang ingin
menyenangkan pria yang dia cintai. Tetapi sebagai praktisi kita
seharusnya menghilangkan kerterikatan pada emosi, dan berkultivasi
hati yang murni, dan keinginan sekuat dewa. Saya rasanya ingin
mengingatkan kepada para teman praktisi wanita untuk memerhatikan
emosi dan pikiran mereka, dan mewaspadai keterikatan-keterikatan
ini jika sedang bekerja dengan para praktisi pria.
Sifat sentimental tidak hanya terbatas pada percintaan antara pria
dan wanita. Hal ini termasuk juga keterikatan emosi pada orangtua,
anak-anak, teman-teman, keluarga, kolega dan teman-teman praktisi
kita. Para praktisi seharusnya tidak memperlakukan orang lain
dengan sikap sentimental
Dengan kata lain, seorang wanita boleh saja mempunyai keinginan
agar semua orang disekitarnya bersikap baik, adil, bersahabat, dan
memperhatikan kesejahteraannya. Tidak masalah jika praktisi hanya
menginginkannya saja. Yang menjadi masalah bila dia mempunyai
harapan, membayangkan bahwa hidupnya akan dipenuhi dengan
kehangatan dan penuh perhatian, memproyeksikan gambaran idealnya
untuk memperoleh hubungan cinta pada orang-orang disekitarnya, dan
bersikap seolah-olah dia hidup dalam “dunia cinta yang ideal” yang
dia ciptakan. Jika orang itu bersikap berbeda dengan yang ia
bayangkan dia mungkin menjadi patah hati dan merasa kesepian karena
ditinggalkan. Hubungan karma terjadi antar manusia, dan timbulnya
karma tak akan berubah kaena fantasi seseorang.
Bagian yang paling menyedihkan selama dalam situasi yang menderita,
orang masih dapat memperoleh kepuasan dari keterikatan pada emosi,
dan karena itu, tidak mau melepaskannya. Banyak wanita yang
mengorbankan dirinya demi anak-anak mereka, orang tua, dan pria.
Mereka menyia-nyiakan hidupnya demi perasaan sentimental, meski
masih tetap puas pada akhirnya.
Rindu akan cinta dapat meruntuhkan seorang kultivator. Keinginan
manusia yang tidak bisa disingkirkan dapat merusak para praktisi.
Jika kita dapat menghilangkan sedikit rasa sentimental, sedikit
kemurnian akan ditampilkan, dan sedikit belas kasih sejati dapat
muncul. Kita dapat melihat penderitaan orang lain, berbaik hati
kepada orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepentingan kita, dan tidak memiliki cinta egois manusia.
Di atas adalah pemahaman saya. Mohon tunjukan bila ada yang tidak
tepat.
Chinese version click here
English
version click here